Premium Di AS Harganya Rp. 2.578 Per 1.26 Liter, Indonesia Gimana ?



Harga Minyak mentah dunia terus anjlok imbas perang dagang yang dilakukan Rusia dan Arab Saudi, serta turunnya permintaan dunia akibat terjadinya wabah Covid19
.
Merosotnya harga emas hitam itu turut mempengaruhi harga bahan bakar minyak kendaraan bermotor. Di AS misalnya, harga bensin regular beroktan 87 saat ini rata-rata dihargai sekitar US$ 1,88 (Rp 29.707) per gallon (3,8 liter). Banderol itu pun menjadi yang terendah dalam 10 tahun terakhir.

Tak hanya di level hulu, perang harga bahan bakar ternyata juga terjadi di wilayah hilir. Seperti dilaporkan The Drive, beberapa SPBU di New York bagian barat dengan terang-terangan melakukan perang harga bahan bakar.

Allegany Gas & Smokes di Salamanca, New York, misalnya, diketahui menawarkan bensin oktan 87 dengan banderol US$ 0,62 (Rp 9.797) per gallon (3,8 liter) atau jika dihitung per literan, bensin itu hanya dihargai sekitar Rp 2.578 per 1,26 liter. Harga itu di bawah standar yang ditetapkan Stasiun Bahan Bakar Ohio sebesar US$ 0,69 per gallon.

Dengan harga yang sangat anjlok itu, Allegany Gas & Smokes jelas akan mengalami kerugian besar. Namun mau tidak mau cara tersebut harus diambil si pengelola agar bisa bersaing dengan SPBU lainnya.

Menurut The Drive, perang harga bahan bakar tersebut dipicu munculnya SPBU baru bernama M&M Junction yang baru dibuka belum lama ini. Sang pemilik SPBU tersebut secara konsisten menurunkan harga jual bahan bakar di bawah standar yang ditetapkan. Hal itu akhirnya mendorong SPBU-SPBU lain di sekitarnya untuk memasang harga di bawah pasaran.

Sedangkan di Indonesia katana Sudah mengikuti carga pasar, padahal monopoli pertamina. Jadi Indonesia akan menjadi harga BBM termahal di dunia ?

Pemerintah mencari untungnya gila gilaan, pantesan saja SPBU total dan Shell senang, karena kenyataannya kita tak menggunakan mekanisme pasar. Digunakan hanya ketika harga BBM Naik saja, jika turun untung banyak...

Sumber Detik.com 

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama