Rupiah Menguat, kabar gembirakah ?



Oleh Helmi Adam

Rupiah kuat belum tentu menguntungkan ekonomi kita, rupiah lemahpun demikian. Lalu mengapa Rupiah kita kadang kuat, dan kadang lemah ? Rupiah lemah tidak butuh Viagra untuk menguatkan-nya. Tapi yang harus dicermati adalah 7 faktor yang mempengaruhi perubahan kurs rupiah, yaitu ; 

Pertama Perbedaan Tingkat Inflasi Antara Dua Negara.

Negara yang tingkat inflasinya rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi. Daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain. Pada akhir abad 20 lalu, negara-negara dengan tingkat inflasi rendah adalah Jepang, Jerman dan Swiss, sementara Amerika Serikat dan Canada belum bisa dikatakan tingkat inflasinya tinggi, dan jika dibilang rendahpun tidak, Nilai tukar mata uang negara-negara yang inflasinya lebih tinggi akan mengalami depresiasi dibandingkan negara partner dagangnya. Sedangkan yang rendah akan mengalami apresiasi.

Kedua Perbedaan Tingkat Suku Bunga Antara Dua Negara
Inflasi, dan nilai tukar sangat berhubungan erat dengan suku bunga. Dengan merubah tingkat suku bunga suatu negara bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi akan menyebabkan permintaan mata uang negara tersebut meningkat. Investor domestik dan luar negeri akan tertarik dengan return yang lebih besar. Namun jika inflasi kembali tinggi, investor akan keluar hingga bank sentral menaikkan suku bunganya lagi. Sebaliknya, jika bank sentral menurunkan suku bunga maka akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara tersebut.
Ketiga Neraca Perdagangan 
Neraca Perdagangan  dua negara berisi semua pembayaran dari hasil jual beli barang dan jasa. Neraca perdagangan suatu negara disebut defisit bila negara tersebut membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan dengan pembayaran yang diperoleh dari negara partner dagang. Dalam hal ini negara tersebut membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagang, yang menyebabkan nilai tukar mata uang negara tersebut terhadap negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus, dimana nilai tukar mata uang negara tersebut menguat terhadap negara partner dagang.
Keempat Hutang Publik (Public Debt)
Neraca anggaran domestik suatu negara digunakan untuk membiayai proyek  kepentingan publik dan pemerintahan. Jika anggaran defisit maka public debt membengkak. Public debt yang tinggi akan menyebabkan naiknya inflasi. Defisit anggaran bisa ditutup dengan menjual Surat Utang Negara  atau mencetak uang. Keadaan bisa menjadi memburuk bila hutang yang besar menyebabkan negara gagal bayar, sehingga peringkat hutangnya turun. Public debt yang tinggi jelas akan cenderung memperlemah nilai tukar mata uang negara.

Kelima Ratio Harga Ekspor Dan Harga Impor

Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impor maka nilai tukar mata uang negara tersebut cenderung menguat. Permintaan akan barang dan jasa dari negara tersebut naik yang berarti permintaan mata uangnya juga meningkat. Keadaan sebaliknya untuk harga impor yang naik lebih cepat dari harga ekspor.

Keenam Kestabilan Politik Dan Ekonomi

Para investor tentu akan mencari negara dengan kinerja ekonomi yang bagus dan kondisi politik yang stabil. Negara yang kondisi politiknya tidak stabil akan cenderung beresiko tinggi sebagai tempat berinvestasi. Keadaan politik akan berdampak pada kinerja ekonomi dan kepercayaan investor, yang pada akhirnya akan mempengaruhi nilai tukar mata uang negara tersebut. 

Ketujuh adalah Faktor Ekonomi Dunia

Globalisasi menyebabkan saling keterkaitan antara satu Negara lain, Hal ini tentu menciptakan factor factor produksi atau ekonomi sebuah Negara. Sehingga ada satu Negara yang mempengaruhi ekonomi dunia, akan berdampak pada Negara keseluruhan. Seperti perang dagang AS dan Cina, Brexit, dna juag stabilitas timur tengah sebagai pemasok energy, juga sedikit banyak mepenagruhi nilai kurs mata uang suatu Negara.

Katujuh factor inilah yang menyebabkan naik turunya mata uang kita, tapi yang penting dari itu semua, adalah cadangan devisa yang besar, sehingga   rupiah mampu bertahan dari gejolak dunia. Perhatikan bagaimana Cina mampu menjadi kekuatan baru ekonomi dunia. Karena Cina memiliki cadangan devisa terbesar di dunia, dan mampu melakukan investasi di seluruh Negara di dunia. 
(baca juga du blog ini New Bullonisme Cina vs New Merkantilisme AS)


Penulis adalah Direktur  Syafaat Fundation Indonesia.

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama