Kenangan 5 Tahun H Mochtar Sum, Ada Rahasia "Rumus" Sinetron Yang Tidak Diketahui ?




Oleh Helmi Adam

Mengenang 5 Tahun meninggalnya H. Mochtar Sum, Seorang tokoh legendaris Sinetron dan Film dakwah di Indonesia. Selama hidupnya menjadi diabdikan dirinya untuk berdakwah melalui tulisan,sinetron, sandiawara radio, ataupun film.  Beliau  telah menghasilkan jutaan  Karya seni, dari lukisan, tulisan, sandiawara radio,  sinetron, dan film.

H Mochtar sum merupakan putra betawi kelahiran 1935, dengan pengalaman yang sangat kuat. Masa Mudanya pernah menjadi jawara di pasar baru, kemudian bekerja di Perum Perum Peruri, setelah menamatkan sekolahnya di menengah kejuruan. SMIP I.

Setelah itu, dia bekerja di Bank BNI 46 sebagai employe, yang mengurus laporan keuangan. DI bank BNI 46 lah, dia belajar melukis dengan bosnya yang merupakan orang belanda. Bakat seni nya, membuat dia keluar dari pekerjaanya, menjadi pelukis profesional dan berhasil mengadakan pameran lukisan   di beberapa tempat. Karya monumentalnya adalah lukisan Pangeran Diponegoro yang dibeli oleh mentri agama kala itu. Dan Lukisan Orang tuanya yang ditawar, saat itu, namun tidak diJualnya. (Saat ini masih tersimpan oleh anaknya).

Pertemuan nya dengan teman teman nya superti Zainudin, Soerasa, Alwi AS, dan Sanusi Hasan, membenntuk Himpunan Seni Budaya Islam. Dimana saat itu belum ada Organisasi seniman. Belakangan barulah muncul  LEKRA, LESBUMI, LEMKARI dll.

HSBI pertama kali dipimpin oleh Yunan Helmi Nasution, saat itu HSBI adalah benteng terdepan melawan LEKRA milik partai komunis, Sehingga tokoh tokoh HSBI seperti Buya Hamkah, Yunan Helmi Nasution, dan Mochtar Sum sendiri menjadi sasaran LEKRA kala itu.

Tahun berganti, H Mochtar Sum bersama teman teman nya, seperit Soerasa, Sanusi Hasan, Alwi As, Zainudin dll, merasakan manisnya perjuangan HSBI, sehingga mereka bisa ber dakwah keliling  Indonesia dari pangung ke panggung. 

Bersama bapak Mayjend Muchlas Rowi, Mochtar Sum mendirikan Akademi Pusat Rohani Ã¥ngkÃ¥tan Darat. Angkatan Pertamanya Kolonel Saifudin. Inilah mengapa HSBI dulu sempat dicitrakan dekat dengan AngkÃ¥tan Darat.

Setelah Itu Mochtar Sum sempat mengembangkan tim kesenian pertamina, yaitu El Bedrul. Dan keliling indonesia menghibur sambil berdakwah.

Di tahun1989, ketika bomming TV Swasta, HSBI pun dibawa masuk pindah dari rumahnya di TVRI dan RRI. Hal ini disebabkan TVRI dan RRI sudah mulai banyak persaingan tidak sehat, dimana para karyawanya dan keluarganya memiliki sanggar, dan jatah Tayang sendiri. 

Adalah Shohibul Hikayat yang merupakan bomming Sinetron Dakwah yang digarap oleh H. Mochtar Sum yang ditayangkan setiap Ramadhan oleh SCTV Pada tahun 1991. Dengan  bekerjasama melalui rumah produksi milik Deddy Mizwar kala itu, Dan saat itu sinetron produksi pertamanya Deddy Mizwar dengan genre dakwah. yang sampai sekarang terus berlanjut kerjasamanya, dengan SCTV nya. SInetron Dakwah yang yang di sutradara dan di tulis oleh Mochtar Sum adalah Shobul Hikayat  dan Hikayat pengembara, kemudian Deddy Mizwar meneruskan lorong waktu, yang di sutradarai sendiri sampai pada Para Pencari Tuhan.
    
Bagi Mochtar Sum tidak penting dia terlibat atau tidak lagi, tapi kemudian sinetron dakwah menjadi trend saat itu, bersaing dengan lawak-lawakan  yang tidak memilki nilai dakwah.

Tahun1996, dua tahun menjelang reformasi, Mochtar Sum mengajarkan anaknya untuk menulis sinetron dakwah, yang gaul. Akhirnya munculah sinetron yang jadi trend kala itu, yaiitu Gerhana.

Setelah germane meredup, timbul keprihatinan nya dengan situasi milenial saat itu, dimana tidak ada sinetron untuk anak  di masyarakat, dia memanggil anaknya, kemudian bersama-sama membuat rancangan program dakwah untuk anak, lahirlah sinetron yang menjadi trend kedua, yang rumusannya masih berlaku sampai kini, yaitu Sinetron Si Entong.

Tahun berganti, perubahan dibisnis sinetron berubah, dimana pemilik TV masuk ke bisnis Production House, sehingga kreativitas semakin kurang dihargai, apalagi sinetron yang memiliki visi dan misi yang baik, tidak bisa masuk. Karena bukan anak perusahaan nya, tau jaringan nya. Sehingga sinteron yang abnayak mempengaruhi  kehidupan membuat beliau resah. Keresahan nya ada di beberapa media on line seperti yang saya kutip dari berbagia sumber , di bawah ini.

"Sinetron dan film sangat besar penegaruhnya dalam masyarakat digital. Apalagi sejak smartphone merambah ke Video melalui youtube, makin beratlah perjungan dakwah para seniman dan budayawan Islam. Karena semua orang bisa membuat video atau pun cerita pendek yang mudah diviralkan melalui  Media Sosial.  Sehingga pengaruh negative lebih mudah dicerna pemirsa di tanah air. Sehingga bukan hanya seniman dan budayawan, yang membawa pengaruh buruk pada generasi muda, tapi para selebgarm ataupun youtube." demikianlah yang diungkapkan beliu di ujung akhir hayatnya.


Selain itu beliu juga khawatir dengan sinetron dan film, yang  menghilangkan kebiasaan cium tangan dan justru menanamkan cium pipi. Padahal cium pipi bukan dengan muhrim haram hukumnya.


Hal di atas disampaikan salah satu pengurus HSBI (Himpunan Seni Budaya Indonesia), Muchtar Sum. Menurutnya perkembangan perfilman dan sinetron Indonesia sudah cukup baik. Hanya saja masih ada penyimpangan yang dilakukan sutradara dan pemainnya.



"Sinetron Indonesia sudah mulai bagus, aktingnnya bagus, dan ceritanya bagus. Tapi artis-artis muda sekarang makin berani pakai pakaian yang dilarang," ujar pemeran Syekh Usman dalam film 'Ayat-ayat Cinta' itu saat ditemui di Muktamar HSBI di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Senin (25/8/2008).


Dalam pandangannya, baik film ataupun sinetron seharusnya biasa memberikan teladan kepada remaja masa kini. Lanjut Mochtar  Sum, jangan sampai remaja mengikuti kebiasaan yang negatif.

"Ya misalnya anak-anak zaman sekarang bukan cium tangan, tapi kebiasaan cium pipi. Itu karena keseringan nonton sinetron." tandasnya.

Samoga amal dakwah Ayahanda diterima  Allah SWT, dan dibebaskan dari siksa kubur, masuk kan dia dalam syurgaMu yang indah ..


2/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Mustafa errick mengatakan…
Aaamiin semoga Allah memberikan surga firdaus
Lebih baru Lebih lama