Oleh Helmi Adam
Produk
semen Cina dalam 3-5 tahun terakhir
mengisi pasar semen di Indonesia. Mereka mendirikan
pabrik di Indonesia seperti semen Conch. Harga produk semen yang mereka
tawarkan memang jauh lebih murah dari produk semen pemain lama seperti Tiga
Roda, yang produksi oleh Indocement. Sebenarnya harus diakui
bahwa produk semen Cina memang sangat efisien, dalam arti biaya investasi lebih
murah, begitupun biaya modal, serta pajak yang diambil pemerintahnya. Berbead
jauh dengan industry semen lokal, yang sangat tidak efisien dan beban pajak
yang lumayan tinggi.
Industri semen kita menjadi lebih tidak efisien lagi,
karena mesin-mesin hanya bekerja 65 persenya saja. Hal ini akbat dari pasar semen
dalam negeri, yang cuma mampu menyerap
72 ton saja. Sementara tahun 2019 produksi semen diperkirakan bisa mencapai angka
115 ton, jadi ada over supply sekitar 43
ton di tahun 2019. Anehnya ditengah over supply produksi semen, pemerintah justru mengijinkan investasi baru asing
untuk membuka pabrik semen di Indonesi. Hal ini tentu akan membunuh usaha smen
dlam negeri, karena yang musuk adalah industri
besar yang lebih efisien yang mampu melakukan predatory priecing teehadap semen
lokal.
Hal inilah yang menjadi
kekhawatiran industri semen lokal, pasalnya kemungkinan investasi baru, dapat
keringanan pajak juga cukup besar. Bukankah
banyak kejadian para investor asing di manjakan, sementara investor dalam negeri
seperti anak tiri di negeri sendiri. Masalah inilah yang sering menjadi
persoalan yang tidak pernah tuntas, karena selama ini, industri lokal,
dikenakan beban pajak yang tinggi, Akibatnya sulit bersaing
dengan pemain asing. Akhirnya banyak pemain lokal yang membuka investasi di
luar untuk di jual kembali ke Indonesia. Karena dengan alasan Masyarakat Ekonomi
Asia (MEA) , meraka di besbaskan cukai impor. Hal inilah yang menjelaskan
mengapa harga barang impor lebih murah dari barang lokal. Selain semen, Ada juga
beras, yang harga internationalnya sebesar Rp.6.200 , tetapi di Indonesia
harganya menjadi 8.000. Sehingga wajar
jika pengusaha mengambil jalan pintas menjadi importir saja. Karena menjadi importir
tidak begitu sulit, cukup menyiapkan gudang dan distribusi saja, sedangankan
investasi baru butuh menyiapkan lebih besar dana.
Lalu apakah solusinya ?
saatnya Indonesia harus berani menerapkan share kedaulatan terhadap investasi asing
dan pengenaan cukai impor yang tinggi, terhadap produk yang juga dimiliki oleh Industri
dalam negeri. Hal inilah yang dilakukan Arab Saudi dan AS saat ini. Apa itu
Share, kedaulatan ? share kedaulatan adalah pemberian saham kepada mitra lokal.
Dan mitra lokal memiliki hak penuh atas perusahaan untuk memilih karyawan dan
orientasi usahanya, walaupun saham yang dimilikinya hanya 10 persen saja. Seperti di Arab Saudi, di Mekah, kita tidak bisa menggunakan uang
untuk membeli mobil atas nama kita sendiri,
tetapi harus menggunakan nama orang lokal Mekah, begitupun ijin usaha, sehingga
hal ini akan banyak menguntungkanpenduduk Mekah. Akibatnya Penduduk Mekah
menjadi penduduk kota termakmur di dunia.
Oleh karena itu, saatnya
pemerintah pada periode lima tahun kedepan kembali membina pengusaha lokal agar
mampu bersaing di tingkat global. Terutama dengan Pengusaha semen Indonesia, sudah seharusnya
mendapatkan jatah di pembangunan infrastruktur pemerintah, jangan justru diberikan ke asing, apapun alasannya. Jangan
sampai kita biarkan semen Indonesia jadi anak tiri di negeri sendiri…
Penulis adalah Direktur Syafaat
Foundation Indonesia