Postur Anggaran SDM untuk Indonesia unggul, kenyataanya gimana ?



Oleh Helmi Adam

Pemerintah bersama DPR telah menetapkan, Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2020. Dimana dalam tema anggaran kali ini adalah peningakatan SDM. Namun sayangnya  postur anggaran pemerintah, tidak menunjukan penekanan pada SDM, karena kita tidak melihat postur anggaran yang berpihak pada peningkatan kualitas SDM. Hal ini bisa dilihat dari anggaran 10 departemen tertinggi. Justru yang tertinggi adalah anggaran Pertahanan yang mencapai 127,4 Trilyun, kemudian disusul dengan PUPR yang mencapai 120,2 Trilyun, kemudian yang ketiga adalah kepolisian yang mencapai 90,3 trilyun.

Sedangkan peningkatan kualitas SDM melalui Departemen Riset Dikti hanya 42,2 Trilyun, dan kemendikbud 35,7 Trilyun, mengalami penurunan jika dibandingkan tahun lalu. Jika kedua departemen ini digabung sekalipun masih kalah dengan kepolisian yang mencapai 90,3 Trilyun.

Sementara APBN saat ini berjumlah, 2.582,8 trilyun dengan rincian penerimaan dan belanja sebagai berikut :
Penerimaan pajak sebesar 1.861,8 trilyun
Penerimaan bukan pajak 359,3 trilyun
Penerimaan hibah       0,5 trilyun
Defisit sebesar 307,2 trilyun
Belanja Pemerintah Pusat  1.670 trilyun
Dan belanja tranfer daerah sebesar 858,8 trilyun                 

Oleh kerena itu wajar jika kita mempertanyakan apakah ada keberpihakan anggaran pada peningkatan kualitas SDM ?

Kalau kita lihat anggaran total pemerintah untuk pendidikan  naik sebesar 29,6 persen, dari realisasi tahun sebelumnya sebesar 390,3 trilyun, menjadi  sebesar 505,8 trilyun. Dari anggaran sebesar itu digunakan untuk :  20 jutaan, penerima kartu KIP, kemudian, 500 ribuan, penerima mahasiswa bidik misi, prasarana dan sarana pendidikan, peningkatan vokasi.

Lalu efektifitas anggaran nya ?

Kita ketahui dalam judul besarnya adalah peningkatan kualitas SDM, seharusnya angagaran Dikti, dan Dikbud lah yang diperbesar untuk meningkatkan kualitas gurunya, dan sarana parsarana gurunya, sebagai salah satu elemen penting dalam proses belajar mengajar.

Karena jika kita ingin meningkatkan kualitas SDM, harus dimulai dari dunia pendidikan. Dan dunia pendidikan, yang terpenting adalah proses belajar mengajarnya, apakah melalui online atau secara langsung, semuanya harus ditingkatkan secara bersama sama.
Karena jika kita berpatokan pada anggaran tahun lalu saja, ada 187.828 anak Indonesia putus sekolah. Dari yang putus sekolah tersebut 73 ribu orang, berasal dari sekolah kejuruan ayng justru sedang digalakan pemerintah.

Disisi lain adalah tidak klop nya jumlah pengangguran dengan pendidikan nya. Jumlah lulusan SMK yang menganggur lebih banyak, yaitu 11,24 %, dibanding  lulusan SMA sebesar 7,95%, Begitupun antara sarjana dan vokasi. Sarjana yang menganggur mencapai 5,89 % sedangkan Vokasi yang diharapkan bisa langsung bekerja, pengangguran nya lebih tinggi mencapai  6.02%.

Oleh karena itu jika kita berpihak pada SDM unggul, harusnya kita mulai dari pembenahan di sektor pendidikan. Saat ini saja, angkatan kerja kita adalah 50 persen lebih, lulusan SMP kebawah. Artinya ada masalah dibidang SDM kita, karena pendidikan yang belum merata.







0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama