Oleh Helmi Adam
Taktik perang dagang Trump sangat Jitu, hal ini terbukti dengan janji Cina membeli
produk pertanian dari Amerika Serikat. Apalagi ditambah musim panas yang hebat di India, menyebabkan
kebutuhan produk pertanian meningkat, akibatnya bursa saham di wall stret mengalami kenaikan
signifikan. Sebenarnya apakah pangkalnya Cina menjadi luluh dengan keinginan Trump
? Hal sederhana yang dilakukan Trump adalah bertemu dengan pengungsi Uighur
dari Xinjiang. Mereka mengeluhkan nasibnya, yang diperlakukan layaknya “binatang”
oleh pemerintah Cina. Hal ini membuat kekhawatiran Beijing, karena akan adanya sentimen negative terhadap Cina, di wilayah wilayah muslim. Walaupun Negara mayoritas
muslim mendukung Cina seperti Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat, dan lainya, Namun
bukan berarti rakyat di negara negara Timur Tengah mendukung sikap pemerintahannya.
Hal inilah yang akan menimbulkan ketidakstabilan
di kawasan Timur Tengah.
Pasalnya orang-orang di timur tengah menganggap Trump yang
anti islam saja, mendukung muslim Uighur. lalu mengapa orang muslim malah
mendukung Cina, yang jelas jelas telah bertindak zholim terhadap saudaranya di
Uighur ?. Tentu saja tersebut, berpotensi menciptakan konflik baru di kawasan Timur Tengah. Hal ini bisa menjadi penyebab adanya Arab Spring jilid Dua. Dan jika hal tersebut terjadi, maka yang diuntungkan adalah
Amerika Serikat. Kok bisa ?
Jika terjadi Arab Spring jilid dua, pemerintah di kawasan
Timur Tengah akan minta tambahan pasokan senjata dari AS, begitupun dengan pemberontak.
Hal ini akan menguntungkan industri senjata AS. Karena bukan rahasia umum lagi, bahwa negara negara timur tengah bergatung peralatan senjatanya dari AS. Maka dari
itu Israel, sering dijadikan “Bidak” untuk menakut-nakuti negara Arab dengan
senjata terbarunya. Sedangkan Cina belum mampu menandingi kepraktisan dan
kehandalan senjatanya seperti buatan AS. Hal inilah yang sudah terbaca oleh Cina, sehingga
cinapun luluh hatinya.
Jadi, ada Tiga keuntungan
pertemuan Trump dengan pengungsi Uighur, dan Rohingya. Pertama adalah
mengingatkan mitranya di Timur Tengah, untuk bisa kembali mengikuti kebijak-kan AS,
kedua adalah mengingatkan Cina tentang HAM di negaranya yang masih menjadi masalah,
ketiga untuk mendapatkan bargaining position dalam perang dagang dengan Cina. Hal ini bisa kita lihat dari pertemuan Trump dengan pengungsi Uighur yang berbeda, seperti pertemuan Trump dengan pengungsi
Rohingya. Pada pertemuan Trump dengan pengungsi Rohingya, Trump langsung
memberikan sangsi kepada pemerintah Myanmar dan juga pada jendral yang
bertanggung jawab dalam kasus tersebut. Namun dengan pengungsi Uighur, Trump
hanya mendengarkan cerita para pengungsi, dan belum mengeluarkan pendapatnya. Hal
ini menunjuk-kan pandainya Trump dalam politik luar negrinya. Semua dilakukan
Trump sebagai peringatan buat negara negara di kawasan Timur Tengah, yang sudah
beralih ke Cina, dan juga untuk memperingatkan Cina agar mau menerima usulan AS.
Namun bisakah peringatan itu jadi kenyataan ? Jawaban bisa saja,
mengingat kondisi Timur Tengah yang panas, akan menguntungkan ekonomi Amerika Serikat.
Di sisi lain Amerika juga membutuhkan tarik ulur dengan Cina, karena Cina sudah
masuk begitu dalam, pada struktur ekonomi
AS. Untuk itu Trump harus berhati-hati benar, memainkan perannya, agar Amerika
tidak mengalami kontraksi ekonomi yang hebat. Apalagi sebentar lagi pemilu AS
tiba, Trump tentu masih ingin menjadi presiden di periode kedua. Jika Cina
melakukan penarikan uang besar-besaran dari AS, bisa jadi ekonomi AS akan
Kontraksi. Atau Cina tidak mengimpor “rare” bahan baku untuk teknologi
tinggi AS, yang akan menyebabkan kehancuran industri pertahanan dan teknologi AS (Baca di Blog ini
Senjata Pamungkas Cina ) . Lalu pertanyaanya bagaimana nasib minoritas Uighur
di Cina ? Jawabanya hanya kepada allah tempat meminta pelindungan, karena saudara
muslimnya telah terbuai oleh kekuasaan..
Penulis Adalah Lulusan Terbaik Pasca Sarjana Universitas Bhayangkara Jakarta.