Inilah Arti Pertemuan Megawati, Prabowo, Dan Jokowi di Konggres PDIP ?

Heurmenetika Pertemuan Megawati, Prabowo, dan Jokowi Ada apa ?


Oleh El Zahra Historia

Konggres ke 5 PDIP sukses, melahirkan Ibu Megawati Sukarno Putri Sebagai ketua Umum Partai berlambang Banteng, dan ditambah banyaknya simbol simbol politik yang mengudang antusias para wartawan, sehingga beritanya tidak akan habis hanya dalam seminggu pembahasan.

Pengamat politik pun berusaha mengartikan bahasa politik Megawati dan Prabowo serta Jokowi dalam pertemuan itu. Bahkan mereka membubuhi dengan bahasa tubuh, ekpresi, dan cara hormat Prabowo, serta bahasa diplomatisnya Megawati juga ketawanya jokowi. 

Untuk yang terganggu dengan kemungkinan koalisi Megawati, Prabowo dan Jokowi (MegaPro Jokowi) akan mengartikan negative pertemuan itu. Paling tidak ada tiga kelompok yang memiliki penafsiran negatif, yaitu ;

Kelompok pertama yang tidak senang mereka bersatu karena alasan Pragmatisme yaitu takut jatah kursinya hilang, takut proyek proyeknya hilang,  dan takut takut lain nya. Sehingga berusaha menakut - nakuti pengikut megawati maupun pengikut prabowo  serta pengikut Jokowi.

Kelompok Kedua adalah kelompok orang yang mengkhawatirkan karier politiknya terancam, sehingga dia berusaha melakukan pembusukan pada sikap politik Prabowo, dan jika Prabowo bergabung dengan Megawati, Jokowi dan Menjadi Megapro Jokowi, akan menghambat karier politik kedepan.

Hal ini dilakukan dengan cara memanasi pengikut Prabowo, dan pengikut Megawati agar saling kelahi serta pengikut Jokowi. Sehingga mereka bisa membubarka kemungkinan Megapro Jokowi bersatu.   

Kelompok ketiga adalah kelompok idealis yang tidak begitu mementingkan politik. Baginya bersatu dengan lawan politik haram hukumnya, sehingga bisa dimanfaatkan oleh kelompok kedua dan kesatu untuk kepentingan politik mereka.

Kelompok keempat adalah  kelompok logis, yang selalu melihat sesuatu dengan logika, sehingga bisa menerima pertemuan Megapro Jokowi, sebagai fakta politik dan kosekwensi logis politik. Kelompok ini tidak mudah di pengaruhi oleh bermacam macam gossip yang berseliweran di media social. Bahkan kelompok ini bisa mempengaruhi kelompok ke tiga.

Kelompok kelima adalah kelompok loyalis, yang Sami na watho na (saya Mendengar, Saya taat ikuti perintah) dengan yang diputuskan pemimpin masing masing.pada pemimpinya  sehingga apa yang diputuskan Pemimpinnya, itulah yang terbaik. Dan rata rata pengikut Megawati, dan Prabowo seperti ini tipikalnya, sedangkan pengikut Jokowi belum teruji, jadi masih mengambang, karena banyak kepentingan pribadinya.

Kelima kelompok ini sendiri hanya bisa menduga duga apakah langkah politik Megawati, Prabowo, dan Jokowi. Yang mereka semua tafsirkan sesuai dengan kepentingan masing amsing kelompoknya.

Padahal yang mengetahui arti dan langkah politik Megawati, Prabowo, dan Jokowi kedepan adalah mereka bertiga. Kalau kiat menggunakan Heurmenetika, maka kita harus Tanya kepada mereka bertiga. Persoalannya adalah apakah mereka mau jawab ?

Yang jelas ketiganya tidak akan mengorbankan kepentingan bangsa dan Negara, karena ketiganya adalah Putra dan Putri terbaik bangsa. Untungnya, ketiganya punya pandangan yang berbeda dalam membangun bangsa seperti kita lihat dalam kampanye nya masing masing.

Hal ini menguntungkan Indonesia sehingga bisa saling mengisi dan mengingatkan, karena sesungguhnay ketiganya telah rindu berkumpul dan bedebat dalam satu meja dan yang kita  tahu adalah untuk kepentingan bangsa..

Penulis Adalah Wartawan

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama