Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى آلِ مُحَمد
Harta Abdul Muthalib
Setelah tumbuh dewasa, Abdul Muthalib pun menjadi seorang pemuka Mekah sebagaimana Hasyim, bapaknya.
Sementera itu, ketika Hasyim meninggal, hartanya dikuasai oleh Naufal, adiknya yang terkecil.
Setelah dewasa, Abdul Muthalib hendak meminta harta ayahnya, tetapi Naufal menolak.
Abdul Muthalib pun meminta bantuan kerabat ibunya yang tinggal di Yatsrib.
Orang-orang Yatsrib mengirimkan 80 pasukan berkuda.
Naufal pun ketakutan dan menyerahkan harta Hasyim kepada Abdul Muthalib
Pada zaman pemerintahannya, Abdul Muthalib melakukan sebuah perbuatan yang akan dikenang orang sepanjang zaman.
Sumber Air Mekah
Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi tamu-tamu yang datang ke Mekah.
Setelah ratusan tahun Sumur Zamzam tertimbun, air harus didatangkan dari beberapa sumur yang terpencar-pencar di sekitar Mekah.
MENGGALI SUMUR ZAMZAM
Saat itu, Sumur Zamzam telah terkubur dan dilupakan orang selama ratusan tahun.
Namun, Abdul Muthalib tidak pernah lupa pada sejarah Mekah, bahwa dulu pernah ada mata air yang menghidupi Mekah, mata air yang memancar keluar oleh kaki Ismail.
" Aku harus menemukannya ! " pikir Abdul Muthalib.
" Aku harus menemukan kembali Sumur Zamzam yang telah dilupakan orang !
Apalagi aku bertugas menyediakan air dan makanan bagi penduduk Mekah "
Pikiran seperti itu tidak pernah hilang dari benaknya,
" Aku harus menemukannya ! Aku harus menemukannya ! "
Setelah itu, Abdul Muthalib mengambil tembilang (alat untuk menggali bertangkai panjang) dan memanggil putra satu-satunya.
" Harits, temani ayah mencari dan menggali kembali Sumur Zamzam ! " Harits mengangguk.
Kemudian, mereka mulai mencari di mana dulu letak Mata Air Zamzam berada.
Setelah beberapa kali mencoba menggali di beberapa tempat, Sumur Zamzam tidak juga ditemukan.
" Ayah, mungkin Sumur Zamzam memang telah hilang, " kata Harits.
" Tidak Nak, Ayah yakin Sumur itu masih ada ! DAN Kita harus menemukannya ! Ujar, Abdul Mutholib, dengan mantap.
Orang-orang Mekah akan hidup lebih baik jika Sumur Zamzam ada di tengah kita ! " Tambahnya lagi.
Dengan gigih keduanya pun terus mencari sumur Zam-Zam._
Orang-orang Quraisy, penduduk asli Mekah, melihat perbuatan mereka dengan heran.
" Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib ?
Bukankah dulu nenek moyang kita, Mudzaz bin Amr pernah menggalinya, tapi tidak berhasil ? " kata seorang quraisy kepada Abdul Mutholib dengan heran.
Abdul Muthalib menaruh tembilangnya dan duduk.
Ya, ratusan tahun yang lalu Mudzaz bin Amr mertua Nabi Ismail عليه ااسلام pernah mencoba menggali Zamzam tapi tidak berhasil.
Padahal, saat itu Mudzaz telah mempersembahkan sesaji berupa pedang dan pelana berpangkal emas agar Sumur Zamzam ditemukan.
Bernadzar
Abdul Muthalib bernadzar,
" Kalau saja aku mempunyai 10 anak laki-laki, kemudian setelah semuanya dewasa, aku tidak memperoleh anak lagi seperti ketika sedang menggali Sumur Zamzam, maka salah seorang diantara 10 anak itu akan kusembelih di Ka'bah sebagai kurban untuk Tuhan "
Ternyata takdir memang menentukan demikian.
Abdul Muthalib akhirnya mendapat 10 orang anak laki-laki.
Setelah semua anak berangkat dewasa, ia tidak memperoleh anak.
Dipanggilnya kesepuluh orang anak itu, termasuk si bungsu Abdullah yang amat disayangi dan dicintainya.
" Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang di antara kalian jika Tuhan memberiku 10 orang anak laki-laki "
Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan itu.
Mereka juga melihat kebingungan yang luar biasa di mata ayah mereka yang berkaca-kaca.
" Namun, aku tidak bisa menentukan siapa di antara kalian yang harus kusembelih. Oleh karena, aku berniat memanggil juru qidh untuk menentukannya "
Di hadapan patung dewa tertinggi Ka'bah, juru qidh (Anak panah) meminta setiap anak menulis namanya masing-masing di atas qidh.
Kemudian, ia mengocok anak panah tersebut di hadapan berhala Hubal. Nama anak yang keluar adalah Abdullah.
Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan melarangnya melakukan perbuatan itu.
" Batalkan keinginanmu, Abdul Muthalib ! Mohon ampunlah kepada Hubal supaya kamu bisa membatalkan nadzarmu ! " ujar pembesar quraisy kepada Abdul Mutholib.
Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak kesayangannya, apalagi tidak ada orang yang menyetujui niatnya itu ?
Menemukan Zamzam
Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib tertidur.
Tiba-tiba, dalam tidur, dia bermimpi mendengar suara yang bergema berulang-ulang,
" Temukan Sumur Zamzam itu, wahai Abdul Muthalib !
Temukan Sumur Zamzam !Temukan ! "
Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat baru.
Esoknya, dia mengajak Harits menggali dan menggali lebih giat.
Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah menjadi tawa.
" Kasihan Abdul Muthalib, mungkin dia sudah kehilangan akal sehatnya ! " kata mereka satu sama lain.
Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.
" Air ! Harits ! Lihat, ada air ! " Seru Abdul Muthalib saking kagetnya._
" Ayo kita gali terus, Ayah ! Ayo gali terus ! " ucap harist bersemangat.
Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-pedang dan pelana emas yang pernah ditaruh oleh Mudzaz bin Amr dahulu.
Melihat penemuan itu, orang-orang Quraisy datang berbondong-bondong.
" Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas itu ! " pinta mereka.
" Tidak ! Tetapi, marilah kita mengadu nasib di antara aku dan kamu sekalian dengan permainan qidh (anak panah).
Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat aku, dan dua buat kamu.
Kalau anak panah itu keluar, dia mendapat bagian.Kalau tidak, dia tidak mendapat apa-apa." usul Abdul Mutholib
Usul ini disetujui.Juru qidh mengundinya di tengah-tengah berhala di depan Ka'bah._
Ternyata, anak panah Quraisy tidak ada yang keluar Pemenangnya adalah Abdul Muthalib dan Ka'bah.
Oleh karena itu, Abdul Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam memancar kembali.
Mengingat beratnya tugas itu. Abdul Muthalib sangat ingin agar dia mempunyai banyak anak laki-laki yang dapat membantunya._
Pedang dan Pelana Emas
Abdul Muthalib memasang pedang-pedang itu di pintu Ka'bah, sedangkan pelana-pelana emas ditaruh di dalam rumah suci itu sebaga PERHIASAN.
TEBUSAN SERATUS UNTA
KARENA berhasil menemukan air zam zam, dengan perantara mimpinya dan juga mendapatkan pedang dan pelana emas akhirnya abdul mutholib, ingat kembali akan nazarnya, karena dia takut celaka.
Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib menuntun Abdullah menuju sebuah tempat di dekat sumur Zamzam yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila.
Di tempat itulah biasanya orang orang Mekah melakukan pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka.
Namun, masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib melakukan niatnya.
Akhirnya, kekerasan hatinya pun luluh.
" Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala tetap berkenan kepadaku ? "
" Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita, kita tebuslah," kata Mughirah bin Abdullah dari suku Makhzum. Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui seorang dukun di Yatsri.
" Berapa tebusan kalian ? " tanya dukun wanita itu.
" Sepuluh ekor unta ." jawab abdul mutholib
" Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor unta. Kemudian undi antara unta dan anak itu. Jika yang keluar nama anakmu, tambahlah jumlah untanya, kemudian undi lagi sampai 3 kali nama unta yang keluar "
Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan anak panah.
Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah.
Mereka menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi.
Ternyata, lagi lagi nama Abdullah yang keluar.
Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah terus jumlah unta.Ketika jumlah unta sudah mencapai 100 ekor, barulah nama unta yang keluar.
" Dewa sudah berkenan, " seru orang orang.
" Tidak," bantah Abdul Muthalib.
" Harus dilakukan sampai 3 kali " Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah nama unta.
100 ekor unta itu pun disembelih dan dibiarkan begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan karena mereka beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.
*Keturunan Dua Orang yang Disembelih*
Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda,
" Aku adalah anak dua orang yang disembelih "
Yang dimaksud oleh beliau adalah Nabi Ismail nenek moyangnya, dan Abdullah ayahnya
semoga bermanfaat dan maaf agak panjang ceritanya..