Oleh Helmi Adam
The Wealth of Nations mengetengahkan
program moral dan sosial yang komprehensif didasarkan
atas studi tentang
kekuatan pasar dan menguraikan secara terperinci filsafat ekonomi tentang “sistem
kebebasan alamiah yang jelas dan sederhana”(Flew, ed., 1984). The Wealth of
Nations diawali dengan topik tentang pembagian kerja, yang secara terperinci
dikemukakan oleh Adam Smith, bahwa dengan pembagian kerja produktivitas pekerja
akan menjadi kian meningkat dan orang akan menjadi terampil dan ahli pada
bidang yang menjadi spesialisasinya.
Pekerjaan apa saja yang memungkinkan
untuk diadakan pembagian kerja akan menghasilkan tingkat produktivitas yang
lebih baik bila pembagian kerja tersebut dapat dilaksanakan, termasuk juga
dalam bidang filsafat: “Banyak perbaikan telah dibuat oleh kreativitas para
pembuat mesin......; dan sementara orang
yang disebut filsuf atau manusia spekulasi, yang pekerjaannya bukan untuk
membuat sesuatu namun untuk melihat segala sesuatu; dan yang sering mampu
mengkombinasikan bersama-sama kekuatan dari jarak yang sangat jauh dan berbagai
objek yang tidak sama.
Di dalam kemajuan masyarakat, filsafat
atau spekulasi menjadi seperti pekerjaan yang lain prinsip atau urusan dan
keasyikan bagi warga negara dari kelas tertentu. Juga seperti pekerjaan yang
lain, filsafat dibagi menjadi sejumlah cabang yang berbeda-beda, setiap cabang
memberikan kesibukan bagi golongan filsuf tertentu; dan pembagian pekerjaan di
dalam filsafat ini, seperti di setiap bisnis yang lain, memperbaiki
keterampilan, dan menghemat waktu.
Setiap individu menjadi lebih ahli di dalam cabang khususnya sendiri, lebih
banyak pekerjaan dilakukan dalam keseluruhannya, dan jumlah ilmu dengan begitu
menjadi sangat meningkat” (Smith, 1904).
Orang harus mengapresiasikan bahwa di
zaman Adam Smith, banyak bidang ilmu yang diselenggarakan di universitas adalah
sejarah dan Filsafat; matakuliah dalam bidang filsafat akan mencakup juga
jurisprudensi. Studi tentang keadilan secara alamiah mengarah kepada studi tentang berbagai sistem
hukum, yang tentu saja, kemudian mengarah kepada studi tentang pemerintahan,
dan akhirnya kepada studi tentang ekonomi politik .
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari,
terdapat berbagai macam pekerjaan yang digeluti oleh orang yang berbeda-beda
sehingga kebutuhan manusia dapat terpenuhi dengan baik.Perbedaan dalam
pekerjaan, menurut Adam Smith, sebagai akibat dari peradaban manusia: faktor
tradisi, adat, kebiasaan dan pendidikan. Alam tidak membuat manusia yang satu
berbeda profesi dengan manusia yang lain: “Perbedaan antara berbagai karakter
yang sangat berbeda, antara seorang filsuf dan seorang kuli pengangkut barang, misalnya, tampaknya
terjadi bukan karena alam, melainkan karena kebiasaan, adat, dan pendidikan.
Ketika mereka memasuki dunia, dan karena enam atau delapan tahun pertama awal
hidupnya, mereka mungkin akan menjadi demikian” (Smith, 1904).
Perbedaan, keragaman bukan merupakan
sesuatu yang negatif bagi manusia, melainkan justru bernilai positif. Manusia
dengan bakat masing-masing dan dengan kecerdasannya yang berbeda-beda, menurut
Adam Smith, “dapat saling memberikan keuntungan satu sama lain. Hal ini tidak
terjadi pada hewan, yang harus mampu menopang dan mempertahankan dirinya sendiri
secara terpisah dan independen, berbagai macam bakat yang dimiliki oleh hewan
tidak memberi keuntungan bagi sesamanya” (Smith, 1904).
Jadi
Adam Smith lah yang pertama mempelopori revolusi industry 2.0, dimana sebuah
produksi diatur per bagian menciptakan spesialisasi. Sehingga menciptakan apa
yang disebut dengan kata efisiensi dan efektivitas. Sehingga saat itu teori
Adam Smith disebut Teori modern pada masanya. Baru muncul teori Keynesian yang
menyebutkan teori Adam Smith menjadi teori klasik.
Bersambung
…