LAYAK KAH KITA BANGGA KARENA ANAK SUKSES EKONOMINYA??




Oleh: Ust. Aunur Rofiq bin Ghufron, Lc

Umumnya orang tua bangga tatkala anaknya sukses ekonomi dan sehat badannya, padahal sukses ekonomi belum mesti diperoleh dengan jalan yang halal atau belum mesti bahagia. Begitu pula badan yang sehat, belum mesti Allah ﷻ meridhainya, karena orang kafir pun banyak yang kaya dan sehat badannya. Maka keliru jika orang tua bangga karena anaknya sukses ekonomi dan sehat badan, bila tidak disertai dengan iman dan takwa. 

Anak Sehat Badan Dan Kaya, Tetapi Bermaksiat

Bisa jadi anak badannya sehat, mendapatkan limpahan rezeki namun ia adalah orang yang gemar maksiat. Ia mencari rezeki dengan jalan yang haram; mencuri, berjudi, memakan riba. Ketahuilah, bahwa mendapatkan limpahan kekayaan dan badan sehat seperti itu bukanlah suatu tanda kemuliaan, namun itu adalah *istidraj*. Istidraj artinya, suatu jebakan berupa kesehatan badan dan kelapangan rezeki, meskipun yang diberi dalam keadaan terus bermaksiat pada Allah ﷻ. 

Rasulullah bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ

“Bila kamu melihat Allah ﷻ memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.”_ (Al-Mu’jam al-Kabir no. 14327, dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih al-Jami no. 561)
Allah berfirman,

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa._ (QS. al-An’am: 44)

Syaikh as-Sadi رحمه الله menjelaskan ayat di atas; _“Ketika mereka melupakan peringatan Allah yang diberikan pada mereka, maka dibukakanlah berbagai pintu dunia dan kelezatannya (yang fana). Mereka pun lalai. Sampai tatkala mereka bergembira dengan apa yang diberikan pada mereka, akhirnya Allah siksa mereka secara tiba-tiba. Mereka pun berputus asa dari berbagai kebaikan. Seperti itu lebih berat siksanya. Mereka terbuai, lalai, dan tenang dengan keadaan dunia mereka. Namun itu sebenarnya lebih berat hukumannya dan jadi musibah yang besar._ (Tafsir as-Sadi hal. 260) 

Oleh karena itu, kesuksesan dan kesehatan yang sebenarnya (hakiki), yang menyejukkan hati orang tua dan anak adalah... 


Bergembira  Tapi  Keliru Dan Berbahaya

Terkadang anak merasa bangga dan gembira karena dia mendapatkan rezeki, padahal dia memperolehnya dengan mencuri dan menipu, dia selamat tidak tertangkap, orang-orang tua pun merasa bangga pula karena dapat bantuan dari anaknya dari hasil yang haram. Terkadang orang tua berkata, _“saya sudah bahagia sekarang. Anak-anak saya semuanya sudah ‘jadi’, sudah berhasil semua. Saya bangga, anak pertama wakil direktur pabrik rokok, anak kedua saya jadi koordinator umum di urusan bea cukai, anak ketiga menjadi direktur perusahan rambut palsu, putri yang keempat pimpinan pemasaran minuman keras,”_ dan seterusnya. Inilah kegembiraan yang keliru dan sangat berbahaya.

Sungguh amat keliru jika orang tua punya anggapan, bahwa anak kaya menandakan Allah mencintainya dan menunjukkan kebahagiaan hakiki. Karena kita saksikan orang kafir umumnya lebih kaya dan lebih menjaga kesehatan badan mereka, tetapi Allah ﷻ membencinya karena kekufuran dan kemaksiatannya. (Lihat QS. Saba: 35) 

Kekayaan dan badan yang sehat tanpa iman, bukanlah tolak ukur kebaikan manusia, tetapi justru itu ujian bagi mereka. Semoga kita dikarunia oleh Allah ﷻ anak yang shalih dan shalihah yang membahagiakan di dunia maupun di akhirat. _Aamiin…_


0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama