Serial Teori Keynes : Belajar Dari Krisis AS Tahun 1929-1939. Utang bertambah, Indonesia mengalami Stagflasi ?



Belajar Dari Krisis AS Tahun 1929-1939.
Utang bertambah, Indonesia mengalami Stagflasi ?

Oleh : Helmi Adam




Tahun 1929 AS serikat mengalami krisis, hal ini disebabkan turun-nya permintaan. Tanda tanda itu dimulai dengan melonjaknya orang miskin hingga 40 %. Ketimpangan terjadi di mana-mana, karena 1 persen orang di AS memiliki 59 persen kekayaan Negara. Sementara 87% rakyat miskin hanya menikmati 10 persen kekayaan Negara. Akibatnya adalah turunnya daya beli masyarakat yang mnyebabkan turunnya permintaan yang otomatis barang barang mewah mengalami tidak laku di pasaran.

Keadaan diatas menyebabkan masyarakat membeli barang secara kredit yang melebihi kemampuan mereka untuk membayar kredit. Hal ini disebabkan 80 persen masyarakat tidak memiliki tabungan. Sehingga banyak masyarakat tidak mampu membayar pinjaman. Padahal hutang terus bertambah dan bertambah. Sementara itu di pasar modal terjadi spekulasi berlebihan, hal ini diakibatkan oleh sikap dan prilaku “ingin cepat kaya” Atau istilah ASnya duku “Get Rich Quick”. Para investor berani mengambil resiko dengan membeli saham diatas  margin. Namun ketika pasar modal hancur, banyak investor yang kehilangan hartanya, dan bank pun ikut hancur karena pinjaman tak bisa ditagih.

Industri saat itu mengalami over produksi, sehingga banyak barang yang tak laku di jual. Akibatnya terjadi PHK dimana mana. Hal ini justru memperburuk situasi, karena daya beli akan semakin menurun. Dan barang makin tidak laku lagi. Akibatnay terjadi yang di sebut Cost Inflation, atau inflasi yang terjadi bukan karena harga naik karena pengahasilan naik dan uang beredar besar di pasar, tetapi jsutru terjadi karena biaya naik , daya beli tida mendukung, permintaan rendah.  

Yang paling menderita saat itu adalah petani, karena terjadi kekeringan yang panjang, menyebabkan produksi menurun sedangkan harga tidak naik malah jatuh. Rendahnya penghasilan petani saat itu menyebabkan petani tidak mampu membayar hutang hutangnya. Dan akhirnya bank bank mengalami kerugian, bahkan mengalami kesulitan likuiditasnya.

Akhirnya banyak orang tinggal di gubuk atau tenda di tanah kosong, karena tak mampu membayar hipoteknya. Mereka menyebutnya sebagai Hooverville. Hal ini disebabkan oleh presiden Amerika saat itu bernama Herbert Hoover yang tidak membantu mereka sama sekali pada saat depresi ekonomi terjadi. Karena Hoover percaya dengan ekonomi klasik saat itu yang menjadi filosofi dunia.

Filosofi Hover adalah Rugged Individualism, yaitu orang berhasil berkat usahanya sendiri. Bahkan Hoover mengatakan lebih jauh lagi “Pull Themselves by their Bootstraps , atau dengan kata lain Hoover amu mengatakan Masyarakat atau individu akan bisa mendorong dirinya untuk keluar dari masalahnya, jadi biarkan saja. Pandangan liberal Hoover makin terlihat saat ini berpidato bahwa masyarakat harus mendukung pemerintah bukan sebaliknya pemerintah yang mendukung masyarakat. Tapi apakah Hoover yakin dengan pandangan “pasar bebasnya” ?

Pada kenyataanya Hoover sendiri tidak yakin, Hal ini dibuktikan  dengan kebijakan-nya membuat Federal Farm boarduntuk membantu petani. Kemudian dia membantu bank bank kecil dengan membentuk national credit Organizationdan kemudian dia melindungi rumah tangga rakyatnya dengan membuat federal home Loan Bank Act dan melindungi bisnis rakyat Amerika denganRecontruction Finance Corp. Namun sayangnya tindakan Hoover sudah telambat sehingga tidak bisa  menyelamatkanny dari krisis ekonomi di AS.

Lalu pertanyaan berikutnya apa sumbangan JM. Keynes terhadap Krisis ekonomi saat itu ? Disnilah peran penting Keynes dengan teorinya yang mengatakan : “Supply creates own demand”Penawaran menciptakan perpermintaanya sendiri. Karena tabungan tidak akan menyebabkan penurunan permintaan karena perusahaan akan meminjam semua uang yang disimpang untuk investasi—pembelian barang modal, seperti mesin, pabrik, dll 

Selanjutnya Keynes melihat equilibrium terjadi jika konsumsi sama dengan total hasil. Dimana  Secara  sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut ; kondisi ekuilibrium dicapai dengan 2 jalan: (1) total konsumsi = total output, atau (2) investasi = tabungan. Sebagai contoh, ketika $1,000 miliar output dihasilkan oleh industri, ia akan menciptakan $1,000 miliar pengeluaran (konsumsi sebesar $900 miliar + investasi $100 miliar). Pada saat yang sama, sejumlah rumah tangga menginginkan untuk menyimpan seniai sama dengan jumlah investasi yang diinginkan oleh industri. Jadi, $1,000 miliar adalah titik ekuilibrium (equilibrium output). 
Jadi jelasnya menurut JM Keynes tabungan menciptakan penawaran sedangkan investasi menciptkan permintaan, karena itu investasi tidak sama dengan tabungan. Karena motif tabungan buat berjaga jaga sementara investasi, adalah mencari keuntungan sebesar besarnya
 Sumbanganya tentang pentingnya intervensi pemerintah untuk mengatasi krisis dengan mendorong permintaan melalui investasi yang diciptakan pemerintah untuk  mendorong pemerintah saat itu, agar keluar dari krisis. Tapi apa yang dilakukan oleh kaynes terbukti tidak bisa dilakukan terus menerus karena pada akhirnya kan melahirkan stagflasi tahun 1979, yaitu kondisi pertumbuhan ekonomi yang stag sementarA inflasi bertambah. Artinya kalau kita menggunakan teori Todaro  maka pertumbuhan dikurangi inflasi itulah pertumbuhan sebenarnya. Seperti Indonesia dengan pertumbuhan rata rata di 4-5 persen dengan inflasi bermain di area 3-3,5 persen maka pertumbuhan sebenarnya hanya diagka 1-1,5 Persen, Hal inilah yang menyebabkan sulitnya  penganguran  bisa diatasi.

Pertanyaan berikutnya adalah apakah kita mengalami stgaflasi ? kita tahu pada era SBY atau pada tahun 2008 terjadi krisis keuangan dunia, kemudian pemerintah menggunakan pendekatan keynes untuk mengatasinya dan berhasil, namun sayangnya ketika jaman era Jokowi pendekatan ini terus dilakukan sehingga menciptakan stagflasi pertumbuhan diangka 5 persen. Padahal ketika era 1979, terjadi stagflasi, kamudian kaum liberal atau klasik melakukan revisinya dengan nama neo klasik atau neoliberal, untuk terlepas dari stagflasi.Disisi lain penambahan utang  tidak mampu menambah kinerja ekonomi dengan baik. karena penambahan utang khususnya dari Cina sedikit membuat multiflayer effect.Hal ini disebabkan oleh proyek dari Cina yang berbentuk infasrtruktur menggunakan tenaga kerja dan bahan baku dari Cina seperti semen dan baja. Sehingga yang menikmati multiflayer effectadalah Negara kreditur yaitu cina.

Definisi stagflasi sendiriadalah pertumbuhan ekonomi yang stagnan, tingginya tingkat pengangguran dan inflasi yang tinggi. Ini adalah situasi yang tidak biasa karena inflasi tidak seharusnya terjadi ketika ekonomi lemah. Permintaan konsumen turun cukup untuk menjaga agar harga tidak naik. Pertumbuhan yang lambat dalam ekonomi pasar normal mencegah inflasi. Sebagian pakar berpendampat bernama Cost Inflation (lihat tulisan saya sebelumnya tentang cost inflation di helmi adam  channel  blog spot ini). Hal ini terjadi karena pada saat bersamaan, kebijakan lain memperlambat pertumbuhan. Seperti  yg dilakukan  pemerintah dengan  menaikkan pajak, atau  bank sentral menaikkan suku bunga secara bersamaan. Padahal Keduanya menciptakan baiaya sehingga mencegah perusahaan memproduksi lebih banyak. Dan Ketika kebijakan ekspansif dan kontraktif bentrok terjadi, ia dapat memperlambat pertumbuhan sekaligus menciptakan cost inflatin, Itulah yang dinamakan stagflasi.

Pertanyaanya berikutnya apakah kita mengalami stagflasi ? di tahun 2015-2019 ? inilah yang dibutuhkan kejujuran untuk memakai semua data, jangan sampai kita terlambat mengantisipasi seperti zimbwabe, yang akhirnya melahirkan hiperinflasi ….

Penulis adalah Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Borobudur Jakarta..

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama