![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDViayL2SxhpmoV0TZwwoRKnoKZP73dBku1n0NGz9MkNUMZUfVtOtRV-QGO4ZJAKJWQ2nRM25vGeQTZq2zPKFDU2nn7NUtaFvJyGKEL6J7uEUtqgdS3AjSw5-CyF9ITWTVbsjmfRDHV5Y/w400-h147/Screen+Shot+2020-08-31+at+15.44.52.png)
Seperti dilansir AFP, Sabtu (29/8/2020), Inilah kronologisnya :
Pertama sekitar 300 orang turun ke jalanan wilayah Malmo, Swedia, dengan aksi kekerasan yang meningkat seiring berlalunya malam, menurut polisi dan media lokal.
Kedua orang-orang itu menghadiri aksi anti-Islam yang masih terkait insiden sehari sebelumnya saat pengunjuk rasa membakar salinan kitab suci Islam tersebut, juru bicara polisi Rickard Lundqvist mengatakan kepada tabloid Swedia Expressen.
Ketiga Rasmus Paludan, pemimpin partai garis keras anti-imigram Denmark, melakukan perjalanan ke Malmo untuk berbicara dalam aksi anti-Islam itu, yang diadakan pada hari yang sama dengan ibadah sholat Jumat.
Keempat pihak berwenang mencegah kedatangan Paludan dengan mengumumkan bahwa dia telah dilarang memasuki Swedia selama dua tahun. Dia kemudian ditangkap di dekat Malmo.
"Kami menduga dia akan melakukan pelanggaran hukum di Swedia," kata Calle Persson, juru bicara polisi di Malmo kepada AFP.
"Ada juga risiko bahwa perilakunya akan menjadi ancaman bagi masyarakat."
Kelima para pendukungnya tetap melanjutkan aksi dan tiga orang kemudian ditangkap karena dianggap menghasut kebencian rasial.
Paludan kemudian memposting pesan menyindir via Facebook. "Dipulangkan dan dilarang masuk ke Swedia selama dua tahun. Namun, pemerkosa dan pembunuh selalu diterima!" tulisnya.
Hal ini, untungnya umat Islam tidak terapancing provokasi provokasi Murahan yang sering dilakukan oleh Rasmus Paludan