Bocoran Rencana Kudeta Aidit Dengan Mao Zedong, Diungkap Sejarawan Singapura ?



Usaha Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk selalu muncul setiap penghujung bulan September senagn victim playinngnya, nampaknya, makin membuat masayrakat Indonesia tahu siapa PKI itu. Di tabun ini PKI berusaha mengelabui anak Sukarno melalui pernyataan putri Bung Karno, Sukmawati Soekarnoputri yang menyebut PKI berideologi Pancasila.

Hal ini justru membuat publik ingat kembali tentang upaya kudeta dari PKI di tahun 1965, melalui disertasi dari Taomo Zhou, sejarawan dari Nanyang Technology University, Singapura yang diungkit.

Dalam disertasi yang kemudian dibukukan lewat judul “Revolusi, Diplomasi, Diaspora: Indonesia, Tiongkok dan Etnik Tionghoa 1945-1947” itu mengungkapkan sejumlah catatan menarik pergolakan politik di Indonesia yang melibatkan PKI.

Yang paling menarik adalah mengenai upaya PKI melakukan kudeta. Taomo Zhou mencantumkan sebuah arsip-arsip sejarah yang disimpan di Beijing tentang pertemuan DN. Aidit dengan Mao Zedong dan petinggi Partai Komunis China.

Dalam pertemuan yang berlangsung 5 Agustus 1965 di China itu, Aidit menyampaikan rencana untuk melakukan kudeta.

Sebagai bukti menguatkan, Taomo Zhou menyertakan sebuah foto Mao Zedong diapit DN Aidit dan istrinya, Tanti serta anggota Politbiro PKI, Jusuf Adjitorop.

Percakapan diawali dengan pertanyaan dari Mao Zedong tenang kondisi perpolitikan di Indonesia.

“Saya rasa Sayap Kanan Indonesia bertekat merebut kekuasaan, apa kau juga ingin seperti itu?” tanyanya.

Aidit lalu mengangguk tanda mengiyakan. Dia mengatakan, jika Soekarno meninggal kondisi ini akan menjadi sebuah pertanyaan besar siapa yang akan mendapatkan kekuasaan.

Mao lantas menyarankan agar Aidit tidak terlalu sering pergi ke luar negeri.

Mao: Saya menyarankan Anda jangan terlalu sering pergi ke luar negeri. Anda bisa mewakilkan orang nomor dua di partai Anda untuk pergi ke luar negeri sebagai gantinya.


Aidit: Sayap Kanan akan melakukan dua kemungkinan aksi. Pertama, mereka dapat menyerang kami. Jika benar, kami tentu akan punya alasan menyerang balik. Kedua, mereka dapat mengadopsi metode yang lebih moderat dengan membangun pemerintahan Nasakom. Tanpa Soekarno ini akan menjadi mudah bagi mereka untuk mendapatkan dukungan dari kalangan tengah untuk mengisolasi kami. Skenaro terakhir akan sulit untuk kami. Bagaimanapun kita harus menghadapinya. Amerika telah meminta dia (Nasution) untuk lebih fleksibel dibanding sebuah kudeta. Dan dia menerima saran Amerika.

Mao: Itu tidak bisa diandalkan. Situasi saat ini telah berubah

Aidit: Skenario pertama, kami berencana membentuk komite militer. Mayoritas komite adalah Sayap Kiri tapi juga harus memasukan elemen moderat. Dengan cara ini, kami bisa membuat bingung musuh kita. Musuh tentu tidak yakin dengan arah komite ini dan para komandan militer yang simpatik ke Sayap Kanan tidak akan langsung melawan kita. Jika kami menunjukkan bendera merah tentu mereka akan langsung menentang kami. Itu kepala komite militer ini akan menjadi anggota bawah tanah dari partai kami, tetapi dia akan mengidentifikasi dirinya sebagai pihak netral. Komite militer ini tidak boleh bertahan lama karena orang baik akan berubah menjadi jahat. Setelah didirikan, kami perlu mempersenjatai para buruh dan petani secara tepat waktu.

Dari isi percakapan ini, Taomo Zhou menganggap sangat mirip dengan situasi dan gambaran yang terjadi di internal PKI saat melakukan Gerakan 30 September 1965.
 


0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama