GARA GARA KONDISI EKONOMI, JOKOWI : NGERI SAYA, TERUS TERANG SAYA NGERI !



Krisis ekonomi dunia karena pandemi wabah COVID-19  membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) khawatir. Dia mengaku takut dengan banyaknya proyeksi dari lembaga internasional yang meramal ekonomi dunia tahun ini akan terkontraksi cukup dalam.

Jokowi pun sudah sering kali meminta para menterinya untuk bekerja tidak seperti biasanya. Bahkan dia minta para menteri bekerja seolah dalam keadaan krisis.

"Tadi di depan saya sudah minta, kita harus memiliki sense of crisis yang sama. Regulasi sederhanakan, SOP sederhanakan. Sesuai dengan keadaan krisis yang kita hadapi. Semua negara sekarang ini mengalami itu, kerjanya cepet-cepetan. Ini kita berkejar-kejaran dengan yang namanya waktu. Jadi sekali lagi ganti channel dari channel normal ke channel krisis," ujarnya ketika membuka rapat terbatas seperti dilansir Kamis (9/7/2020)

Jokowi menjabarkan kondisi ekonomi dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), yang menyebutkan kontraksi ekonomi global diprediksi mencapai minus 6 hingga 7,6%. Dia mengaku ngeri dengan proyeksi-proyeksi tersebut.

"Kalau ndak, ngeri saya terus terang saya ngeri. Di kuartal III ini. Ini kuncinya di kuartal III. Saya melihat memang setelah kita rapat kabinet di sini ada pergerakan yang lumayan. Tapi belum sesuai dengan yang saya harapkan. Sudah bergerak lebih baik, sudah bergerak lebih bagus, tapi belum," ujarnya.

Ekonomi Indonesia juga tengah dihantui resesi. Kuartal II-2020 sudah dipastikan pertumbuhan ekonomi akan minus. Jika kuartal III-20202 kembali minus maka sudah dipastikan ekonomi RI masuk dalam jurang resesi.

Apakah kengerian  Jokowi itu, tanda krisis ekonomi benar di depan mata?

Peneliti dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Fajar B. Hirawan mengatakan tanda-tanda krisis ekonomi mulai nampak.

"Yang paling kasat mata ditandai dengan kontraksi yang terjadi di hampir seluruh sektor ekonomi. Khususnya pada industri manufaktur dan perdagangan, serta konsumsi rumah tangga dan investasi," kata Fajar.

Tanda selanjutnya yang sudah sangat terlihat, dikatakan Fajar adalah realisasi pertumbuhan ekonomi nasional pada kuartal II. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan memproyeksi tumbuh minus 3,8%, yang paling terbaru berada di rentang -3% sampai -5,1%.

"Jika ditanya apakah ada tanda-tanda krisis, ya jelas ada, apalagi kuartal II-2020 pertumbuhan ekonomi Indonesia dipastikan akan negatif. Di kuartal I-2020 saja pertumbuhan ekonomi kita sudah turun sangat signifikan. Kemudian karena semua aktivitas ekonomi cenderung melambat mulai April 2020, maka kinerja ekonomi akan semakin terkoreksi lebih dalam lagi," ujarnya.

Sedangkan Menurut Helmi Adam Pengamat ekonomi dari Syafaat foundation, melihat krisis ekonomi bisa terjadi kalau di di kuartal III pertumbuhan berkontraksi lagi.

"sekarang ini masih awal awal saja, jadi kita akan masuk krisis tergantung kuartal III, karena kalau kuartal III ekonomi kembali terkontraksi, maka bisa dipastikan terjadi krisis ekonomi" ujar mantan ketua Senat UNJ ini.

" Maka dari itu Jokowi mengintruksikan belanja, belanja dan belanja, di departemen dipercepat, hal itu untuk mecegah krisis teriadi, Seperti kasus krisis ekonomi tahun 1930 an " tambahnya.

 




0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama