GAWAT.. VIRUS COVID19 JENIS BARU BELUM ADA VAKSINYA HINGGA KINI ?





 Belakangan ini varian virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) bernama D614G banyak diperbincangkan. Alasannya varian ini dinilai sangat menular.

Apalagi varian ini kabarnya juga sudah ditemukan di kota-kota besar di RI seperti DKI Jakarta, Tangerang, Yogyakarta, Bandung dan Surabaya. Tak perlu bingung jika membaca kata varian yang berarti jenis.

Secara sederhana varian dapat didefinisikan sebagai suatu jenis virus yang masih berada dalam kelompok yang sama tetapi memiliki beberapa perbedaan. Seperti halnya manusia

Sama-sama manusia tetapi bisa memiliki warna mata yang berbeda. Ada yang coklat, biru dan hitam yang menunjukkan adanya varian, begitu juga dengan virus corona yang menjadi biang keladi pandemi Covid-19 saat ini. 

Sebagai informasi tambahan, penamaan varian D614G ini didasarkan pada susunan suatu molekul kimia bernama asam amino yang membentuk struktur luar virus bernama protein Spike.

Adanya mutasi atau perubahan genetik dapat memunculkan perbedaan susunan asam amino penyusun struktur Spike yang pada akhirnya akan membuat varian baru muncul. 

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa varian D614G ini merupakan varian virus corona yang dominan menyebar secara global. Namun penelitian terbaru yang dilakukan oleh Korber dkk dan dipublikasikan di jurnal ilmiah internasional Cell pada 20 Agustus lalu menunjukkan hasil yang mencengangkan.

Dalam penelitian tersebut Korber menunjukkan bukti bahwa varian D614G mulai digantikan oleh varian lain yang diberi nama G614. Varian ini dilaporkan pertama kali muncul di Eropa pada 22 Februari lalu dan kini sudah menjadi bentuk yang dominan.


Awalnya memang mutasi yang lebih dominan muncul adalah varian D614G. Namun seiring dengan berjalannya waktu muncul varian G614 dan mulai bersirkulasi bersama. Namun sekarang varian ini mengalami peningkatan frekuensi sirkulasi yang signifikan di banyak populasi.

Masalahnya varian ini ternyata lebih mudah menginfeksi inangnya dibanding varian lama D614G.

"Kami juga menemukan G614 memiliki keterkaitan dengan tingginya asam nukleat virus di saluran pernapasan bagian atas pada pasien manusia yang menunjukkan viral load yang lebih tinggi, dan dengan infektivitas yang lebih tinggi dalam tes pseudotipe ganda" tulis laporan itu.

Berdasarkan data tracking yang ada, varian G614 ini menyebar lebih cepat ketimbang D614G, sehingga lebih menular dan hipotesis ini juga konsisten dengan uji in vitro maupun in vivo.

" Menariknya, kami tidak menemukan bukti efek G614 pada tingkat keparahan penyakit. Artinya ini tidak ada kaitannya secara signifikan dengan status rawat inap. Namun, hubungan antara varian G614 dan tingkat kematian yang lebih tinggi telah dilaporkan dalam perbandingan tingkat kematian di seluruh negara, meskipun analisis semacam ini tergolong sulit mengingat ketersediaan pengujian dan perawatan yang berbeda-beda di setiap negara" ungkap laporan tersebut.

Secara umum tipe baru ini lebih menular. Namun apakah mengakibatkan keparahan dan kematian yang lebih tinggi pada penderita masih perlu penelitian lebih lanjut. Lantas apa sebenarnya implikasi dari temuan varian virus corona baru ini?

"Jika varian G614 memang lebih menular daripada bentuk D614, maka mungkin membutuhkan tingkat antibodi yang lebih tinggi untuk mendapatkan perlindungan terhadap virus baik itu dari vaksin atau agen terapeutik antibodi lainnya ketimbang D614." ungkap laporan tersebut.

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama