Inilah Politik Pragmatisme Trump



Oleh : Yanuar Iwan

Hari Kamis ( 9/01/2020 ) Presiden AS Donald Trump mengadakan konferensi pers mengenai serangan balasan Iran ke Pangkalan militer AS, Al Assad di Iraq. Berbeda dari konferensi pers sebelumnya "tensi" Trump menurun dia berkata "Militer Amerika Serikat telah sepenuhnya dibangun kembali dibawah pemerintahan saya, dengan biaya US $ 2,5 triliun. Angkatan Bersenjata AS lebih kuat dari sebelumnya, rudal kami besar, kuat, akurat, mematikan dan cepat, saat ini banyak rudal hipersonik sedang dibangun"

"Namun, faktor bahwa kita memiliki peralatan dan militer yang hebat ini, tidak berarti kita harus menggunakannya. Kekuatan Amerika, baik militer maupun ekonomi, adalah pencegah terbaik". ( CNBC Indonesia )

Trump sedang menerapkan strategi politik "pragmatisme" bagi keseimbangan politik di Timur tengah, kapan saatnya menyerang dan kapan saatnya berhenti. Amerika Serikat tetap memelihara keseimbangan politik di Timur tengah, bagi Trump target sudah tercapai dengan membunuh seorang   Qassim Soleimani, jenderal karismatis dan dicintai rakyat Iran.

Soleimani adalah jenderal dari pasukan elit Quds bagian dari Garda Nasional Iran yang dianggap AS paling berbahaya dikawasan Timur tengah karena peran  besarnya di Yaman, Suriah, Libanon, dan Iraq didalam mengganggu "kenyamanan" Amerika dan tentu saja Israel.

Amerika Serikat dibawah Trump tidak akan melakukan serangan balasan terhadap Iran apalagi invasi militer, Washington dan Pentagon telah melakukan analisa dan kalkulasi Trump tidak mungkin menciptakan Perang Teluk jilid III, konflik koalisi Arab Saudi dan Iran akan terus dipertahankan AS, demikian halnya dengan konflik aliran dan pertentangan politik identitas, hal tersebut menguntungkan AS secara politik dan ekonomi dan terlindunginya eksistensi Israel sebagai suatu negara.

Bagi Trump dan AS masuk dan terlibat terlalu jauh dalam urusan Iran adalah tindakan kontra produktif, kondisi Iran sangat berbeda dengan kondisi Iraq dibawah Saddam Hussein. Iran adalah "ancaman" yang terus dipertahankan untuk melestarikan konflik dan keseimbangan di Timur tengah.

Perang saudara di Suriah yang berdampak kepada makin kuatnya pengaruh Rusia di Timur tengah menjadi pertimbangan khusus Amerika Serikat, CIA telah melakukan blunder didalam menganalisa perang saudara di Suriah, dengan bantuan Rusia dan Iran, Rezim Bashar Al assad masih berkuasa hingga detik ini dan semakin menguatkan pengaruh Rusia dikawasan Timur tengah, Rusia telah menjadi "mentor" bagi Iran dan Suriah.

Terlepas dari pengaruh Rusia di Timur tengah, Amerika Serikat dibawah Trump telah berhasil "Mengambil ikan tanpa memperkeruh  airnya" dan kini kita tinggal menunggu apakah Iran akan terus melakukan serangan terhadap kepentingan dan posisi AS dikawasan Timur tengah atau akan melakukan "politik pragmatisme" seperti yang dilakukan Trump.

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama