Oleh Helmi Adam
Kesalahan data pada proses input di website resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) sudah sering terjadi. Kesalahan itu membuat masyarakat tak percaya dengan KPU Hal inilah yang menyebabkan rakyat menduga sistem IT di KPU sengaja direkayasa untuk kepentingan tertentu. BPN menemukan 12 000 kasus dari hasil audit 190.000 TPS atau sekitar 7 persennya terjadi pengurangan dan penambahan suara. Dijaman society 5.0 , dimana masyarakat semakin cerdas dengan akses informasi tanpa batas, menyebabkan masyarakat bertanya tentang Integritas KPU. Dan konyolnya jawbaban KPU seperti membela diri dengan berbagai cara, mulai dari salah input karena kelelahan hingga menghadirkan tokoh tokoh yang berdiri dipihak paslon 01, yang menguatkan alasan KPU seperti Mahfud MD. Padahal justru bukan menyelesaikan masalah malah menambah masalah baru,
Saya sudah menulis sebelumnya tetnatng paradigm revolusi industry 4,0 vs society 5.0. saya akan lagi sekali lagi untuk memberikan kesadaran kepada teman teman di lembaga pemerintahan gara integritas dan kejujurannya dipercaya masyarakat, yaitu dengan apa yang di sebut Keterbukaan informasi, lalu KPU bilang, “kita terbuka semua bisa melihat dan mengakses situng KPU”. Masalahnya keterbukaan seperti itu tidak cukup dalam masyarakat cerdas 5,0. Di butuhkan uji lagi. Karena masyarakat semua bias mengakseslah sehingga mereka bisa menguji kejjuran dna kebenaran hasil situng KPU. Oleh karena itu saya pernah mengsulkan dalam tulisan saya sebelumnya mmeberiakn dua pilihan stop Situng KPU atau uji forensic IT KPU oleh kedua paslon, secara terbuka.
KPU menjawab bahwa, “hasil situng itu tersebut bukan hasil resmi dan tidak mempengararuhi hasil akhir yang tetap dihitung secara manual dan berjenjang,” lalu pertanyaanya buat apa Situng KPU, bukankah jsutru akan menyebabakan terbentuknya persepsi dan Opini terlebih dahulu bahwa salah satu paslon menang ? bagaimana jika kalah ? bukankah akan menciptakan masalah baru ? menyebbakan pertempuran yang berlarut larut ketiak real count dilakukan ? apakah KPU siap dengan kedaaan tersebut.
Jadi alih alih ingin mempercepat proses perhitungan malah bisa bikin blunder dna masalah baru. Menurut saya yang lebih bijak adalah stop Situng KPU, toh tidak akan mempengaruhi haisl hitung akhir. Malah akan menimbukan maslaha saat hitung akhir. Karena salah satu merasa menang lebih dahulu yang bisa menimbulkan keributan disistem KPU yang banyak kesalahan human error, Dan paling aneh adalah system IT yang masih mengunakan Input manusia, padahal alat scanner otomatis data ada, dan tinggal discanne, kemudian akan masuk kedalam system perhitungan langsung secara otomatis. Mengapa pakai manusia lagi ?
Itulah mengapa saya katakan jangan gunakan teknologi mutakhir jika kita tidak bisa menggunakannya. Dan bisa menggunakan teknoilog mutakhir aja tidak cukup, harus memiliki mental kejujujuran. Loh kok harus jujur ? yak arena dalam masyarakat cerdas 5.0 semua bis amengiji anda, informasi terlalu banyak, melimpah di jaman revolusi industry 4.0, dan menyebabkan masyarakat semakin cerdas memilih dan memiliah informasi. Dan meruntuhkan teori teori lama, yaitu “kebohongan yang berulang ulang akan menjadi kebenaran” dalam masyarakat cerdas 5.0 kebohongan yang berulang ulang akan menjaid bencana integritas
Penulis Dosen Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
.