Lahirnya New George Soros, Currency War, dan Perang Militer ?



Penulis Helmi Adam

Kemarin saya bertemu dengan Dosen Ahli pasar saham, dan beliau dengan tekun mengajari saya tentang pasar keuangan dan pasar saham, sehingga dia bisa menemukan cara intuisi Soros dan  Logika ekonometrik dalam sebuah program IT yang canggih, dan langsung dapat meramal pergerakan harga saham di pasar, secara Live. Dan dia pun melakukan percobaannya dengan saya beberapa kali, dengan mengambil lima saham di lQ 45, hasilnya luar biasa. Hari itu kita bisa dapat untung hampir 5 juta rupiah.

Wow,,,luar biasa dengan hanya modal 80 juta,  bisa mendapatkan kentungan sebesar itu, sungguh sebuah keajaiban teknologi. Padahal program itu baru 80 persen, artinya belum seratus persen dijalankan. Saya tidak bisa bayangkan, jika alat itu selesai di lounching, mungkin bisa saya katakan, “Akan lahir Goerge Soros Baru dari Indonsia, Siapa Dia ?”, (Saya belum dapat ijin untuk mempublikasikannya).

George Soros adalah produk lama, yang lahir dari dunia intuisi logika. Seperti kita ketahui bahwa jejak petualangan Soros ada dalam “Black Wenesday” di Inggris, dan Krisis Moneter di Asia, yang pertama dilakukan adalah menghantam Baht Thailand dan kemudian Rupiah.  

Saya akan bahas degan logika sederhana permainan Soros di Indonesia ;

Pertama Indonesia menggunakan sistem mata uang Fix tahun 1997. Soros mengintai peluang dari pengalaman dalam kasus “Blak Wenesday” di Inggris, kemudian dilakukan di Thailand.

Kedua, jika pemerintah Indonsia terus melakukan Fix mata uang, sementara dunia menggunakan sistem mata uang mengambang, maka ketika sistem mata uang fix terdesak, akibatnya akan menghabiskan cadangan devisa, dan jika cadangan devisa jebol maka terpaksa menggunakan sistem mengambang, dan saat sistem mengambang dibuka, maka otomatis nilai mata uangnya akan jatuh.

Ketiga, Bunga bank tahun 1997 mencapai 18 persen, maka soros melakukan investasi di Indonesia besar besaran akan dapat untung dari bunga bank, memang saat itu menyebabkan nilai tukar dollar turun lima persen, tapi Soros masih untung 13 persen.

Keempat Cadangan devisa Indonesia saat itu hanya 23 Milyar US. Bayangkan jika Soros menarik investasinya secara mendadak, maka cadangan devisa akan jebol, dan nilai tukar rupiah pasti ambruk.

Kelima Indonesia saat tahun1998 memang mengalami surplus perdagangan tapi tidak memiliki likuiditas yang cukup. Sehingga Soros meraup keuntungan dari perubahan  nilai tukar yang cukup besar, dari asset-asset di Indonesia. Dan Indonesia butuh IMF untuk garansi perdagangan nya. Dengan intuisinya Soros berhasil meraup keuntungan.

Lalu pertanyaannya Bukankah Cina menggunakan sistem mata uang Fix juga ?

Betul, Cina menggunakan mata Uang Fix, tapi Cina memiliki cadangan devisa terbesar di dunia, yaitu sebesar US$ 3,2 Trilyun, artinya tidak mudah dibuat bahan spekulasi. Bahkan kemungkinan perang dagang menjadi perang mata uang cukup besar, hal ini dilakukan Cina dengan mendevaluasi mata uangnya sehingga benilai rendah.

Devaluasi mata uang Cinalah yang membuat Washington ketar ketir, pasalnya Amerika adalah Negara dengan ratio  utang dengan PDB terbesar, sehingga akan kesulitan ketika terjadi perang mata uang. 

Jika AS mengatasi dengan mencetak uang terus-menerus, maka ekonomi AS akan Kolaps juga.

Maka dari itu Cina diuntungkan dengan New Bullonisme ynag dianutnya, Dan Amerika bisa gigit Jari..atau Perang Militer…wallahualam

Penulis Mahasiswa Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Borobudur Jakarta. 


0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama