Oleh Helmi Adam
Perang dagang AS vs Cina yang berkepanjangan, menyebabkan arus modal keluar dari Indonesia. Karena perang dagang menyebabkan ketidakpastian bagi investor, dan akan membuat pertumbuhan ekonomi global menjadi terhambat. Akibatnya akan mempengaruhi industri keuangan. Sehingga ancaman perlambatan pertumbuhan ekonomi, berdampak pada tertekannya mata uang, sampai kenaikan suku bunga. Akibat lanjutannya adalah Imbal hasil (yield) surat utang negara akan naik, sehingga harganya akan turun. Hal inilah yang menyebabkan Investor akan mencari invetasi aman seperti emas ataupun mata uang negara maju, seperti dollar AS, Yen Jepang, ataupun Euro.
Jika terjadi pembalikan arus dana asing, akan berakibat pada kesulitan memelihara likuiditas lembaga keuangan di Indonesia. Bank-bank yang tergantung pada dana pihak ketiga (DPK) akan kesulitan memupuk dana. Seiring dengan issue rush money pada pasca haisl pilpres, tentu akan mengganggu likuiditas Bank Bangk nasional. Itulah kenapa tiga Bank nasional inodneisa melakukan pinjaman ke Cina bersma mentri BUMN sebesar 42 Trilyun. Hal ini untuk menjaga likuiditas jika terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Dampak lainya adalah Tiga bank itu menjadi memiliki beban utang yang tinggi yang ahrus di bayar ke cina. Dan mungkin saja tidak terbayar, dan di konversi menjadi saham.
Jika perbankan menaikkan suku bunga agar lebih menarik investor maka Investor Cina yang diuntungkan jika perjanjian pinjaman tidak menggunakan bunga FIX atau tetap, tapi mana ada investor hari ini, menggunakan bunga tetap ?. Karena jika antara Perang Dagang Amerika Serikat (AS) dan Cina memanas maka ekonomi kedua negara pasti turun. Jika keduanya turun, maka akan berimbas pada penurunan ekonomi negara lainnya.
Kondisi yang tidak pasti menyebabkan investor akan ragu memilih negara mana yang tepat untuk investasi. Faktor “keraguan” menjadi penyebab adanya potensi pembalikan arus dana dari negara berkembang seperti Indonesia, ke negara maju. Hal ini terjadi jika tidak ada penyesuaian yang dilakukan oleh pemerintah ataupun perbankan.
Oleh karena itu sudah saatnya Indonesia menggunakan mata uang Dinar dan Dirham, yang memiliki kepastian nilai, Karena hanya dinar dan dirham yang bisa sesuai antara nilai intrinsik dan ekstrinsik nya sehingga tidak akan mengalami perubahan. Contohnya harga kambing dari jaman nabi 1 dinar, sampai sekarang pun masih satu dinar, Artinya tidak ada depresiasi mata uangnya. Padahal hal ini memungkinkan ekonomi Indonesi akn bangkit. Karena Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki cadangan emas dan perak terbesar di dunia.
Sekarang saja, para investor menginvestasikan uangnya ke emas yan dinaggap lebih stabil. Di tengah kondisi ekonomi yang tidak pasti, hanya emas yang meberikan kepastian. Oleh karena itu wajar jika, wcana penggunaan uang dinar untuk Negara Asean dihidupkan lagi, mengingat jka dihidupkan lagi Indonesia, akan banyak memiliki keunggulan, karena memiliki cadangan emas yang besar. Semoga kebijakkan ini, bisa dipertimbangkan oleh pemerintah kita.
Penulis adalah Direktur Syafaat Foundation Indonesia.