AKHIRNYA WHO MENGAKUI PENYEBARAN COVID19 BISA DARI UDARA ?



By M. Athhallah Raihan Adam
Mahasiswa Kedokteran UPN Jakarta


Tulisan saya berdasarkan  hasil seminar  online bersama peneliti dari Harvard University

Setelah 32 peneliti dari berbagai negara di dunia membuktikan bahwa penyebaran virus bisa terjadi melalui  udara,  maka peneliti di Harvard, Edward Nardell melakukan uji coba, menggunakan sinar ultra violet, untuk mematikan covid19, yang menyebar melalui udara. 

Seorang ahli penyakit menular Harvard mengatakan  pada Jumat 10 Juli 2020, bahwa penggunaan pendingin udara di seluruh AS  akan menjadi faktor dalam spike kasus COVID-19, dan penggunaan lampu ultraviolet yang telah lama digunakan untuk mensterilkan  udara pada bakteri TB dapat digunakan  untuk SARS-CoV-2.

Edward Nardell, profesor kedokteran dan kesehatan global dan kedokteran sosial di Harvard Medical School (HMS) dan profesor kesehatan lingkungan dan imunologi dan penyakit menular di Harvard T.H.  Chan School of Public Health, mengatakan bahwa suhu musim panas dapat menciptakan situasi yang mirip dengan yang terjadi di musim dingin. 

Ketika penyakit pernapasan cenderung meningkat, karena membuat orang di dalam ruangan bernafas dan mudah terpapar melalui udara, hanya ada  sedikit udara segar yang masuk dari luar ruangan.

 "Negara-negara yang subtropis, pada bulan juni, banyak orang menggunakan pendingin udara karena suhu tinggi diluar. Hal ini bisa  nenjadi tempat di mana ada peningkatan yang lebih besar dalam penyebaran COVID-19," kata Nardell.  "Hal yang sama terjadi di musim dingin, dengan lebih banyak waktu di dalam ruangan."

Padahal selama ini WHO menyatakan    penularan virus SARS-CoV-19 melalui tetesan besar yang dikeluarkan selama batuk, bersin, atau berbicara, Nardell mengatakan bahwa bukti kuat penularan  COVID-19 terjadi melalui transmisi udara.

Pernyataan Nardell didukung banyak peneliti di dunia. Lalu pertanyaan nya bagaimana hal itu bisa terjadi ?

Proses  Itu terjadi ketika partikel-partikel virus yang terkandung dalam butiran-butiran kecil tidak menetap dalam jarak enam kaki dan malah menggantung di udara dan melayang di udara.  

Penularan melalui udaralah, yang  diduga mejadi faktor dalam penyebaran virus corona  pada anggota paduan suara Washington, melalui sebuah gedung apartemen di Hong Kong, dan di sebuah restoran di Wuhan, Cina, kata Nardell.

 "Ketika orang masuk ke dalam ruangan dalam cuaca panas dan fraksi udara yang didaur ulang naik, risiko infeksi cukup besar."

Penularan melalui udara akan membuat orang semakin rentan terhadap virus di ruang tertutup.  Nardell mengatakan bahwa di sebuah kantor yang dihuni oleh lima orang, ketika jendela ditutup dan AC dinyalakan, kadar CO2 naik tajam, sebuah tanda bahwa penghuni menghidupkan kembali udara di dalam ruangan yang rentan terjadinya penularan penyakit yang melayang di udara.

 "Ketika orang masuk ke dalam ruangan dalam cuaca panas dan fraksi udara yang didaur ulang naik, risiko infeksi menjadi besar," kata Nardell. 

Ia kemudian menambahkan bahwa data, sementara dikumpulkan terkait dengan tuberkulosis, akan berlaku untuk setiap infeksi dengan potensi penularan melalui udara.

Nardell menguraikan pekerjaan tersebut pada Jumat pagi selama presentasi online yang disponsori oleh Konsorsium Massachusetts tentang Kesiapan Patogen (MassCPR). Lembaga yang merupakan sebuah kolaborasi peneliti yang dipimpin HMS dari 15 lembaga Massachusetts dan Institut Guangzhou untuk Kesehatan Pernafasan di Cina.  

Tujuan MassCPR adalah untuk mendorong penelitian yang akan dengan cepat diterjemahkan ke garis depan pandemi COVID-19.

Pengarahan publik selama 90 menit, yang berfokus pada masalah yang diangkat oleh upaya pembukaan kembali mobilitas orang.

Dipandu oleh HMS Dean George Daley dan termasuk presentasi tentang mobilitas orang Amerika selama pandemi, upaya pelacakan kontak, pengembangan alat pelindung diri, dan pengujian virus dan antibodi  sebagai cara untuk mendeteksi kasus baru dan lebih memahami  pandemi melalui masyarakat.

 "Kami bersatu dalam tujuan bersama untuk meningkatkan keahlian biomedis kolektif kami untuk menghadapi tantangan langsung pandemi COVID-19," kata Daley,yang bertugas di komite pengarah MassCPR.  

"Tapi kami juga berkomitmen untuk membangun komunitas ilmiah yang lebih siap untuk patogen yang muncul berikutnya." tambahnya

Dalam presentasinya, Nardell, yang pekerjaannya di masa lalu berfokus pada cara untuk memerangi TB yang resistan terhadap obat, mengatakan Ada dinamika yang serupa dengan yang ada di AS, dan juga di negara lain nya  

Nardell juga  mengutip kenaikan penjualan pendingin udara di India, di mana sistem dirancang untuk membawa sedikit udara luar, padahal hal ini dapat  meningkatkan peluang penularan.  India, dengan hampir 500.000 COVID-19 kasus, melaporkan 17.296 kasus baru dan 407 kematian pada hari Jumat, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.

Dari  hasil seminar  tersebut, kita di Indonesia harusnya sudah mengurangi WFO dan bergerak ke WFH, Mengingat banyak kantor di Indonesia banyak yang menggunakan Pendingin Udara dan tetutup dari udara luar. Hal ini justru memudahkan penularan itu terjadi. Untuk itu dasarankan memakai lampu ultra violet untuk membunuh  bakteri dan virus.. 

Penulis adalah Aktivis Mahasiswa

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama