Sahihkah Quick Count Lembaga Survei jika Menggunakan Rumus Slovin ?

Oleh Helmi Adam

Hasil hitung cepat beberapa lembaga survei di Provinsi Bengkulu mendorong masyarakat untuk meminta penjelasan, terutama masyarakat ilmiah. Problemnya banyak lembaga survey hanya menggunakan sampel di bawah 6000 TPS, padahal populasinya adalah 810.329 TPS. Pertanyaanya apakah sampelnya bisa mewakili populasi. Dengan menggunakan teknik apa sehingga dikatakan sah, 6000 sampel TPS yang diambil ?. dalam penelitian kuantitatif yang bisa dipertanggungjawabkan orang mengangmbil rumus slovin dalam mengambil sampel dari sebuah populasi.

Rumus Slovin sendiri  adalah sebuah rumus atau formula untuk menghitung jumlah apabila perilaku dari sebuah populasi tidak diketahui secara pasti. Rumus ini pertama kali diperkenalkan oleh Slovin pada tahun 1960. Rumus slovin ini biasa digunakan dalam penelitian survey dimana biasanya jumlah sampel besar sekali, sehingga diperlukan sebuah formula untuk mendapatkan sampel yang sedikit tetapi dapat mewakili keseluruhan populasi.

Dari notasi diatas, n adalah jumlah sampel minimal, nilai N adalah populasi sedangkan nilai e adalah error margin. Berangkat dari ide perihal margin error inilah mungkin sang pencipta dari rumus ini memberikan kesempatan kepada para peneliti untuk menetapkan besar sampel minimalberdasarkan tingkat kesalahan atau margin of error.
Misalnya sebuah penelitian dengan derajat kepercayaan 99%, maka tingkat kesalahan adalah 1%. Sehingga peneliti dapat menentukan batas minimal sampel yang dapat memenuhi syarat margin of error 1% dengan memasukkan margin error tersebut ke dalam formula atau rumus slovin.
Berdasarkan notasi rumus besar sampel penelitian minimal oleh Slovin diatas, maka apabila TPS berjumlah 810.329 TPS dalam sebuah populasi, kita bisa tentukan minimal sampel yang akan diteliti. Margin of error yang ditetapkan adalah 1% atau 0,01.
Perhitungannya adalah:
n = N / (1 + (N x e²))
Sehingga: n = 810.329 / (1 + (810.329 x 0,01²))
n = 810,329 / (1 + (810.329 x 0,0001))
n = 810,329 / (1 + 81,0329)
n = 810.329/ 82,0329
n = 9.878 

Ternyata setelah kita hitung berdasarkan rumus slovin, populasinya minimal 9.878 TPS. Artinya bahwa  sampel tidak mewakili populasi. Jika demikian maka lembaga survei mengalami apa yang disebut dengan falsifikasi dalam penelitian. Falsifikasionisme sendiri adalah mazhab dalam menguji produk dan proses dari ilmu pengetahuan.

Jadi mengapa terjadi penyimpangan dalam quick count yang dilakukan lumbaga survei ?, salah satunya adalah ketidaktaatan dalam mengambil sampel sesuai prosedur ilmiah. Sehingga langkah berikutnya akan menjadi salah semua. Kesalahan ini terletak pada lembaga survei yang tidak mengikuti perubahan jumlah TPS, di 2014 TPS jumlah TPS masih 545.778 TPS, kemudian karena pilpres  digabung sehingga TPS diperbanyak pemilih diperkecil tiap TPSnya.

Sehingga di 2014 jika kita gunakan rumus slovin maka :

n = N / (1 + (N x e²))

Sehingga: n = 545.778 / (1 + (545.778 x 0,02²))
n = 545.778 / (1 + (545.778 x 0,0004))
n = 545.778 / (1 + 218,3112)
n = 545.778/ 219,3112
n = 2.448 TPS

pada 2014 lembaga survei mendeklar margin erornya 2 persen, sampel 3000 TPS dari populasi 545.778 TPS. Dan lembaga survei saat itu bisa tepat, karena margin errornya 2 persen dan sampelnya mewakili populasi. 
Dari sini bisa kita simpulkan kesalahan lembaga survey adalah tidak mengupdate sampel untuk mewakili populasi jadi wajar jika dikatakan surveinya tidak sah secara metodologi. Dan tidak perlu belajar keluar negri, cukup belajar di Universitas Ibnu chaldun sudah mengetahui bagaimana cara mengambil sampel dalam satu populasi....

Penulis adalah Dosen Metodologi Penelitian Universitas Ibnu Chaldun Jakarta 



0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama