Oleh Helmi Adam
Sayidina Ali Bin Abi
Tholib pernah berkata “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena
mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan
untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian". Artinya,
ilmu itu bersifat dinamis dan tidak tetap, keberadaannya menyesuaikan dengan
kondisi sekarang dan kehidupan masa depan.
Pertanyaan kita
selanjutnya adalah, apakah yang diperlukan oleh anak-anak di masa depan?
Apakah dengan Menghafal ilmu pengetahuan? Kalau cuma untuk menghapal,
buat apa ?,karena ada mbah Google yang siap memberikan jawaban 24 jam.Kalau kita
ingin tahu definisi semua ada, tinggal di Search saja, jawaban akan bermunculan
dengan cepat. Krena sifat ilmu bersifat dinamis, sehingga ilmu lama yang tadinya
memiliki kebenaran obsolete, menjadi tidak berlaku lagi. Saat ini anak-anak tidak perlu
sekolah, kalau cuma mau menghafal, karena semua informasi dan ilmu sudah ada di
internet. Setiap hari kita dikepung dengan berita, dan terus menerus kita
melakukan analisa data & informasi. Lalu memilah-milahnya : mana yang benar
dan mana yang hoax. Seberapa hebatnya kita memilih informasi tetap juga
kecolongan dengan berita hoax. Jadi masalah generasi mendatang bukanlah maaslah
kekurangan ilmu,bhakan imu penegtahuna begiatu berliamaph meminjam kata Pieter
Diamendis. Akan tetapi masalah terbesar pendidikan yang akan datang adalah
apakah “Berfikir Kreatif “ yaitu untuk
mengolah atau memproses semua informasi yang ada, menjadi memiliki nilai tambah
atau bernilai.
Oleh karena itu sekolah-sekolah harus melakukan revolusi terhadap
kurikulum yang ada saat ini. Kita harus mulai mengajarkan ketrampilan berfikir
kreatif untuk anak didik dengan kemampuan memproses banyaknya info dan
pengetahuan secara baik dan berguna. Perubahan revolusi dimulai dari ditemukanya
HP. Atau handphone yang telah bermetamorfosis menjadi Smartphone. Dua puluh tahun lalu, kita belum bisa membayangkan kemajuan handphone seperti
sekarang ini. Bisa memotret, mencatat resep, berkirim surat dan dokumen, berkirim
foto, video, hingga menampilkan peta dan rute jalanan, bahkan bisa
mengukur kalori yang terbakar, akibat aktifitas yang kita lakukan. Dan sebuah
Handphone bisa dipakai membuat
presentasi dan mengirimkannya ke benua lain, atau bahkan kedepan, bisa digunakan
untuk perjalanan keluar negri, melalui teleport. Mengapa tidak, Toh Dulu Handphone cuma bisa buat bicara, Dan
bisa SMSan saja.
Oleh karena itu tida salah, jika sya meneriakakan revolusi untuk
kurikulum dengan merombak total sistem pengajaran dan bahan ajarnya. Kita bisa
memulai pengajaran kreatif berfikir dari mulai Penddikan usia idni hingga menengah
yaitu 60% waktu dipakai untuk belajar berpikir, 30% untuk mendalami materi dan
10 %nya untuk pemahaman konsep. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan
pelajaran sebagai berikut ;
Model pembelajaran inquiry merupakan
salah satu model pembelajaran, yang berperan penting dalam membangun paradigma pembalajaran.
yang menekankan pada keaktifan belajar siswa. Menurut Jauhar (2011), “inquiry berasal dari
kata to inquiry yang
berarti ikut serta atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
mencari informasi dan melakukan penyelidikan”. Dimana inquiry juga dapat
diartikan sebagai suatu proses bertanya dan mencari tahu jawaban yang
dipertanyakan. Pembelajaran inquiry bertujuan
memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual dan keterampilan
proses sains siswa Jadi hal penting dalam inquiry learning adalah Bertanya,Karena
kemampuan bertanya yang baik, akan
mendapatkan banyak jawaban.
Setelah memilki kemampuan bertanya siswa juga harus mampu
mencari jawaban secara mandiri. Saat ini, hampir semua orang memiliki smartphone,
dari anak SD, ibu rumah tangga, tukang jual bakso, sampai direktur. Tapi tak
banyak oarng yang mampu mencari jawaban lewat internet lalu memilah-milah mana
informasi yang valid dan yang hoax.
Kemudian anak harus memiliki kemampuan berpikir kreatif yang
menciptakan berfikir kritis, dan konstruktif. Seperti pelajaran Matematika
harus mampu meningkatkan logika, bukan Memakai metode atau rumus rumus baku semata.
Anak perlu menghitung dengan logika dan rumusnya sendiri. Guru memberikan kebebasan bagi murid untuk
mencari jawaban dengan aneka cara, proses, dan jalan. Bahkan model pendidikan sebaghasil harus segera dihilangkan, menuju pendidikan sebagai suatu proses. Penddikan
yang berorientasi hasil menghasilkan bimbingan belajar yang berorientasi
bisnis, hasilnya adalah SBMPTN semakin lama, soalnya semakin sulit. Inilah yang
ditentang Paolo Freire dalam bukunya pendidikan Kaum Tertindas. Kadaarena hasilnya
adalah metode drilling untuk menjawab
soal soal, yang semakin tahun semakin sulit. Kata Paolo Freire, Apa bedanya manusia
dengan anjing yang di drlling untuk menggonggong ?
Pada akhirnya kita tidak dapat menghasilkan penemu,
tapi hanya menghasilkan penipu, atau peniru saja. Saatnya di periode baru ini
kita melakukan revolusi terhadap pendidikan Indonesia, dari hasil ke proses..Hal
ini sangat mudah jika ada kemauan politik dan menyingkirkan egonya pebisnis
bimbingan belajar. Karena system pendidikan dan kurikulum model sekarang hanya
menghasilkan Keuntungan trilyunan rupiah untuk bimbingan belajar…wajar Jika kita curiga ada bisnis bimbel dalam soal SBMPTN.. Karena Untung nya Trilyunan..
Penulis Mantan Presiden BEM
Universitas Negeri Jakarta.