KTT G 20 Siapa diuntungkan ? Kita Dapat Apa ?



Oleh Helmi adam

Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) G 20 telah resmi berakhir. Para pemimpin negara-negara membahas berbagai hal. Mulai dari perdagangan, investasi, produksi minyak, hingga perubahan komprehensif yang dibahas di Osaka Jepang. G20 merupakan forum yang terdiri dari 20 negara dengan nilai ekonomi atau Produk Domestik Bruto  terbesar di dunia. Oleh karena itu dianggap memiliki dampak sistemik pada keuangan dunia. Hal inilah, mengapa  KTT G 20 sangat ditunggu oleh pelaku pasar, bahkan seluruh masyarakat dunia.

Lalu pertanyaannya siapakah negara yang paling diuntungkan di KTT tersebut? ada satu negara yang keluar sebagai 'pemenang', karena sosok Presidennya, yaitu Donald Trump, Mantan seorang pebisnis yang kuat dari Amerika Serikat (AS), negara AS diuntungkan bukan karena memiliki nilai ekonomi di dunia, lebih karena kecerdasan Presidennya

Seperti yang kita bahas dalam serial Perang Dagang AS vs Cina, sudah berbulan-bulan lamanya AS dan Cina, minta bea masuk untuk produk impornya, satu sama lain yang memberikan  nilai tambah ratusan  miliar. Trump melakukan hal ini, untuk menentang kebijakan pemerintah Cina yang dianggap sangat merugikan AS. Karena Cina memberikan subsidi kepada perusahaan-perusahaan milik pemerintah, melakukan pencurian kekayaan intelektual, hingga transfer teknologi yang dipaksa oleh perusahaan asal AS yang berinvestasi di Cina.

Setelah itu, pemberitaan yang santer tentang Perang dagang  antara AS dan Cina, mengalami  gencatan senjata, di bidang perdagangan, untuk menyambungkan lagi rantai negosiasi yang sudah terputus sejak bulan Mei. Pemberitaan ini pertama kali digaungkan oleh South Cina Morning Post (SCMP) dengan mengutip berbagai sumber yang mengetahui masalah tersebut, mengatakan bahwa Trump  melakukan gencatan senjata ini, karena adanya persyaratan dari Xi, jika Trump ingin melakukan pertemuan di sela-sela gelaran KTT G20.

Namun, seperti halnya keuangan dan pasar keuangan dunia, jika AS dan Cina melakukan gencatan senjata di bidang perdagangan, namuni sedikit berbeda bagi kepentingan masa depan Trump. Pasalnya,  citra yang dibuatnya, seolah olah Cina begitu 'ngebet' ingin meneken persetujuan perdagangan dengan AS. Hal ini sangat bertolak belakang dengan komentar Trump sendiri,(yang dilontarkan berulang kali) bahwa ia nyaman dengan bea masuk yang ditentukan AS terhadap produk impor asal Cina.

Pada hari Jumat tgl 28 Juni 2019, trump justru membantah sendiri pemberitaan tersebut. "Saya tak menjanjikkannya, tidak," kata Trump. Tapi kenyataanya, AS tetap saja menyelesaikan gencatan senjata dengan Cina pasca kedua pimpinan negara bertemu.  Trump dan Xi bertemu selama sekitar 80 menit, kedua negara menyetujui persetujuan mereka untuk tak saling terkait, Bea Cukai, masuk baru, untuk produk penting dari masing-masing negara. Kantor berita  Cina, Xinhua melaporkan bahwa kedua negara setuju "untuk memulai kembali perundingan perdagangan kedua negara dengan landasan kesetaraan dan rasa hormat." Di sinilah , citra Trump terlihat terangkat, karena seolah olah  Cina lah, yang sebenarnya 'ngebet' untuk meneken persetujuan dagang. Buktinya, tanpa adanya persetujuan tentang gencatan senjata akan diteken,  Xi tetap bersedia mendukung Trump. Itu artinya sikap keras yang diambil Trump kepada Cina, telah membuahkan hasil.

"Kami menahan diri dari (membeli) bea masuk dan mereka akan membeli produk pertanian (asal AS)," tutur Trump. Meskipun belum disetujui pihak Cina tentang pembelian produk pertanian AS, namun jika apa yang diingini Trump benar-benar terjadi, maka hal ini dapat secara signifikan mendongkrak popularitasnya untuk pemilu kedepan. Karena selama ini produk agrikultur memang menjadi incaran pemerintah Cina dalam upayanya melawan balik serangan-serangan AS. Pada tanggal 1 Juni, pemerintah Cina resmi meminta bea masuk baru untuk produk agrikultur asal AS, seperti kacang tanah, gula, gandum, ayam, dan kalkun dari Negeri Paman Sam. Bea masuk baru yang berlaku adalah 20% dan 25%, dari yang sebelumnya 5% dan 10%.

Tahun depan Trump akan menghadapi pemilihan umum (Pemilu), kenaikan popularitas Trump di kalangan petani sangat penting artinya. Selepas gelaran KTT G20 berakhir, Trump bertolak ke Korea Selatan. Menjelang kunjungannya tersebut, Trump mengungkapkan keinginannya untuk bertemu dengan Pimpinan Korea Utara, Kim Jong Un,  melalui akun Twitter pribadinya, yang tidak mungkin dilakukan Trump terhadap  sekutunya, seperti Inggris. Inggris mungkin akan tidak akan punya  masalah, jika diajak pertemuan hanya melalui Cuitan di Twitter . Namun, hal ini  dilakukan dengan sengaja oleh  Trump,  mengundang negara yang secara teknis sedang berperang dengan AS untuk bertemu hanya melalui sebuah cuitan di Twitter.

Tapi apa yang terjadi ? Secara mengejutkan Kim siap untuk menemuinya. Pada hari ini waktu setempat, Trump bertemu Kim di zona netral. Hal ini semakin mengangkat populariats trump ke depan. Sedangkan Indonesia kurang memanfaatkan dengan baik pertemuan G 20 untuk melakukan reschedule utangnya. Kita mengalami ketakutan yang tidak mendasar. karena brazil bisa keluar dari krisis karena  mau melakuka rescheduling utangnya, dan sanpai sekerang aman aman saja. Mengingat di 2019 utang jatuh tempo kita amat tinggi dan memberatkan ekonomi, sehingga seharusnya kita melakukan kebijakan uang longgar, malah kita menggunakan kebijakan uang ketat, yang bisa membunuh kita sendiri, akibat beban utang yang tinggi.

Penulis Adalah  Direktur Syafaat Foundation..

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama