Jum at, 11 September, @dam channel mengumpulkan berita DISINFORMASI yang beredar di media sosial yang bersumber dari Laporan Isu Hoaks Harian Direktorat Pengendalian Aplikasi Informatika Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika, ada beberapa berita disinformasi yang dapat kami himpun adri atnggal 9 September 2020, sebagai berikut:
1. HOAKS
Video Tes Menahan Napas untuk Membantu Analisa Covid-19
Penjelasan :
Beredar di media sosial Facebook sebuah video yang memperlihatkan uji coba apakah Virus Corona ada atau tidak di tubuh seseorang melalui tes menahan napas. Video ini ramai dibagikan pada pengguna Facebook di India dan Afrika. Video tersebut berdurasi 45 detik. Disertai dengan narasi "Uji paru-paru anda ... Covid19 Jika anda bisa menahan napas sejak awal pergerakan titik merah dari A ke B, maka anda tahan terhadap penyakit .... Tes Corona sederhana.
Faktanya, klaim video yang bisa menganalisa adanya Covid-19 di tubuh seseorang hanya dengan melalui tes menahan napas adalah tidak benar. Dilansir dari Cek FaktaLiputan6.com menelusuri dan menemukan artikel dari AFP Fact Check berjudul: "Experts dismiss claim that holding your breath helps test for COVID-19" yang tayang 7 September 2020. Dalam artikelnya, AFP Fact Check meminta penjelasan dari WHO. WHO menyebut cara dalam video tersebut bukan teknik untuk mengetahui ketahanan paru-paru kita pada Covid-19. "Sebetulnya video itu tidak berbahaya namun sama sekali tidak informatif. Apalagi jika diklaim bisa mengetahui fungsi paru-paru kita."
2. HOAKS
Tenaga Medis Terpapar Covid-19 di Puskesmas Baamang
Penjelasan :
Beredar pesan berantai di media sosial WhatsApp yang berisi informasi bahwa beberapa perawat dan dokter reaktif bahkan positif Covid-19 di Puskesmas Bamaang 1. Pesan berantai tersebut juga berisi imbauan kepada warga untuk tidak berobat di Puskesmas tersebut.
Kepala Puskesmas Baamang 1, Supriadi, menyatakan bahwa isu dan pesan berantai yang beredar di WhatsApp terkait adanya beberapa Perawat dan Dokter yang reaktif bahkan positif Covid-19 di instansi yang ia pimpin adalah tidak benar. Supriadi tidak ingin informasi tersebut malah membuat masyarakat takut bahkan yang sakit juga tidak berani datang ke Puskesmas. Hal itu bisa berakibat fatal nantinya terhadap individu warga.
3. DISINFORMASI
Peta Kota Bandung Nyaris Zona Hitam
Penjelasan :
Telah beredar pesan berantai di WhatsApp terkait peta sebaran Covid-19 di Kota Bandung. Terlihat pada peta tersebut Kota Bandung digambarkan sebagai zona hitam.
Menanggapi hal tersebut, Sekda sekaligus Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna, mengatakan bahwa pemberitaan tersebut tidak benar. Menurutnya, saat ini pola zona hitam dan biru itu sudah tidak berlaku lagi. Ema menjelaskan bahwa sekarang zona Kota Bandung berdasarkan data yang ada, bahkan saat ini pusat juga yang menentukan Bandung berada di zona oranye. Selain itu, berdasarkan unggahan akun instagram Pikobar Jawa Barat yang memperlihatkan peta risiko Covid tanggal 8 September 2020, Kota Bandung masuk dalam zona oranye.
4. DISINFORMASI
Video Demo Covid-19 di Polandia yang Tuntut Pandemi Diakhiri
Penjelasan :
Beredar potongan video mengenai demo Covid-19 di Polandia yang menuntut pandemi diakhiri. Menurut postingan, video ini terjadi di Polandia dan telah beredar luas di media sosial Facebook. Menurut klaim yang menyertai video tersebut, warga Polandia menuntut pandemi diakhiri karena sudah menyadari bahwa Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus Corona jenis baru, adalah penipuan. Dalam narasinya, aku ini menulis, "Ini di Polandia (Poland). Tuntutan agar diakhiri pandemi palsu. Orang Eropa sudah menyadari penipuan Covid-19."
Berdasarkan penelusuran, video mengenai demo Covid-19 di Polandia yang menuntut pandemi diakhiri itu adalah keliru. Faktanya, video tersebut bukanlah video demo Covid-19 di Polandia yang menuntut agar pandemi diakhiri. Unjuk rasa tersebut berlokasi di Belarusia dan demo itu digelar untuk menuntut mundur Presiden Belarusia Alexander Lukashenko karena dianggap mencurangi pemilu. Covid-19 sendiri bukan penyakit palsu atau bentuk penipuan.
5. HOAKS
Lebah Tidak Bisa Terbang
Penjelasan :
Telah beredar di media sosial Facebook klaim bahwa lebah sebenarnya tidak bisa terbang. Dalam akun itu menyebut lebah memanfaatkan teknik levitasi akuistik yang mana saat mereka mengepakkan sayap, mereka mulai beresonansi dengan energi didalam rongga berlubang di sebelah laring yang kemudian dapat membuat lebah terlihat terbang.
Faktanya, dilansir dari Liputan6.com, informasi yang menyebut lebah tidak bisa terbang dan memanfaatkan metode levitasi akuistik untuk terlihat melayang di udara adalah salah. Yang terjadi sebenarnya adalah gerakan sayap lebah menciptakan fenomena aerodinamis yang disebut pusaran tepi terdepan. Ini menciptakan perbedaan tekanan yang memungkinkan hewan untuk terbang.
6. DISINFORMASI
Foto Presiden Jokowi Masuk Peti Mati
Penjelasan :
Beredar di sosial media sebuah unggahan foto Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenakan baret merah di dalam peti.
Setelah ditelusuri, dikutip dari cek fakta Liputan6.com, foto tersebut merupakan hasil editan. Foto sebenarnya adalah seorang warga yang kedapatan keluar rumah tidak menggunakan masker dan dihukum masuk peti mati, di Kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sedangkan foto muka Presiden Jokowi memakai baret merah diambil dari sebuah artikel berjudul "Jokowi sudah ajukan cuti ke Mendagri untuk kampanye" yang dimuat situs Merdeka.com, pada 7 Maret 2014.
7. HOAKS
Instagram Membatasi Hanya 10% Pengikut yang Bisa Melihat Postingan
Penjelasan :
Telah beredar informasi di media sosial yang menyebutkan bahwa pihak Instagram membatasi jangkauan postingan foto atau video yang diunggah oleh pengguna. Disebutkan bahwa unggahan pengguna hanya dapat dilihat oleh 10 persen dari total pengikutnya.
Faktanya, informasi tersebut adalah tidak benar. Informasi tersebut adalah berita hoaks lama yang diangkat kembali pada tahun 2020. Sebelumnya pada tahun 2019, ditemukan informasi yang sama dengan menyebutkan bahwa 7 persen dari total pengikut saja yang dapat melihat unggahan pengguna Instagram. Dilansir dari artikel yang dimuat oleh Liputan6.com pada 9 Juni 2019, Instagram mengaku pihaknya tidak melakukan perubahan dari algoritma feed yang ada saat ini. Media sosial milik Facebook itu juga memastikan mereka tidak pernah menyembunyikan unggahan dari akun yang di-follow pengguna.
8. DISINFORMASI
Kontes Jin Terkait dengan Kebakaran Gedung di Kejaksaan Agung
Penjelasan :
Telah beredar di media sosial Facebook sebuah unggahan video yang di klaim sebagai “Kontes jin. Mengenai gedung jaksa agung yang kebakaran”.
Faktanya, klaim yang mengatakan bahwa kontes jin terkait dengan kebakaran gedung di Kejaksaan Agung tidak benar. Video yang diunggah tersebut telah mengalami pengeditan dari video asli yang merupakan sebuah iklan rokok Djarum 76 yang muncul sejak tahun 2012. sedangkan peristiwa bangunan yang terbakar terjadi pada tanggal 22 Agustus 2020. Kesimpulannya tidak ada kaitannya antara iklan tersebut dengan terjadinya kebakaran gedung di Kejaksaan Agung.
9. DISINFORMASI
Peneliti Australia Sebut Jokowi sebagai Presiden Tanpa Kemampuan
Penjelasan :
Telah beredar sebuah tangkapan layar berita di media sosial yang menyebutkan bahwa menurut peneliti Australia, Jokowi merupakan Presiden yang tidak punya kemampuan tapi memiliki daya rusak.
Setelah ditelusuri lebih lanjut, faktanya klaim itu salah. Dikutip dari Liputan6.com, tangkapan layar berita tersebut telah dimanipulasi. Sebenarnya judul berita tersebut adalah "Peneliti Australia Sebut Jokowi Seperti Wali Kota di Istana Presiden".