Serial Perang Dagang AS Vs Cina : Indonesia Defisit Parah US$ 2,5 Miliar, Bagaimanakah Nasib Rupiah ?


Oleh : Drs. Helmi Adam S.Sos. MM.MPd.

Kurs Ripah  makin terpuruk pada perdagangan Rabu (15/4/19) setelah rilis data neraca perdagangan Indonesia yang mencatat defisit terburuk sepanjang sejarah Indonesia.
 
Pada pukul 11:40 WIB, rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 14.440/US$ atau melemah 0,1% dan mendekati kembali level terlemah hari ini Rp 14.450, mengutip data dari Refinitiv. Padahal sebelum laporan necara dagang ini, rupiah sempat bangkit dan berada di kisaran Rp 14.435. Mata Uang Garuda ini sedikit lagi akan melewati level terlemah 2019 Rp 14.485 yang disentuh pada 3 Januari lalu.
 
Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tentang deficit neraca Perdaganagan pada bulan April 2019 sebesar US$ 2,5 miliar, sudah bisa di pekirakan dari tulisan saya sebelumnya, namun sya tak berfikir bahwa deficit ini begitu besar dna bahkan lebih besar dari deficit terburuk pada tahun 2013 yang mencapai US$ 2,3 Miliar. Bulan April ekspor Indonesia tercatat US$ 12,6 miliar atau turun 13,1% year on year. Sedangkan impor mencapai US$ 15,10 miliar atau turun 6,58%.

Akibatnya rupiah seperti tidak memiliki pijakan untuk bangkit, dan kemungkinan semakin terpuruk di sisa perdagangan  pada tanggal 15 Mei 2019..Padahal sudah seminggu  lalu rupiah tertekan akibat perang dagang AS Vs Cina. Perang dagang yang membuat arus barang dagang antar negara menjadi terhambat, dan tentunya membuat neraca dagang kedepannya semakin suram. 

Bank Indonesia (BI) sendiri telah  melaporkan penurunan cadangan devisa pada minggu lalu. Kondisi rupiah yang terus tertekan, dan penurunan cadangan devisa membuat BI enggan melakukan intervensi bahkan sempat tidak pernah menguat dalam 10 hari beruntun hingga 7 Mei lalu. Jadi dengan deficit perdagangan yang membengkak di bulan april dan ditambah berkurangnya cadangan devisa. Membuat kemungkinan BI harus menaikkan suku bunga acuan atau menjaual SUN untuk menutupi deficit anggaran berjalan.

Hal ini juga menyebabkan kaburnya investor asing di Bursa efek Indonesia hari ini. Mereka melepas saham sahamnya seperti : PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 92,2 miliar), PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 65,5 miliar), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 20,4 miliar), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 13,8 miliar), dan PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 10,1 miliar. Hal ini bisa menyebabkan IHSB akan makin parah. Untuk itu perlunya ada mitigais dari BI dan departemen keuangan untuk mengatasi masalah ini. Sebab kalau tidak ada sentimen positif maka akan terkontraksi lebih dalam.


Penulis adalah mahaiswa program Doktoral Universitas Borobudur Jakarta

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama