"Siapa Sebenarnya Yang Tidak Etis ? " Tanya Pak Kyai...
Saya teringat tahun 88, ketika saya jadi ketua RT di Usia 17 Tahun , mungkin jadi RT Termuda dalam sejarah jakarta.
Saat Bulan puasa tiba,biasanya jam 2 malam ustadz salim yang merupakan marbot, Mushola Al istiqomah, tahrim dan membangunkan ibu ibu sahur, tapi kali ini berbeda Ustadz Salim memberikan kepada IKRAJA atau Ikatan Remaja Jayakarta. untuk membuat obrolan lawakan cerdas. Seperti Hadist nabi, yang tidak boleh mewarnai rambut, dengan warna hitam, kemudian anak muda yang lain menanggapi, "untung nenek gue, gue cat kayak pelangi rambutnya".
Kontan saja bapak bapak komplain kerumah saya, dan sayapun bersama bapak bapak yang lain langsung ke Masjid.
"Ustadz salim, kenapa nggak tahrim aja, itu lawakan nya nggak pantes" kataku kesal.
"Maaf pak RT nggak pantesnya dimana ? " tanya ustadz Salim dengan tenang.
" Tepatnya Enggak Etis " kata bapak bapak yang lain, sambil mengeluarkan dalil dalilnya.
Malam itu suasana gaduh bukan main, karena semua ingin mengeluarkan hadist dan ayatnya yang mereka tahu, yang seolah olah Ustadz Salim tidak tabu, sehingga akhirnya Ustadz Salim dengan senyum berkata " Maaf Kalau begitu, saya berjanji tidak akan mengulangi lagi"
Besoknya ibu ibu sekampung telat bangun sahur, karena tidak ada yang tahrim lagi dan membangunkan sahur. Hal ini membuat kampung menjadi sepi dari suasana ramadhan.
Saat seminggu mau lebaran Pak Kyai pulang dari umroh, dan yang pertama ditanyakan Ustadz Salim, "Ustadz Salim mana ?" tanyanya.
"Berhenti pak Kyai, Pindah ke Mesjid Haji Hasby" kataku santai sambil mencicipi oleh oleh Haji.
Mendengar kata saya, pak Kyai Kaget.
"Mengapa berhenti ? " tanya pak Kyai dengan Wajah serius..
Melihat expresi pak Kyai yang serieus, saya akhirnya ceriterakan kejadian tahrim waktu itu.
Pak Kyai kemudian ambit nafas panjang dan berkata,
Tahukah nak, kenapa Yai panggil Ustadz Salim, dan membayar ala kadarnya sebagai merbot di sini ? Karena Yai, bisa merasakan kehangatan imannya. Waktu Yai tanya, mengapa salatnya sebentar, dan doanya begitu pendek, cuma melulu istighfar (mohon ampun), ia bilang bahwa ia tak ingin minta aneh-aneh.
Ia malu kepada Allah.
"Bukankah Allah sendiri menyuruh kita meminta dan bukankah Ia berjanji akan mengabulkannya?"
"Itu betul. Tapi minta atau tidak, kondisi kita sudah dengan sendirinya memalukan. Kita ini cuma sekeping jiwa telanjang, dari hari ke hari nyadong berkah-Nya, tanpa pernah memberi. Allah memang Maha Pemberi, termasuk memberi kita rasa malu. Kalau rezeki-Nya kita makan, mengapa rasa malu-Nya tak kita gunakan?" katanya lagi.
Bergetar Yai. Untuk pertama kalinya Yai merasa malu, sebenar-benarnya malu.
Seribu malaikat, nabi-nabi, para wali, dan orang-orang suci,langsung dibawah komando Allah - seperti serentak mengamini ucapan Ustadz Salim.
"Perhatikan di masjid-masjid, jamaah yang minta kepada Allah kekayaan, tambahan rezeki, naik gaji, naik pangkat. Mereka pikir Allah itu kepala bagian kepegawaian di kantor kite ape ." tambah ustadz salim
"Allah kita puji-puji karena akan kita mintai sesuatu. Ini bukan ibadah, tapi dagang.Mungkin bahkan pemerasan yang tak tahu malu. Allah kita sembah, lalu kita perah rezeki dan berkah-Nya, bukannya kita sembah karena kita memang harus menyembah, seperti tekad Al Adawiah itu," tambah ustadz salim.
Napas saya sesak mendengar cerita tentang Ustadz salim dari pak Kyai.
Kepada saya, pak Kyai kemudian menyodorkan sebuah cermin. Tampak di sana, wajah saya retak-retak. Saya malu melihat diri sendiri. Betapa banyak saya telah meminta selama ini, tapi betapa sedikit saya memberi. Mental korup dalam ibadah itu, ternyata, bagian hangat dari hidup pribadi saya juga.
" Orang yang Malu sama Allah, kamu bikin malu di depan orang banyak, seolah olah tidak punya malu dan etika ?, Siapa sebenarnya tidak Etis nak ?, bukankah seharusnya kamu bisa bicara secara Pribadi ? " tanya pak Kyai secara Retoris. "Jangan ego kalian menguasai diri kalian, yang akhirnya membuat kalian takabur" jelas pak Kyai dengan tegas.
Saya dan bapak bapak lain yang berkumpul saat itu hanya biasa tertunduk malu. Dan saat itu juga kami ketemu ustadz salim dan meminta maaf pada baliau..
In memoriam Ustadz Salim merbot Masjid Al Istiqomah, meninggal dunia desember 1991.