Ujian Akhir Hanya 10 Menit, Yang Lulus Hanya Satu ? Menyedihkan



Pada suatu ujian  Akhir  di pesantren, seperti biasa Kyai mengumpulkan murid muridnya.

Kyai memberikan bekal ke kita agar Jujur dan tidak menyontek. 

Di tengah kelas, sambil melihat ke dalam picinya, lalu tersenyum bahagia. kami pun heran, lalu bertanya; 

“ Maaf pak kyai ada apa di dalam pici yang membuat kyai tersenyum bahagia?” tanyaku Penasaran

“Aku sedang melihat surga yang dihiasi barisan bidadari.” Kata pak kyai dengan ekspresi meyakinkan. 

“boleh kami lihat?” Kata salah seorang murid penasaran melihat tingkah pak kyai.
“Tapi saya tidak yakin kamu bisa melihat seperti apa yang yai lihat.” Kata kyai. 

“Mengapa?” Tanya murid  dengan serempak, karena sama-sama semakin penasaran.

“Karena hanya orang beriman dan sholeh saja, yang bisa melihat surga dengan bidadarinya di topi ini.” Kata Kyai meyakinkan.

Salah seorang murid mendekat, lalu berkata; “boleh saya lihat.” 

“Silahkan” kata Pak Kyai” 

murid itu pun bersegera melihat ke dalam topi, lalu sejenak menatap ke arah pak Kyai, kemudian menengok ke orang di sekelilingnya. 

“Benar kamu, Aku melihat surga di topi ini dan juga bidadari. Subhanallah!” Kata murid itu berteriak.

Murid murid pun heboh ingin menyaksikan surga dan bidadari di dalam topi kyai, tetapi kyai mewanti-wanti, bahwa hanya orang beriman yang bisa melihatnya, tetapi tidak bagi yang kafir.
Dari sekian banyak yang melihat ke dalam topi, banyak yang mengaku melihat surga dan bidadari tetapi hanya saya yang tidak melihat sama sekali, dan berkesimpulan pak Kyai telah berbohong. 

"Maaf   Pak Kyai Saya tidak melihat apa apa, Apakah Kyai berbohong" kata ku memberanikan diri.

Murid murid yang lain heboh, dan saya dituduh kafir dan belum beriman.

Dan pak kyai menenangkan mereka, dan berkata :

" Ujian kali ini yang lulus cuma kamu helmi" kata pak kyai.

Semua kembali protes, dan menanyakan dasarnya,kok belum ujian sudah diputuskan yang lulusnya.

Pak kyai mengangkat tanganya meminta mereka diam. dan berkata ;

Ketika keberanian lenyap dan ketakutan telah menenggelamkan kejujuran, maka kebohongan akan melenggang kangkung sebagai sesuatu yang “benar.”

Ketakutan untuk berbicara jujur, juga karena faktor gengsi. Gengsi dianggap , belum beriman, atau dengan alibi/alasan lainnya. Padahal, label gengsi itu hanyalah rekayasa opini publik yang dipenuh kebohongan.

Oleh karena itu yai memutuskan hanya Helmi Yang LULUS Ujian kejujuran.

Karena yang hilang dari bangsa  ini adalah kejujuran.

Bukan kah nabi berkata "katakanlah yang benar, walaupun itu pahit" kata pak Kyai

Semua murid terdiam dan menyesalinya.

:Kepercayaan diri sebagai pribadi yang mandiri untuk berkomitmen pada kebenaran berdasarkan prinsip kejujuran, telah dirontokkan oleh kekhawatiran label status yang sesungguhnya sangat subyektif dan semu. 

Akhirnya, kecerdasan tanpa kejujuran dan keberanian, takluk di bawah kecerdikan yang dilakonkan dengan penuh keberanian dan kepercayaan diri meski pun itu adalah kebohongan yang nyata.

Kasus legitimasi kebohongan versi yai ini, bisa saja telah terjadi disekitar kita. Tentu, dengan aneka versinya." tutur pak kyai

Selamat menjalankan aktivitas dengan jujur ...tambahnya sambil keluar kelas...

http://biartua.blogspot.com/2017/05/gara-gara-hoax-topi-abu-nawas-membuat.html?m=1

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama