GAGALNYA KRISTENISASI DI INDONESIA, TUTUPNYA SEKOLAH SEKOLAH KRISTEN DI SOLO



GAGALNYA TOTAL KRISTENISASI DI INDONESIA, HAL INI DAPAT DILIHAT DENGAN DITUTUPNYA SEKOLAH SEKOLAH KRISTEN DI SOLO 

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kristen 4 Solo di bawah Yayasan Perhimpunan Pendidikan Kristen Solo (PPKS) tutup pada tahun pelajaran 2019/2020 karena kekurangan siswa.

Tutupnya SMP Kristen 4 Solo menambah daftar panjang sekolah swasta yang tumbang di Kota Bengawan. Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com, dalam kurun tiga tahun terakhir ada empat SMP swasta yang tutup yaitu SMP Widya Bhakti, SMP Kristen 2 Solo, dan SMP Tripusaka.

Saat Solopos.com mendatangi SMP Kristen 4 di Jl. Ahmad Yani, Tegalharjo, Jebres, Solo, pada Kamis (25/7), sekolah telah kosong. Kepala Bidang (Kabid) SMP Dinas Pendidikan (Disdik) Solo, Bambang Wahyono, mengatakan SMP Kristen 4 Solo tutup mulai tahun pelajaran 2019/2020.

Ia mendapatkan pemberitahuan penutupan SMP 4 Kristen Solo secara lisan dan tertulis. “Salah satu perwakilan Yayasan ke sini menyampaikan hal itu. [Mereka] juga menyampaikan surat secara formal ke Dinas Pendidikan.” Mengenai alasan sekolah tutup, Bambang enggan menjelaskan. Dia meminta Solopos.com untuk menghubungi sekolah atau yayasan yang bersangkutan.

“Siswa SMP kristen 4 telah dipindah ke sekolah lain. Mereka dipindah ke SMP Kristen 3 Solo. Sedangkan guru-guru itu dikelola yayasan,” ujarnya saat ditemui Kamis. Semua sarana dan prasarana sekolah kembali kepada yayasan.

Sementara itu, Kepala SMP Kristen 4 Solo, Kristanto, ketika dihubungi Solopos.com mengatakan lembaganya masih dalam proses penutupan ke Dinas Pendidikan. Mengenai jumlah siswa, dia mengaku tidak banyak. “Sehingga tidak perlu dibesar-besarkan. Untuk keterangan lebih lanjut bisa ditanyakan melalui yayasan,” jelas dia.

Ketua Dewan Pendidikan Kota Solo (DPKS), Joko Riyanto, mengatakan beberapa sekolah swasta yang tidak bisa bersaing akan tumbang. Sekolah-sekolah tersebut akan mati perlahan. Sekolah swasta harus bisa membenahi segala aspek penunjang. “Dengan munculnya sekolah dengan ciri khusus akan membuat sekolah swasta lainya takut, mereka takut tidak bisa bersaing,” kata dia.

Saat ini pandangan orang tua terhadap sekolah telah bergeser. Mereka tak lagi melihat rangking sekolah, tetapi melihat keterampilan yang diajarkan sekolah sehingga sekolah tersebut berbeda dibandingkan sekolah lain.

Selain itu SMA di Kota Solo yang akan tutup pada tahun ini. Setelah SMA Tripusaka milik Yayasan Pendidikan Tripusaka memastikan tutup pada April lalu, kini giliran SMA Kristen 2 yang akan ditutup oleh Yayasan Perhimpunan Pendidikan Kristen Solo.

Terkait penutupan tersebut, semua siswa SMA Kristen 2 akan dipindahkan ke SMA Kristen 1 Solo. Penutupan sekolah swasta itu disebabkan menurunnya jumlah siswa setiap tahun. Sekolah yang berusia 37 tahun itu (dibangun pada 1982) terletak di Jl. Abdul Muis No. 35, Setabelan, Banjarsari, Solo.

Pada 1998, sekolah tersebut masih memiliki jumlah murid yang ideal, yakni 40 siswa per kelas. Kini, jumlah siswa per kelas rata-rata hanya 15 orang.

"Menurunnya jumlah siswa per tahun disebabkan minat masyarakat menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah ini semakin berkurang mengingat adanya sistem zonasi yang diadakan di SMA negeri. Ditambah beberapa SMK negeri yang sudah dibangun," kata Kepala SMA Kristen 2, Bambang Siswanto, saat ditemui Solopos.com, Rabu (8/5/2019).

SMA Kristen 2 Solo terdiri atas 12 ruang kelas dengan laboratorium fisika, laboratorium kimia, dan laboratorium biologi. Saat Solopos.com menilik laboratorium tersebut dari kaca jendela, tampak segala perlengkapan seperti kerangka manusia, peraga tubuh biologis manusia, tabung kimia berbentuk lonjong, dan beberapa alat lain masih masih lengkap.

Begitu juga dengan laboratorium komputer dan ruang mesin jahit yang lengkap dengan alat-alatnya. Saat ini, siswa kelas X sebanyak sebanyak 13 anak telah dialihkan ke SMA Kristen 1 Solo sejak awal tahun ajaran 2018-2019 lalu.

"Siswa yang masih bersekolah di SMA Kristen 2 tinggal siswa kelas XI dan siswa kelas XII. Jumlah siswa kelas XI ada 20 anak, yang terbagi menjadi dua kelas. Sedangkan jumlah siswa kelas XII ada 15 anak," tutur Bambang.

Bambang menambahkan guru-guru yang masih bekerja di sekolah itu tengah melamar pekerjaan sebagai guru di sekolah lain. Ada yang melamar ke SMK Kristen 1, SMK Kristen 2, dan beberapa sekolah lain. Meskipun sekolah tersebut mengalami penurunan jumlah siswa tiap tahun, sekolah tersebut tidak menerima siswa yang tidak naik kelas atau siswa pindahan dari sekolah lain. SMA Kristen 2 tetap mengusahakan mutu pendidikan yang baik.

Kepala Seksi SMA Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VII Provinsi Jateng, Heru Supriyanto, mengatakan belum menerima Surat Keputusan Penutupan SMA Kristen 2 dari Yayasan PPKS. Ia mengatakan SMA swasta yang telah melaporkan akan ditutup yakni SMA Tripusaka.

"Saya memang mendapat infomasi dari Kepala SMA Kristen 2 bahwa sekolah tersebut akan di-merger dengan SMA Kristen 1 sehingga SMA Kristen 2 akan ditutup," jelas dia.

Soal sistem zonasi yang disebut menjadi salah satu penyebab minimnya calon siswa yang mendaftar di SMA Kristen 2, Heru menjelaskan sistem zonasi sejatinya diadakan dengan tujuan memeratakan pendidikan sekolah, baik swasta maupun negeri. "Jika sekolah tersebut akan ditutup, mau bagaimana lagi," kata Heru.

 Sedangkan untuk sekolah katholik  ada Sebanyak 540 sekolah swasta Katolik di wilayah Keuskupan Agung Semarang kekurangan murid. Sebagian sekolah terpaksa tutup dan sebagian lainnya beralih fungsi atau tetap bertahan sebagai sekolah dengan menambah berbagai fasilitas baru. Uskup Agung Semarang Mgr Johanes Pujasumarta Pr mengatakan hal itu di Gereja Ignatius Magelang, Jumat (12/4).

Uskup mencontohkan, dari 194 sekolah swasta Katolik yang didirikan oleh Yayasan Kanisius, sekitar 90 sekolah akhirnya terpaksa tutup karena terus tidak mendapat murid. 

”Dari laporan yang kami terima, sekolah yang tidak mendapatkan murid akhirnya ada yang terpaksa beralih fungsi menjadi panti wreda,” ujarnya. Pengalihan fungsi dari sekolah menjadi panti wreda ini terjadi pada sebuah sekolah di daerah Banyumanik, 

Kota Semarang. Wilayah Keuskupan Agung Semarang meliputi seluruh Provinsi DI Yogyakarta dan wilayah Jawa Tengah sebelah timur meliputi Kevikepan Kedu, Semarang, dan Surakarta. Pengurangan jumlah murid karena berkurangnya jumlah murid baru di setiap tahun ajaran baru ini terjadi sejak akhir tahun 1990-an. 

Kepala Divisi Pendidikan Yayasan Tarakanita Wilayah Jawa Tengah Theodorus Edy Pramono mengatakan, di Jawa Tengah, ada sembilan sekolah yang didirikan Yayasan Tarakanita. Selama ini, sembilan sekolah tersebut menyediakan kursi bagi sekitar 3.000 siswa, tetapi hampir setiap tahun kekurangan murid, sehingga harus ditutup..

sumber : Solo Pos dan Kompas

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama