Djarum yang benar,Atau KPAI yang lebay..?






Oleh Helmi Adam

Jarum akhirnya mundur dari ajang pencarian bakat, untuk atlet bulu tangkis, karena mungkin merasa direcoki oleh KPAI tentang masalah  etis. Di tempat lain seorang ibu, marah ketika diberikan tempat duduk oleh anak muda, Karena juga masalah etis, yaitu anak muda itu memanggil nenek pada si ibu, Kedua masalah tersebut  sama penyebabnya yaitu miskomunikasi .
Pertama kasus Jarum vs KPAI

KPAI merasa Jarum tak pantas memaikan atlet dengan kaos yang bergambar jarum. Karena rokok mengandung  barang  adiktif yang berbahaya.

Awal kejadian di bandung, Ketika penjaringan bibit melalui Program Beasiswa Bulutangkis atlet, pada muda  usia 11-13 tahun, yang dibuat oleh Djarum. Namun tiga hari setelah audisi digelar, yayasan Lentera dan Smoke Free Bandung mendesak panitia acara, agar tidak menggunakan anak anak untuk kampanye tembakau. Hal ini karena anak anak harus memakai kaos yang bertuliskan djarum, yang sudah melekat di kepala, sebagai produk tembakau. Menurut mereka, ada unsur eksploitasi  anak, dengan memanfaatkan tubuh mereka, untuk  promosi.

Djarum badminton Club pun mebantah hal tersebut, Karena tidak ada merek rokok Djarum badminaton club, seperti yang dinyatakan lentera Indonesia.

KPAI membela lentera dengan mengatakan tetap ada ekploitasi, karena KPAI sudah dilakukan survey ke anak anak, kalau menyebut  Djarum pasti rokok.

Pihak Djarumpun membantah dengan menklaim bahwa Djarum foundation sebagai penyelenggara terpisah dari perusahaan rokok Djarum.

Hal diatas menyebabkan KPAI mulai serius mendesak audisi itu dihentikan sementara pada awal Agustus 2019. Saat itu, KPAI menggelar pertemuan dengan perwakilan Kementerian PPPA, Kemenpora, Kemenkes, 
Kemenko PMK serta BPOM dan lembaga lain.

Setelah pertemuan itu, Ketua KPAI Susanto menyatakan 4 kementerian dan lembaganya sepakat untuk meminta Djarum Foundation menyetop sementara audisi hingga unsur eksploitasi anak ditiadakan. Dia menjelaskan, unsur eksploitasi itu ialah peraturan yang mengharuskan peserta audisi memakai seragam bergambar logo Djarum Badminton Club.

KPAI menilai logo itu identik dengan merek rokok. Alasan KPAI, format acara seperti itu tidak sesuai dengan ketentuan dalam PP 109/2012. "[…] ini dalam konteks menegakkan peraturan. KPAI mau mendudukkan ini sesuai aturan yang berlaku," tambah Sitti Hikmawaty seperti yang kami lansir dari tito.id

jreng.. Djarum pun mundur dari ajang tersebut dan membekukan sementara kegiatan nya.

Dari kejadian tersebut, yang rugi adalah anak Indonesia yang tidak tahu menahu tentang persoalan orang dewasa, yang mencoba memasuki dunia pikiran anak muda Indonesia. Seolah olah anak muda sekarang minim literasi, dan bodoh. Mereka mudah dipengaruhi oleh sebuah tulisan Djarum, “hellaow.. emang gue jadi lansung ngerokok gitu ?” kata anak muda, yang kesal dengan kelakuan orang tuanya yang proteksionis. Sebab bagi mereka.  Kalau pun tahu  bahwa  Djarum itu adalah produk rokok, kenapa ? itukan berarti mereka memiilki literasi yang baik. Berarti juga bahwa, mereka mengerti tentang bahaya rokok, lagipula atlet djarum, dilarang merokok…jadi menurut mereka, terlalu lebay orang tua…

Karena  memaksakan kebodohan cara berfikir orang tua ke anak muda saat ini. Coba tanyakan kepada mereka apakah dengan tulisan itu mereka jadi pingin merokok ?
Kasus kedua adalah kasus seorang ibu tersinggung dipanggil nenek oleh anak muda, Hal ini justru terbalik kasunya, kok bisa ?

Anak muda coba masuk ke cara berpikir orang tua, dengan menghormati orang yang lebih tua, dan beruban, yang pantas di panggil nenek. Orang dewasanya yang marah…inilah cara nerfikir yang tidak etis di kedun nya..

Jadi menurut saya tidak ada salahny djarum foundation, KPAI terlalu lebaY, seperti orang tua yang tidak mau dipanggil nenek oleh anak muda…Kalau anak muda selalu salah maka orang tua selalu benar ?





0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama