Saya suatu kali bertanya pada pak Kyai,
"Bagaiman saya memilih teman ? teman saya semuanya ada aibnya ?"
Pak Kyai pun tersenyum dan menjawab,
“kalau memilih teman yang tidak memiliki aib, maka kamu akan hidup sendiri tanpa teman.”
Jadi “persaudaraan” bukanlah semata-mata sebuah slogan, akan tetapi “persaudaraan” adalah suatu akhlak yang bersumber dari dalam jiwa.
"Maksudnya pak Kyai ?" Tanyaku nggak ngerti.
"Manusia itu mahluk sosial jadi butuh untuk saling menasehati, oleh karena itu ,emegang teguh adab di antara kita merupakan perkara yang penting demi kelanggengan dan kelangsungan sebuah pertemanan." , jelas pak kyai
"Manusia itu mahluk sosial jadi butuh untuk saling menasehati, oleh karena itu ,emegang teguh adab di antara kita merupakan perkara yang penting demi kelanggengan dan kelangsungan sebuah pertemanan." , jelas pak kyai
"Jangan kamu menyangka akan mendapatkan seorang teman yang tidak pernah terjatuh dalam kesalahan." tambah pak Kyai
"Terus kalau teman berbuat salah gimana ? tanyaku
"Jika temanmu terjatuh dalam kesalahan terhadapmu, maka dimanakah sifat pemaafmu?, bukankah
Allah ta’ala berfirman,
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“Dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” [Ali Imron: 134]
‘Amir bin ‘AbdilQois berkata,
الكلمة إذا خرجت من القلب، وقعت في القلب، وإذا خرجت من اللسان لم تجاوز الآذان
“Suatu ucapan (nasehat) ketika keluar/bersumber dari hati, maka pengaruhnya sampai ke hati. Apabila ucapan tersebut hanya keluar dari mulut maka (pengaruhnya) tidak akan melebihi telinga.” [Lihat Kitab Washooyaa Al-Aabaa lil Abnaa]" jelas pak Kyai lagi..
"Terus bagaimana agar berteman memiliki nilai persaudaraan ?" tanyaku lagi penasaran...
"INIlAH NILAI PERSAUDARAAN YANG DIPAHAMI "
Seperti Abu Qilabah rahimahullah berkata,
إذا بلغك عن أخيك شيء تكرهه فالتمس له عذرا، فإن لم تجد له عذرا، فقل: لعله له عذر لا أعلمه
“Jika sampai kepadamu suatu berita yang engkau benci dari saudaramu, maka carikanlah udzur/alasan, jika engkau tidak mendapatkan udzur/alasan untuknya, maka katakanlah: Mungkin saja dia memiliki alasan yang aku tidak ketahui.” [Lihat kitab Raudhatul ‘Uqolaa]
Pertama hubungan sesama manusia membutuhkan kesabaran yang besar.
Kedua Jiwa manusia secara fitrah terdapat padanya kekurangan, kebodohan¬ dan kedzoliman.
Ketiga Jadilah Pribadi yang memiilki akhlak tepuji
Ke empat : bersabar terhadap teman-teman, merupakan tabi’at/sifat orang-orang yang mulia.
Kelima bersabar terhadap teman-teman adalah orang yang mampu memikul, memahami dan mema’afkan kesalahannya, melupakan kejelekannya serta mencarikan udzur/alasan untuk mereka.
Ke enam Jangan menunggu dan berharap (sampai) teman mengucapkan terima kasih atas kebaikanmu, lupakanlah kebaikanmu tersebut.
ke tujuh Janganlah mencari seseorang/teman yang sempurna (tidak pernah terjatuh dalam kesalahan), sesungguhnya KESEMPURNAAN hanya milik Allah semata. karena memcari teman yang tidak memiliki aib/kekurangan maka hendaklah kita bisa hidup seorang dire saja.
Karena tidak seorang alim ulama yang tidak pernah tergelincir dalam kesalahan, maka dari itu hendaklah kita tidak hidup dalam kebodohan.
Ke Delapan mencari seorang teman tanpa mau mengerti dan memahami kesalahannya hendaklah ia berteman dengan penghuni kuburan.”
Kesembilan adalah nilai penutupnya BETAPA INDAHNYA JIKA HUBUNGAN DIANTARA KITA SEMATA-MATA TULUS KARENA ALLAH TA’ALA!"
Ya Allah, jadikanlah kami orang-orang yang saling mencintai di atas kemuliaan-Mu dan naungilah kami di bawah naungan-Mu, di hari yang tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Mu (naungan arsy Allah Rabbul’izzah). Tutur pak Kyai menutup pengajian malam ini..
Sumber Inspirasi : Ustadz Abu ‘Abdillah Al-Bugisy hafizhahullah, Yaman.
