Oleh
: Drs. Helmi adama S.Sos. MM. MPd.
Akhirnya
Cina mengumumkan balasannya atas pengenaan bea masuk tambahan yang dilakukan AS.
Kementerian Keuangan China mengumumkan bahwa bea masuk bagi import produk asal
AS senilai US$ 60 miliar yang dinaikkan menjadi 20 dan 25%, dari sebelumnya di
level 5% dan 10%. Khusunya bagi Barang agrikultur. Ketentuan tersebut berlaku
pada tanggal 1 Juni, Hal ini berakibat kepada para importir asal Cina untuk membayar
bea masuk yang tinggi jika melakukan
impor produk agrikultur AS, seperti kacang tanah, gula, gandum, ayam dan kalkun.
China sendiri sadar betul bahwa, bea masuk tambahan yang dilakukan AS kemarin, sangat membahayakan kepentingan kedua negara serta tak sesuai dengan ekspektasi dari dunia. Namun ada sisi positifnya yaitu, dolar AS selaku safe haven, menjadi kurang menarik. Hal ini yang menyebabkan Trump tertekan dan seperti meralat pernyataan sebelumnya. Yaitu ;
"Kami memiliki hak untuk mengenakan (bea masuk terhadap) US$ 325 miliar lainnya (produk impor asal China) sebesar 25%,, tapi Saya belum membuat keputusan tersebut."
Padahal Trump kemarin mengatakan bahwa produk impor asal China senilai US$ 325 miliar akan dibebankan bea masuk senilai 25% dalam waktu dekat. Melunaknya sikap Trump inilah yang membuat pelaku pasar optimistis bahwa perang dagang bisa mereda.
Namun
nasib rupiah Pasca sudah terdepresiasi sebesar 0,63% melawan dolar AS di pasar spot kemarin,
belum juga bisa bangkit. Pada pembukaan perdagangan hari ini, rupiah masih melemah
0,03% ke level Rp 14.415/dolar AS. Hal
ini karena kita masih menunggu rilis data perdagangan Indonesia Besok Oleh BPS
dengan harap harap cemas.
Namun,
memurut data Revinitif neraca dagang Indonesia mengalami defisit sebesar US$
500 juta pada bulan april. Jika besok BPS mengumumkan sama maka akan memutuskan
rantai tren positif yang dibukukan dalam
dua bulan berturut turut. Seperti kita ketahui, . Pada bulan Maret, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$ 540 juta, begitupun pada pada bualn Februari positif di angka US$ 330 juta.
Akibatnya pada deficit neraca berjalan/Current Account Deficit (CAD) akan sulit untuk diatasi selain dnegan mengeluarkan SUN.. Hal ini dik akrenakan defisit CAD pada kuartal-I 2019 adalah senilai US$ 7 atau setara dengan 2,6% dari PDB, sudah jauh lebih tinggi dari defisit periode yang sama tahun lalu kuartal-I 2018 yang defsit US$ 5,19 miliar atau 2,01% dari PDB.
.
Oleh karena itu. rupiah bisa menjadi mata uang berkinerja terburuk di Asia, Karena CAD merupakan faktor penting untuk menggambarkan pasokan devisa yang kita miliki.
Oleh karena itu. rupiah bisa menjadi mata uang berkinerja terburuk di Asia, Karena CAD merupakan faktor penting untuk menggambarkan pasokan devisa yang kita miliki.