Oleh Helmi Adam
Mall sebagai pusat perbelanjaan mengalami penurunan
tingkat okupansi. Hal ini bisa diakibatkan berbagai hal. Dari mulai turun nya
daya beli masyarakat hingga gempuran
situs belanja daring atau e-commerce.
Oleh karena itu pengelola mal harus berani
mengubah strategis bisnis dari yang
tadinya mall hanya diarahkan sebagai pusat belanja (shopping mall) menjadi gaya
hidup (lifestyle) mall. Khususnya untuk mall mall kelas menengah atas.
Dari hasil riset yang dipublikasikan PT Jones
Lang LaSalle (JLL), yang menunjukkan tingkat keterisian tenant (penyewa) di
pusat perbelanjaan mengalami trend penurunan terus menerus. Jika kita lihat
data dari tahun 2013 lalu, tingkat okupansi mencapai 95% dengan luas area yang
disewa mencapai 350.000 meter persegi. Trend ini, terus berangsur turun,
pada 2016 tingkat okupansi menyentuh level di bawah
80% dengan luas area yang disewa di bawah 200.000 meter persegi
Dalam penelitian
itu disebutkan salah satu penyebab menyusutnya okupansi mall karena banyak
tenan ritel yang ditutup akibat dari pengunjung yang berkurang. Pada kuartal
I-2019 Central departemen store menutup gerainya di Neo Sohol Mall, ini tren
yang berlanjut dalam beberapa tahun terakhir.
Lesunya mall bisa tercermin dari kinerja
emiten properti PT Bliss Properti Indonesia Tbk (POSA) yang fokus di bisnis mall. Karena hingga akhir Oktober 2018 perusahaan mencatatkan
rugi bersih Rp 268,54 miliar. Jumlah tersebut naik dengan cepat, yaitu dari rugi di akhir Oktober 2017 yang mencapai Rp 65,66
miliar.
Sedangkan mal yang menyasar pasar sekunder di
luar Jakarta seperti Ambon City Center dan beberapa pusat perbelanjaan lainnya
di Kota Ponorogo, Lombok, Tanjung Pinang dan Jambi, masih ramai, Artinya adanya pergeseran mnegarah ke pasar sekunder
karena demografi daya beli yang cukup potensial.dan sednag berkembang
Padahal pasar sekunderr masih tergolong
sedikit “kuenya”. Oleh karena itu ke depannya mall harus merubah orientasinya
dari shoping center ke lifestyle center. Untuk itulah dibutuhkan
kreatifitas mall dalam menarik pengunjung, melalui life style. Kita lihat Pondok
Indah Mall berhasil membuat life style pada Pondok Indah II dan Pondok Indah
III.
Untuk itu penting
mall memiliki tim kreatif yang mampu melihat pasar kelas menengah, bukan hanya
sekedar memberikan tempat tapi menciptakan peluang agar pengunjung datang dan
tenan senang…apalagi jika kondisi ekonomi makin tidak stabil atau kontraksi
maka yang paling terkena imbasnya pertama kali adalah mall, dan shoping center, padahal mereka
menciptakan banyak tenaga kerja…