Oleh Helmi Adam
Berita Lion air mengalami
kesulitan keuangan sangat mengagetkan banyak pihak pasalnya Lion air menguasai penerbangan di Indonesia. Dari sisi
armada pesawat Lion air memiliki armada terbesar hingga saat ini, yaitu 350 an
Pesawat tahun 2018. Bahkan dari kalau dihitung penguasaan pasar, Lion air
menguasai market share lebih besar dari Garuda Indonesia sebagai pesaing
utamanya yaitu Garuda. Lion Air Group berhasil mengangkut 51,72 juta penumpang
pada 2018 atau 51 persen dari total jumlah penumpang domestik sebanyak 101,13
juta penumpang. Sedangkan Garuda Indonesia Group hanya mengangkut 33,86 juta
penumpang atau 34 persen dari total jumlah penumpang domestik. Dilihat
dari learning curve bisnisnya, Lion Air termasuk perusahaan
bagus, karena dalam waktu sangat singkat, bisa tumbuh sangat besar,
bahkan mungkin “cepat dewasa” di bandingkan dengan usianya. Mulai beroperasi
tahun 2000 dan memiliki 350 pesawat dalam waktu 18 tahun, sungguh luar biasa.
Tiba tiba kita mendengar
ada masalah keuangan bebeerap bulan terakhir. Lion air mengalami kesulitan cashflow, padahal cashflow adalah
salah satu indikator utama bagi sehat
tidaknya sebuah perusahaan. Cashflow
merupakan darah segar sebuah perusahaan. Ketika darahnya berhenti maka akan
berhenti pula operasional perusahaan. Jika hal ini tidak mampu diatasi maka perusahaan tinggal
menghitung hari kata krisdayanti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan
keuangan merupakan salah satu indikator sebuah usaha akan mengalami kebangkrutan. Bahkan
menurut Hisrich dan Peter (2017) bahwa
terdapat 10 tanda sebuah perusahaan sedang menuju pada kebangkrutan
yaitu :
1.
Pengelolaan keuangan
menjadi tidak disiplin, sehingga tidak seorangpun dapat mempertanggungjawabkan
penggunaan uangnya
2. Para Direktur tidak
dapat mencatat dan menjelaskan transaksi-transaksinya.
3.
Pelanggan diberikan
diskon besar-besaran untuk meningkatkan pembayaran akibat arus kas yang buruk
4. Berbagai kontrak
diterima di bawah jumlah standar untuk menghasilkan uang tunai
5. Meminta penangguhan
pinjaman-pinjaman ke Bank ataupun relasi.
6. SDM dan karyawan kunci
dan penting meninggalkan perusahaan
7. Bahan-bahan untuk
memenuhi pesanan kurang
8. Biaya-biaya dan Pajak
penghasilan tidak mampu dibayar
9. Para pemasok meminta
pembayaran secara tunai
10. Keluhan-keluhan pelanggan mengenai kualitas pelayanan dan produk
meningkat.
Tanda tanda Lion Air sedang
mengalami kesulitan keuangan adalah dengan tidak mampu membayar sewa bandara.
Hal ini, menjadi indikator adanya ketidak-beresan dalam mengatur cashflow nya.
Alasan ketidakmampuan membayar biaya jasa
kebandaraan Karena adanya tekanan dalam industri penerbangan sejak tahun 2018,
seperti tidak tercapainya harga jual, kenaikan biaya, sebenarnya adalah hal
sangat biasa yang dihadapi oleh semua perusahaan. Justru Perbedaan profesionalisme
lebih menonjol yaitu, kemampuan mengantisipasi tersebut, dan exit
strategy yamg harus diambil sebelum kejadian itu terjadi
menjadi penting.
Saya sendiri mencatat
pengelolalan Buruk, Management Lion Air ketika melakukan pembelian armada pesawat
yang terkesan asal asalan, tanpa perencanaan yang matang. Harusnya Lion Air
belajar dari Southweast airline ( lihat Analisis Southwest Airline di Helmi
Adam Channel Youtube https://www.youtube.com/watch?v=varq7mDgptA
) Lion Air jadi terlihat tidak Profesional managemenya kalau kiat menonton di
youtube diatas. Lion tidak memiliki perencanaan yang baik,
dan terutama mengontrol implementasi rencana yang sudah dibuat.
Harusnya manajemen bisa mengantisipasi apa yang harus dilakukan
ketika permintaan menurun, dan biaya menaik? Padahal itu adalah masalah
elementer dalam strategi bisnis. Jika manajemen tidak mampu menagani ini bisa
jadi hukum alam akan dialami oleh Lion Air. Yaitu segala sesuatu yang bertumbuh
dengan sangat cepat, biasanya juga akan mati dengan cepatnya. Karena selalu ada
banyak penyakit dalam tubuh yang besar akibat tidak sesuai dengan usianya. Yang
terpenting dari semua itu, adalah Lion air jangan sekali kali mengorbankan pelangganya.
Karena jika pelanggan dikorbankan resikonya adalah jangka panjang..
Penulis Adalah
Direktur Syafaat Foundation Indonesia.