Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin baru-baru ini mengomentari mengenai ajakan tahlilan bersama yang diadakan untuk mendoakan enam laskar FPI yang tewas.
Dalam sebuah cuitan miliknya, ia membagikan video ajakan tahlilan. Dalam video itu, nampak Neno Warisman dan HM Mursalin yang mengajak masyarakat untuk tahlilan nasional.
“Mabok lagi, mabok lagi. mabok lagi, mabok lagi. Maaaaboook mabok lagi. Kalau sudah, mabok. Mabok lagi…mabok lagi, mabok lagi… maaaaboook sampai mati. He he he he he #MabokAgama,” tulis Ngabalin di twitter @AliNgabalinNew pada Jumat, 12 Maret 2021.
Dilansir dari CNN, Ngabalin juga memberikan konfirmasi perihal cuitannya tersebut.
“Siapa Anda? Anda paling suci? Anda paling bersih? Bilang tuh sama Abdullah Hehamahua, sama Amien Ras, kenapa imbauan dan undangan kok kayak gitu?” ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) enam Laskar FPI, Marwan Batubara mengatakan bahwa baiknya Ngabalin tak bertingkah seperti cacing kepanasan.
“Sebaliknya, tolong Mas Ngabalin jangan seperti cacing kepanasan. Jangan sekadar jadi anjing menggonggong, sekadar menggonggong tanpa dasar dalam membela tuannya. Sedikit objektif lah,” kata Marwan, dikutip dari CNN, Selasa, 16 Maret 2021.
Marwan juga menegaskan bahwa pihaknya tak mabuk agama seperti yang ditudingkan oleh Ngabalin.
Marwan mengatakan, acara tahlilan itu diselenggarakan untuk semata-mata mendoakan enam laskar FPI yang tewas pada 7 Desember 2020 lalu.
“Yang paling penting, Ngabalin enggak perlu di dengar. Karena kita enggak mau mempermainkan Allah dan ayat-ayat Allah. Justru dengan kita mengadakan itu kita mendoakan hal-hal yang baik,” kata dia.
Tak hanya itu, Marwan juga meminta agar Ngabalin bisa memahami fakta temuan yang ditemukan oleh pihaknya mengenai kasus tersebut.
Tim TP3, kata Marwan, hanya sekadar ingin membantu keluarga korban untuk mendapat keadilan.
Karena, menurut pihaknya, terdapat pelanggaran HAM berat terhadap pembunuhan enam laskar tersebut.
“Itu jelas kalau ada pembunuhan sistemik, ada penyiksaan ada pengintaian dari awal itu udah masuk dalam kejahatan kemanusiaan. Itu yang dibelokkan. Itu disembunyikan Komnas HAM,” kata dia.
Sumber Berita / Artikel Asli : Terkini