Radikalisme Hanya Untuk Pejuang ?

 

Oleh Helmi Adam


Masalah  yang paling popular saat ini, yang banyak di bicarakan orang yaitu Radikalisme. Konsep radikal bisa dipandang dalam dua sisi yaitu sisi Positif jika kita memaknai Radikal dari pengertian dasarnya yaitu dari kata radix atau akar, orang yang berpegang pada prinsip.

Dalam sejarah pergerakan kelompok radikal pertama di Indonesia mungkin adalah Indische Partij (IP). Dimotori oleh Douwes Dekkerseorang Indo yang berganti nama Setiabudi, IP merupakan partai politik pertama di masa jajahan yang diresmikan pada 6 September 1912.

Dari sisi gerakan kebangsaan, arti penting IP terletak pada ketegasan sikapnya: menuntut Indonesia merdeka. Pemerintah kolonial menudingnya sebagai organisasi radikal di tengah kebijakan Politik Etis yang berlanggam Kalem kala itu. Sebaliknya, label Radikal menandakan IP bergaris politik keras. Untuk kasus ini Radikal memiliki makna Positif bagi Indonsia, dan makna negatif bagi belanda.

Dalam memandang radikalime tergantung paham yang kita pegang. Jika kita sepakat dengan pancasila, maka kita harus memegang prinsip pancasila dalam kehidupan bernegara dan berabangsa. Untuk kita harus berani melawan secara radikal, semua yang bertentangan dengan pancasila.

Kita harus berani melawan radikalisme liberal, Radikalisme Agama, dan Radikslisme komunis. Sehingga kita bisa disebut dengan radikalisme pancasila. 

Bukan hanya bisa bicara, "NKRI carga mati", tau "Saya Pancasila" atau "Saya Indonesia", tapi kenyataan nya kita menggunakan ekonomi liberal, kenyataannya menggunakan demokrasi liberal, kale begitu  apanya yang pancasila ?

Cap Radikal jika hanya menggunakan kamus politik, maka kebenaran tentang radikal adalah kebenaran sudut pandang penguasa. Sehingga penguasa lah yang akan menentukan radikal nya sebuah paham, seperti belanda menganggap indische partij radikal. Agama, komunisme, liberalism bisa dikatakan radikal tergatung sudut pandang penguasa. 

Berbeda dengan radikal dalam pengertian ekonomi, yang bisa  dirasakan oleh masyarakat secara langsung. Sehingga jika kita katakan, kita menganut ekonomi pancasila, maka akan ditertawakan masyarakat, karena pancasila tidak seratus persen menyerahkan pada mekanisme pasar. 

Itulah mengapa kita sebagai manusia berakal harus memiliki landasan yang kuat agar ketika kita menyimpulkan sesuatu ada dasarnya. Karena sebelum diskusi ilmiah, seorang akademisi  mam[u membebaskan diri dari kepentingan apapun. Sebab seorang akademisi bukanlah politisii Sehingga dosa besar jika kita menggunakan metode ilmiah demi kepentingan politik, akhirnya kita jadi Bal am, seorang pelarur akademisi di ajamn Fir Aun.

Tentu kita tidak mau ada Fir'aun modern, yang menyuruh bal'am membuat pernyataan pseodo ilmiah. Oleh karana itu harus mengerti apa yang kita katakan, dapat dipertanggung jawabkan. Seperti ketika Mentri Agama diajarkan anggota DPR RI Ali Thaher, tentan penegrtian keyakinan dan Agama..



0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama