Oleh Helmi Adam
Di era Digital yang paling banyak berpengaruh adalah
disruption terhadap pekerajaan. Hal ini karena pekerjaan konvensional sudah out
of date dan membutuhkan ketrampilan keterampilan baru, serta peningkatan polarisasi sosial ekonomi. Hal ini
berlaku untuk sekolah dasar dan menengah dalam rangka mempersiapkan peran
penting dalam Revolusi Industri 4.0.
Model Pendidikan harus mampu beradaptasi, dalam rangka
membekali anak-anak dengan keterampilan. untuk menciptakan dunia yang lebih
inklusif, kohesif, dan produktif.
Buku putih ini, diprakarsai oleh Platform Forum Ekonomi
Dunia adalah hasil dari konsultasi global untuk Membentuk Masa Depan Ekonomi
dan Masyarakat Baru hingga mengidentifikasi model pendidikan berkualitas yang
menjanjikan dalam Revolusi industry 4.0.
Buku Ini memang merupakan
output pertama dari inisiatif Forum Pendidikan di era revolusi 4.0 , yang
bertujuan untuk mengkatalisasi perubahan system dengan memobilisasi koalisi yang
luas dan inovatif kepada pemangku kepentingan di sekitar model baru, standar
baru dan baru. Hal ini bisa di dijadikan momentum untuk mengubah masa depan
pendidikan lebih baik.
Dalam Buku School Of the Future Tersebut, ditemukan delapan
karakteristik kritis dalam konten dan pengalaman pembelajaran yang telah
diidentifikasi untuk menentukan pembelajaran berkualitas tinggi di Indonesia
1.
1. Keterampilan
menjadi warga negara global:
Konten ini focus, tentang membangun kesadaran pesrta
didik tentang dunia yang lebih luas, berkelanjutan dan memainkan peran aktif
dalam komunitas global.
2.
2. Keterampilan
inovasi dan kreativitas:
Konten ini menumbuhkan keterampilan yang
dibutuhkan untuk inovasi, termasuk pemecahan masalah yang lebih kompleks,
pemikiran analitis, kreativitas dan analisis sistem.
3.
3. Keterampilan
teknologi:
Konten ini didasarkan pada mengembangkan
keterampilan digital, termasuk pemrograman, digital tanggung jawab dan
penggunaan teknologi.
4.
4. Keterampilan
interpersonal:
Konten yang berfokus pada kecerdasan
emosional interpersonal, termasuk empati, kerjasama, negosiasi, kepemimpinan
dan kesadaran sosial.
5.
5. Pembelajaran
yang dipersonalisasi dan mandiri:
Bergerak dari sistem di mana
pembelajaran distandarisasi, menjadi berbasis satu pada kebutuhan yang beragam
pada setiap pelajar, dan memiliki cukup
fleksibelitas yang memungkinkan setiap pelajar untuk maju dengam langkah sendiri.
6.
6. Pembelajaran
yang dapat diakses oleh siapa saja dan bersifat inklusif:
Pindah dari sistem di mana pembelajaran
terbatas pada mereka yang memiliki akses bangunan sekolah tetapi akses belajar
untuk semua mudah digapai tanpa bangunan sekolah dan karenanya bersifat inklusif.
7.
7. Pembelajaran
berbasis masalah dan kolaboratif:
Bergerak dari berbasis proses ke
berbasis proyek ke berbasis masalah yang membutuhkan kolaborasi rekan kerja untuk masa depan pekerjaan.
8.
8. Pembelajaran
seumur hidup dan yang digerakkan oleh siswa:
Bergerak dari sistem dimana pembelajaran
dan keterampilan lebih dari satu umur ke umur lain nya dimana setiap orang
terus meningkat pada keterampilan yang ada dan memperoleh keterampilan baru
berdasarkan keahlian mereka yang sesuai dengan kebutuhan individu.
Melalui kampanye crowdsourcing global, World Economic
Forum juga mengidentifikasi 16 contoh sekolah. Program pedidikan ini, diharapkan
dapat membuka jalan menuju Pendidikan
4.0, sebagaimana didefinisikan di atas.
Dasarnya adalah keunikan pendekatan, Efek yang
ditunjukkan, dan keragaman geografis. Contoh-contoh ini dimaksudkan untuk
melayani stake holder sebagai inspirasi untuk perubahan menuju transformasi
sistem pendidikan yang lebih holistik secara global.
Namun sayangnya buku ini tidak tuntas menerangkan keunikan
individu dan kepentingan bangsa. Padahal sebuah pendidikan harus mampu memberikan karakter bangsa yang kuat, tidak hanya menunjukan kepentingan global.
Pada masyarakat yang sedang berkembang hal ini akan
menimbulkan disruption nasionalisme. Oleh karena itu pentingnya kita memahami isi
buku ini lebih jauh, jangan mudah menerima secara mentah mentah.
Karena akibatnya justru bisa terjadi kerusakan akhlak dan
karakter bangsa ke depan, karena kurangnya memperhatikan kepentingan nasional bangsa
itu sendiri.
Miungkin kita maklum karena Buku ini adalah program global
dimana kita dipaksakan untuk berfikir dengan cara global, padahal cara lokal juga
bisa digunakan dan di manfaatkan untuk berfikir global..
“ Dididiklah Anak Anakmu melampaui Jaman mu !” nasehat
Kyai pada saya, “karena anak anak adalah masa depanmu….”