By Helmi Adam
IMF memperkirakan PDB akan terkontraksi
sebesar 3 persen pada tahun ini. Proyeksi ini berubah 180 derajat dari proyeksi
awal tahun yang masih optimis tumbuh 3,3 persen tahun ini.
IMF melihat dunia sedang berada dalam tahap awal krisis
ekonomi paling parah dalam hampir seabad. IMF melihat angka pengangguran di
Amerika Serikat akan meningkat menjadi 10,4 persen dan 9,1 persen pada tahun
2021.
Beberapa negara mulai mengambil langkah untuk 'menyerang'
balik pandemi virus corona. Di Amerika Serikat, misalnya, sebagai epicentrum
baru wabah covid-19, anggota parlemen telah memberikan lampu hijau untuk
memberikan stimulus hingga US$2 triliun
Kondisi saat ini jauh lebih 'menyeramkan' dari 90 tahun lalu. Bahkan
IMF telah mengeluarkan peringatan resesi bisa terjadi hingga 2021 jika para
pembuat kebijakan gagal melakukan koordinasi global untuk bertahan dari virus
corona.
Indonesia yang masuk dalam
deretan negara maju, juga mengalamia dampak yang luar biasa dari adanya pandemi
korona ini. Indonesia mengeluarkan stimulus ekonomi untuk corona hampir 700
trilyun totalnya namun sayangnya kebijaksanaan Indonesia belum tepat sasaran.
Ada 3 kesalahan atau Kita sebut dengan istilah TRISIAL kebijakkan
yang seharusnya bias mnengktkan pertumbuahn ekonomi, tapi gagal. Namun semuanya
bisa
diperbaiki untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasiona yaitu ;
Pertama Bantuan PRA KERJA
Begitu ribetnya dana bantaun
kartu pra kerja padahal yang disasar adalah korban PHK yang nota bene biasa
bekerja dan pernah bekerja, dan sudah memiliki keahlian sendiri.
Untuk mendapat uang para
korban PHK harus mendaftar Kartu Pekerja yang dinyatakan lolos seleksi,
pemerintah memberikan dana sebesar Rp 3.550.000 yang dialokasikan untuk
membayar biaya pelatihan (kursus online) dan insentif bagi pesertanya. Dana
tersebut akan ditransfer lewat rekening bank atau dompet digital (e-wallet).
Pagu untuk membayar pelatihan ditetapkan sebesar Rp 1.000.000 per peserta.
Sementara untuk insentif terdiri dari dua bagian, yakni insentif
pasca-penuntasan pelatihan pertama sebesar Rp 600.000 per bulan selama 4 bulan
(Rp 2.400.000
Padahal jika pemerintah memberikan uang tunai langsung sebesara 3,55 juta, dan membebaskan mereka memilih sendiri lembaga pelatihan kerjnya maka ekonomi akan tumbuh dengan signifikan. Karena akana da banyak lembaga pelatihan yang tumbuh, dan multiflyer effect nya lebih besar.
Kedua adalah Gaji ke-13 dan
Pemotongan TKD Guru
Yang paling menyedihkan
lagi potongan TKD untuk guru mencapai 50 persen, dan rencana pemotongan gaji
ke-13 ASN. Padahal hal itu mendorong konsumsi domestik yang berujung pada
peningkatan pada gerak ekonomi masyarakat yang akhinya meningkatkan pertumbuhan
ekonomi nasional.
Ketiga adalah Paket Bantuan
Sembako
Berdasarkan Perpres
72/2020 tentang Biaya Penanganan covid-19, pemerintah mengalokasikan dana perlindungan sosial
sebesar Rp 203,9 triliun. Dari anggaran tersebut, ada kurang lebih sebesar Rp
68 triliun dianggarkan untuk sembako, logistik dan pangan.
Sayangnya bentuk bantuan
diberikan langsung berbentuk barang bukan bentuk uang. Padahal seharusnya,
bantuan kepada masyarakat bisa diberikan dalam bantuan langsung tunai (BLT), di
mana masyarakat yang menerima BLT nantinya bisa langsung membelikan
kebutuhannya di warung-warung dan pasar tradisional, yang pada akhirnya hal itu
bisa menggerakkan ekonomi rakyat kecil
TRISIAL kesalahan ini masih bisa diperbaiki, mumpung anggarnya belum turun, agar ekonomi tumbuh positif.. Aamiin
Penulis Adalah Direktur Syafaat Foundation Indonesia