Kasus Demo 22 Mei 2019 di Jakarta : Perang Media Mainstreams VS Media Sosial Emak Emak

Oleh Helmi Adam

Saya bertemu beberapa emak emak ketika melakukan research kecil tentang revolusi emak emak di era digital. Nampak emak emak mengungah video hingga selfie di depan bawaslu. Lalu kemudian malamnya terjadi kerusuhan yang menyebabkan emak emak bubar. Episode selanjutnya justru lebih menarik, karena episode selanjutnya justru perang di dunia digital, antara media mainstream dengan emak emak.

Demo di depan bawaslu yang diikuti emak emak menyebabkan 8 orang meninggal dunia dan belasan orang hilang serta adanya ratusan orang mengalami luka. “Hal ini terjadi di negara demokrasi terbesar ke tiga di dunia” kata Tuti bukan nama asli yang merupakan emak emak militan. Sementara hampir semua berita media mainstream tidak memberitakan tentang kekerasan yang terjadi oleh oknum Brimob, bahkan yang meninggal dengan peluru pun tidak ada beritanya pada hari itu. Sementara di dunia maya telah beredar gambar dan video kekerasan yang dilakukan aparat dengan cepat.  Namun sayangnya, yang dilakukan aparat pun makin kontra produktif dengan menutup akses dunia maya selama 2 hari. Hal ini membuat emak emak marah, tapi tak berlangsung lama karena  Dunia maya tak gampang ditaklukan, apalagi jika id tanagn emak emak. Hal ini karena beredar aplikasi VPN sebagai alternatif unuk mengirimkan gambar dan video oleh emak emak. Yang lucunya emak emak yang tadinya gaptek bisa mengajarkan keteman temanya setelah menerima informasi tersebut.

Tidak berhenti sampai disitu BCA dan pemerintah mengumumkan bahayanya pengunaan VPN, padahal emak emak menggunakan VPN karena ulah pemerintah yang menutup akses media social untuk pengiriman gambar, sehingga data pemakai internet di Indonesia dipegang oleh VPN. Itupun jika berita itu benar seperti yang umumkan melalui pesan singkat oleh  pemerintah. Dan lucunya emak emak malah menyalahkan pemerintah lagi. Alasan emak emak adalah “gara gara pemerintah menutup akses, mereka jadi menggunakan VPN, dan jika data mereka diambil VPN, maka pemerintah harus bertanggung jawab” itulah  alasanya santi istri kontraktor. Tentu saja alasan masuk akal. 

Akhirnya pemerintah membuka kembali layanan media social untuk pengiriman gambar dan video. Namun dampaknya luar biasa bagi emak emak, mereka jadi lebih mudah mendpatkan   informasi kekerasan yang sebelumnya tertahan untuk beredar. Gamabr dan video pun dengan massif beredar di media social dari mulai Whatsapps, Facebook hingga Instagram. Hal ini menyebab melonjaknya penggunaan data dan banyak emak emak yang mendownload Telegram, sehingga pengguna telegram melonjak. Ujungnya adalah tranparansi informasi yang tidak bisa dicegah.

Selanjutnya babak baru dimulai, dengan penangkapan para tokoh  yang dianggap akan melakukan makar. Media mainstream sibuk memberitakan pembenaran atas yang dilakuakan pemerintah. Sementara emak emak di media sosial sibuk dengan penyangkalan yang dilakukan pemerintah. Media social  menggunakan tokoh ataupun tulisan tulisan ringan, sehingga membuat masyarakat semakin melek informasi. Pemrintahpun tak mau kalah merekapun mengelurkan pula gambar gambar tandinagn di media social yang seperti pembenaran apa yang dilakukan pemerintah.  Namun semakin pemerintah menyangkal dengan berita dan gambar, justru semakin masif berita alternatifnya yang dimiliki emak emak.

Pertanyaanya bIsakah kita menutup informasi di era digital  pada emak emak?

Jawabanya sederhana saja tidak bisa. Karena pengguna smartphone ada dimana mana dan meningkat dengan tajam. Pengguna smarthone saat ini, lebih banyak digunakan oleh emak emak, untuk bergosip hingga berpolitik. Mungkin karena sifat emak emak yang selalu ingin tahu informasi sehingga penyebaran informasi melalui media social banyak dilakukan oleh emak emak, yang hari harinya memang tidak begitu sibuk. Dan penggunaan media sosialpun lebih banyak di gunakan oleh emak emak.

Hal inilah yang menyebabkan peran emak emak menjadi menonjol dalam penyebaran informasi dan perubahan social. Berbeda dengan mahasiswa yang disibukkan dnegan belajar dan kegiatan kegiatan yang tidak berbau politik, tapi lebih ke ngurus pentas music, ataupun seminar hingga urusan pacaran. berbeda dengan emak emak yang mampu mengisi kegiaatanya dari mulai urusan rumah tangga hingga politik. Terus mengapa emak emak sekarang tertarik ke politik ? mungkin ada beberapa sebab yang secara psikologis menjadi penyebab emak emak tertarik pada politik :

Pertama emak emak muda saat ini, hampir seeuanya punya kelompok arisan dan pengajian, yang suka diisi oleh ustad ustad yang cerdas dan juga membicarakan politik. Ustad ustad ini bisa diterima oleh emak emak jika ustad ustad  memiliki kemampuan ilmu yang dimiliki dan juga wawasan yang luas, kalau tidak jangan harap ustad ustad itu dipanggil lagi. Biasa emak emak kapok dan tidak memanggil sang ustad apabila sang ustad sudah membela yang tidak diyakini emak emak. Misalnya emak emak yakin ada yang salah dalam pemerintahan tapi si ustad membela mak besoknya pasti diblacklis. 

Kedua Emak emak ini merasakan harga harga mahal, dan semakin sulitnya mendapatkan uang dari suaminya (buka Dari suami yang Pelit) hal inilah yang emmicu emak emak marah. Apalagi narasi pembantu pembantu presiden seperti Harga daging mahal, di suruh makan bekicot, beras mahal suruh tanam sendiri. Hal ini membuat Kesal emak emak. Dan sepertinya bukan cari solusi tapi cari perkara sama emak emak.

Ketiga emak emak biasanya punya waktu luang yang banyak, dan hampir semua waktu emak emak tersedot dengan media sosial, dari resep masak hingga reseap membahagiakan suami. sehingga keyakinannya menjadi tambah tebal dengan media social. Maklum emak emal bukan lah pembaca berita yang panjang panjang, mereka lebih suka yang singkat singkat dan to the poin.

Keempat adalah rasa ingin tahu emak emak yang tinggi tehadap keadaan sekitarnya. Bahkan gelas jatuh dikampung, emak emak bisa tahu. Dan jika informasi itu penting, emak emak akan cepat sekali memainkan tombolnya untuk menyebarkan berita tersebut. 

Kalima berita politik menjadi menarik karena pelarian emak emak yang selama ini ngomongin orang atau tetangga,  menajdi lebih baik ngomongin politik. Sebab pengajian memberia dampak kesadaran untuk tidka ngomongin tetangga lagi. Apalagi emak emak sekarang malu kalau ngomongin orang, “udah ngak jamanya lagi kalees “ kata Mimin (bukan nama Asli) istri seorang pedagang

Kelima hal inilah sehingga emak menjadi pengguna media social politik yang militant. Emak emak tidak lagi dalam dunia maya, tetapi masuk dunia nyata. Oleh karena itu jangan sekali kali membohongi dan menutupi kebenaran dihadapan emak emak karena efeknya akan fatal,,,bisa bisa emak emak minta merdeka, dan kalau ini terjadi bisa hancur bangsa ini..karena emak emak tiang agama dan emak emak juga tiang Negara….


Penulis Direktur Syafaat Fondation Indonesia

1/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Unknown mengatakan…
Media yg akurat langsung personal adalah medsos ada keadilan yg dikebiri penguasa akan terkuak disana
Lebih baru Lebih lama