By ASP Andi Syam
HMI telah memasuki usia 70 tahun tepatnya (5 Pebruari 1947 - 2020)
Ketika mengikuti LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) di HMI diperkenalkan misi HMI adalah terwujudnya masyarakat Islam. Suatu misi yang sangat cemerlang dan obsesif.
Misi HMI tersebut sejalan dengan pemikiran Sayyid Qutb (ideolog Ikwanul Muslimin) dan Ali Syariaty (arsitek Revolusi Iran 1999). Terwujudnya masyarat Islam dapat difahami sebagai masyarakat yang bertauhid, cerdas, damai, sejahtera, maju dan modern yang membawa keberkahan pada ummat manusia sebagai manifestasi rahmatan lil alamien.
*Perbandingan*
Kalau dibandingkan dengan Ihwanul Muslimin (IM) di Mesir maupun Hizbullah di Libanon, walaupun sama-sama Ormas Islam dan menjadikan Al-Qur'an sebagai sebagai petunjuk atau pedoman, perjuangan HMI belum selevel dengan IM dan Hizbullah yang perjuangannya totalitas membela agama, baik pada tataran jihat keilmuan, bela negara maupun sosial budaya. Hizbullah misalnya punya sayap militer yang tangguh dan disegani yang mampu menahan invasi Israel ke Lebanon. Milisi Hizbullah bisa disejajarkan dengan sayap militer Hamas Palestina.Selain itu, Hizbullah aktif dibidang pelayanan sosial seperti rumah sakit dsb.
Begitupun IM pernah mengirimkan anggotanya berperang melawan Israel (1948, 1967). Tetapi IM tidak punya sayap militer seperti Hizbullah.Dalam jihat ilmu pengetahuan, IM sangat mendunia. Pada tahun 1970-an buku-buku Sayyid Qutb menjadi bacaan favorite generasi muda Islam diseluruh dunia. Sayyid Qutb Qutb adalah ideolog IM. Kemudian tahun 1980- an muncul Yusuf Qordawi, Said Hawwa, dan puluhan lainnya tulisan atau buku-buku mereka mendunia.Juga IM aktif dibidang pelayanan sosial seperti mendirikan rumah sakit dll. Boleh dikata bahwa baik Hizbullah maupun IM adalah organisasi yang sangat dekat dengan rakyat. Tak mengherankan ketika pertama kalinya IM berpartisipasi pada Pemilu di Mesir (2012) menang Pemilu dan mengantarkan Mursi menjadi Presiden.
Di Indonesia, Ormas yang bisa disebut selevel dengan Hizbullah dan IM adalah Muhammadiyah dan NU, walaupun perbedaannya banyak. Khususnya Muhammadiyah sangat berkontribusi pada keilmuan dan sosial dengan ribuan Sekolah, Universitas dan Rumah Sakit yang didirikan. Mungkin Muhammadiyah adalah ormas Islam yang patut jadi teladan terbaik di dunia dalam hal pelayanan sosial.
*Orientasi*
Orientasi kader HMI yang berat pada politik-kekuasaan membuat HMI kehilangan fokus pada jihat keilmuan dan dakwah seperti IM dan juga kehilangan fokus pada pelayanan sosial pada ummat. Akibatnya tokoh-tokoh HMI yang berkiprah kedalam politik kekuasaan terkesan elitis sehingga kurang dikenal pada akar rumput (masyarakat luas).Hal itu menyulitkan kader HMI dalam menghadapi persaingan terbuka dalam politik diera demokratisasi.
Kalau dizaman Orba para aktivis kader HMI mudah menaiki karir politik karena faktor koneksi diatas. Asal pernah jadi Ketua Dewan Mahasiswa atau Ketua PB HMI atau Ketua KNPI karir politiknya cemerlang. Akbar Tanjung dan Jusuf Kalla adalah hasil nyata dari faktor koneksi melalui Golkar. Sungguh banyak tokoh HMI yang diorbitkan Akbar Tanjung di Golkar. Tetapi paska kemimpinan JK kader HMI di Golkar berhamburan keluar. Sebagian masuk Nasdem dan Hanura.
Kini di era keterbukaan politik atau demokratisasi, situasi sudah beda. Sekalipun koneksi tetap penting, namun bukan lagi satu-satunya faktor menentukan karir politik.Politik- modal cukup menentukan karena rekruitmen politik oleh partai-partai politik melihat pada kapasitas modal. Pengalaman menunjukkan bahwa mereka yang punya sederet pengalaman organisasi sulit terpilih jadi anggota Dewan kalau tidak punya modal sosialisasi dalam masyarakat.
Terlihat partai-partai yang mayoritas elitnya adalah kader (tokoh) HMI yaitu Partai Bintang Reformasi (PBR) dan Partai Bulan Bintang (PBB). Kedua partai ini mengandalkan rekruitmen pada kader-kader mantan fungsionaris HMI. Masih menggunakan pola rekruitmen lama dgn merekrut politisi dari para aktivis HMI yang elitis dan kurang berakar pada masyarakat luas. Akhirnya tertinggal dalam persaingan politik terbuka diera demokratisasi. Hal ini juga dialami PPP karena masih menggunakan pola lama dalam rekruitmen politik.
Kegagalan PBR dan PBB masuk di Parlemen menujukkan masih lemahnya kemandirian politik kader HMI dalam menghadapi persaingan poitik yang terbuka di era demokratisasi.
*Kelenturan*
Di awal reformasi, suatu fenomena bahwa kader-kader HMI mampu meraih posisi penting Dan strategis. Itu karena kapasitas pribadi karena umumnya mereka tidak pernah duduk sebagai Pengurus Besar (PB) kecuali Akbar Tanjung. Merupakan ke istimewaan bagi HMI karena para mahasiswa Islam yang memiliki potensi organisasi dan kepemimpinan mau berkiprah menjadi kader HMI.
Tokoh alumnus yang cukup dikenal diera reformasi, misalnya Amien Rais sebagai Ketua MPR. Akbar Tanjung sebagai Ketua DPR. Jimly Assidiq sebagai Ketua MK. Busro Mukaddas sebagai Ketua Komisi Yudisial, Anwar Nasution sebagai Gubernur BI, Mahfud MD sebagai Ketua MK dan banyak yang lain yang pernah duduk sebagai anggota DPR, DPD dan sebagai Menteri di zaman SBY. Juga dimana-mana kader HMI mengambil peran karena kapasitas pribadi, baik di KPU maupun Panwaslu.
Karena itu, ada semacam kekaguman dan kebanggan kader HMI pada figur-figur sepertinya Akbar Tanjung dan JK Kedua tokoh ini super lentur ideoligisnya. Misi agamis tertutupi oleh kelenturannya.Bisa masuk dan diterima dimana-mana. Akbar pernah nenjadi Ketua Tim pemenangan Megawati-Prabowo.JK parnah jadi Wapres SBY. Juga pernah jadi Wapres Jokowi. Sikap ideoloģis yang lentur dan pergaulan yang fleksibel membuat JK manis dimana saja.
Tokoh HMI juga tak kalah lenturnya adalah Mahfud MD. Mulai awal reformasi hingga kini tetap diposisi teratas. Di era Gusdur, Mahfud MD jadi Menteri Pertahanan. Kemudian jadi Ketua MK. Kini dipemerintahan Jokowi -Ma'ruf jadi Menko Polkam.
Sikap yang super lentur dalam politik cendrung kehilangan orientasi ideologis. Oleh itu rival politik HMI dianggap tidak berbahaya dan justeru bisa dimanfaatkan.
Tokoh seperti Amien Rais, bukanlah tokoh yang lentur ideologis. Dia adalah tokoh yang konsisten pada cita-cita ideologis yang berlandaskan Islam, tetapi juga modernis. Tak terbantahkan peranan Amien Rais dalam gerakan demokratisasi Indonesia.
Sekalipun menjunjung nilai-nilai Islam, tetapi juga beliau menyadari pluralisme dalam wadah NKRI. Beliau selalu berusaha tampil sebagai penyanggah perpecahan agar tidak terjadi perpecahan bangsa. Ketika Megawati jadi Presiden menggantikan Gusdur beliau menyatakan menjamin Ibu Mega sampai akhir masa jabatannya. Begitu pula kini seperti dibaca di media sosial Amien menyatakan tidak tertarik ikut membuat huru- hara untuk menjatuhkan pemerintahan (Jokowi-Ma'ruf).
Terlihat sekali bahwa gaya kelenturan Amien Rais berbeda dengan gaya Akbar Tanjung dan JK. Amien Rais sebagai tokoh Muhammadyah sangat teguh pada nilai-nilai Islam tapi lentur dalam taktis.
Yuhsril Ihsa Mahendra (YMI) adalah tokoh HMI dan pendiri Partai Bulan Bintang (PBB). Semula beliau dikenal seperti Amien Rais sangat teguh pada nilai-nilai Islam. Bahkan mengklaim partainya sebagai pewaris Masyumi dan dirinya mewarisi pemikiran Muhammad Natsir.
Tetapi suatu perkembangan baru. Ketika Pilpres 2019, YIM mau menjadi penasehat hukum Jokowi-Ma'ruf. Menujukkan sikap lentur YIM diluar dugaan banyak pihak terutama kader PBB dan Persaudaraan Alumni 212 yang sudah merasa PBB dapat jadi saluran politik. Tapi sikap politik YIM membuat alumni 212 kecewa dan akhirnya memusatkan dukungan mereka pada PKS. Akibatnya wajar saja kalau perolehan suara PKS naik secara siknifikan berkat dukungan suara dari Persaudaraan Alumni 212. Sedangkan perolehan suara PBB tidak mencapai 1% atau gagal ke Senayan.
*Tantangan Sekularisasi*
Suatu fenomena bahwa pandangan masyarakat pada politik semakin sekuler. Juga kehidupan umum masyarakat makin sekuler. Makin jauh gambaran masyarakat Islam yang menjadi misi HMI. Era konsumerisme dan hedonis mengurangi minat masyarakat menghadiri kegiatan majelis dakwah.
Efek sekularisasi, membuat latar belakang Ormas keagamaan bukan lagi pilihan politik, tetapi lebih ditentukan oleh orientasi kemasyarakatan yang luas seorang tokoh atau pemimpin yang sering berkontribusi mengatasi kesulitan masyarakat. Tentu potensi modal membuat seorang mampu berkontribusi.
Pilihan politik yang makin sekuler menunjukkan kegagalan kiprah ormas Islam seperti HMI yang terlalu fokus pada orientasi kedudukan atau kekuasaan, tapi lalai pada jihat keilmuan dan dakwah.
Sangat beda situasi pada awal kemerdekaan dan era tahun 50-60 an, kegiatan Ormas-ormas keagamaan ditengah masyarakat sangat semarak. Jadi ada kedekatan dengan masyarakat sekaligus bisa berdakwah dan membimbing masyarakat.
Untuk menangkal arus liberalisasi dan sekularisasi, perlunya setiap Ormas Ormas Islam seperti HMI melakukan re-orientasi, memperkuat keilmuan Islam, membangun jaringan dakwah kontemporer melalui medsos.
Dakwah kini tidak lagi berpusat di mesjid tetapi sudah meluas di medsos. Majelis Taklim dimesjid mulai sepi diganti dengan group -group medsos.Jutaan group-group media sosial menunggu uluran dakwah.Keampuhan dakwah sekarang adalah melalui medsos. Karena itu dibutuhkan keahlian menulis materi dakwah untuk konsumsi medsos. Butuh varian dakwah untuk konsumsi wanita dan romaja.Juga keahlian merangkum materi dakwah untuk konsumsi seperti YouTube.
Juga dibutuhkan kecerdasan untuk menangkal isu-isu seperti radikalisme yang sengaja dilontarkan untuk membonsai pengaruh Islam dalam politik makin lemah . Issu seperti itu sangat gencar menjelang Pemilu maupun Pilkada sehingga berpotensi merusak citra para tokoh-tokoh maupun partai-partai Islam.
Juga perlu secara cerdas merumuskan idea relasi negara dan agama. Hubungan Pancasila dan ajaran Islam. Hal ini penting untuk menangkal upayah pihak-pihak tertentu membenturkan Islam dengan negara dan Pancasila dengan tujuan mendiskreditkan Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
*Dari gerakan budaya*
Sebagai ummat Islam perlu tetap optimis. Gerakan budaya Islam terlihat makin berkembang. Wanita-wanita Muslim makin cinta nemakai kerudung dan menutup aurat. Diperkirakan sekitar 40 persen lebih wanita Muslim sekarang sudah menggunakan kerudung dan akan terus bertambah. Gerakan budaya ini pada gilirannya akan menjadi gerakan pilihan politik dimasa depan.
Kegagalan sekularisme membangun negara seperti di Turki, akan membawa kebangkitan makin kuatnya pengaruh para tokoh Islam maupun partai-partai Islam dimasa depan.
Juga perlu menbanguan gerakan budaya anti korupsi. Karena pemberantasan korupsi menjadi senjata untuk menghancurkan citra Islam dan membonsai pengaruh tokoh -tokoh Islam dan partai-partai Islam.
Save Islam, save NKRI.
Asp Andy Syam.
Peduli kepemimpinan bangsa Dan ummat