Oleh Helmi Adam
Apa hubunganya kondisi Indonesia dengan latar belakang bukunya Adam
Smith Wealth of Nation ? mungkin inilah pertanyaan penting untuk kondisi
ekonomi Indonesia ke depan. Bukankah sejarah adalah pelajaran yang penting bagi
kehidupan kedepan ?
Ide buku wealth of nations Adam Smith
dilatarbelakangi oleh kehidupan Adam, di Francis. Karena tahun 1764 sampai
tahun 1766 Adam Smith melakukan
perjalanan ke Francis Bersama muridnya Duke of Buccleuch. Kondisi di Francis
saa itu mengalami kekeliruan akal sehat pada hukum industrinya, karena di sana
diberlakukan pelarangan terhadap impor barang manufaktur; perlindungan terlalu
besar terhadap petani; tidak ada kebebasan untuk mengekspor hasil pertanian,
khususnya jagung. Negara seolah-olah bukan merupakan satu kesatuan fiskal. Pdahal menurut Quesney, persaingan yang dapat
mengatur harga dengan adil. Pandangan Quesney sangat berpengaruh besar terhadap
pandangan Adam Smith dalam kebebasan ekonomi. Sehingga munculnya teori invicible hand dalam mekanisme pasar adalah
bagian dari pengaruh pandangan tersebut. Adam Smith sangat beruntung hidup
diantara tokoh tokoh dunia saat itum dan dia smepat bertemu dan berdiskusi.
Paris pada waktu itu merupakan tempat
paling menarik di dunia, karena pusat diskusi politik tradisi masa lampau, dan sastra. Perancis
memiliki daya tarik tersendiri bagi para pelancong, termasuk Adam Smith dan
muridnya. Menurut Macaulay: “pengkhianatan kuno dan berbagai teori barutumbuh
bersama di Perancis”. Sehingga tidak ada tempat yang lebih baik untuk
mempersiapkan penulisan The Wealth of Nations
kecuali di Paris. Perancis saat itu seperti museum yang penuh dengan berbagai kesalahan
yang sangat penting.
Kesalahan itu seperti seharusnya Perancis
cocok untuk menjadi negara pertanian besar karena lahanya yang luas, serta
sebagai produsen dan eksportir besar jagung dan anggur. Namun sayangnya para
penguasa dari beberapa generasi berusaha untuk membuatnya menjadi negara
manufaktur dan mengekspor produksi manufakturnya. Prancis tergiur oleh posisi
Inggris dan Belanda yang relatif lebih kecil namun dominan kedudukan politiknya
di Eropa karena kekuatan maritim mereka. Mereka melihat bahwa hal tersebut
terjadi karena kemakmuran yang diakibatkan oleh perdagangan dan manufaktur,
sehingga mereka memutuskan bahwa Perancis tidak boleh ketinggalan.
Oleh karena itu mereka melarang impor
barang manufaktur dan memberi perlindungan yang berlebihan kepada industri
manufaktur. Adam Smith melihat akibat pembatasan atas perdagangan dalam negeri
dan jumlah penghasilan pegawai. Situasi yang dilihat Adam Smith di Perancis
merupakan situasi yang secara hakiki ditimbulkan oleh pajak, sistem yang membuat
orang sangat menderita, sistem yang di tahun-tahun kemudian akan menimbulkan
Revolusi Perancis yang berdarah, dan juga bangkitnya Napoleon.
Lalu bagaimana situasi di Indonesia paska
reformasi, kiat tidk ammepunyai visi pembanguanan yang kuat seprti yang
dilakukan presiden Suharto. Harusnya kiat kembali ke sector pertanian bukan ke
manufaktur dan infrastruktur yang memang dibutuhkan. Kebijakan anti impor
barang konsumsi sudah benar, tapi kenyataannya pemerintah Jokowi masih terus
mengimpor barang konsumsi pertanian. Padahal kiat suadah swasembada pangan.
Ternyata ada beberapa maslah penting yang harus dilihat terutama kebijakan
pembangunan pertanian tidak singkron, mmebagun daerah pertanian di perbatasan
yang jauh dari pusat industri manufakur pangan, sehingga lebih efisien untuk di
ekpor, dan menjadi cost besar buat dikonsumsi dalam negri. Hal ini menunjukkan
pemerintahan saat ini melihat ekonomi bukan sebgai kesatuan fiscal, Seperti
berdiri sendiri. Bleum lagi jika kiat meliaht situsi pembangunan jalan Tol yang
mengakibatkan hancurnya UMKM di pantura, hal ini juga merupakan kebijakan yang
keliru , sama terjadi seperti di Prancis saat Adam Smith hidup.
Semoga ini bisa dikoreksi untuk 5 tahun
kedepan, dengan melakukan kebijakan yang mengutamakan kesatuan fiscal…
Penulis Direktur Yayasan Syafaat
Indonesia
