2 Jam Bersama PSK Bandung ?





Oleh Helmi Adam

Kota bandung adalah kota "surga dunia" itulah kata teman saya yang sekarang jadi pengusaha di kota tersebut. Setelah dia membaca tulisan saya tentang klub striptease di Jakarta, dia menelpon saya. “ Bos lo, tulis dong kota bandung surganya dunia” katanya mengajak saya keluyuran di kota bandung. Hari jum at malas, sayapun perdí bandung, naik kereta Parahyangan. Sampai di stasiun bandung, saya di jemput naik mobil kijang inova baru. Didalam mobil saya disambut teman saya yang bernama Uke (bukan Nama Asli), Uke adalah supplier lermbaga pemerintahan. “Gimana Bos capek ngak, mau pijit dulu, apa mau terus Jalan ?, tanya Uke dengan sumringah. Karena sampai di bandung sudah Jam 9 malam, saya pun memutuskan langsung jalan melihat lihat lokasi “surga dunia “.

Mobil pun berjalan, Uke dengan fasih, cerita tentang praktik prostitusi terang-terangen, di Kota Bandung. Selain di Saritem yang sudah tutup  sejak tahun 2007, bisnis prostitusi mudah ditemui di pinggiran jalan kawasan setasiun Kota Bandung, Pasar Baru, hingga ke Cibadak. Puluhan pelacur  masih menjajakan dirinya setiap malam. Transaksi terbuka pun mudah dilihat. Tepat di belakang setasiun atau pintu selatan menuju jalan masuk Paskal Hypersquare. Saya didalam mobil melihat sekaligus mendengarkan cerita Uke. Dan ukepun meminggirkan mobilnya, dan kami berdua berjalan. Menuju lokasi.

Remang-remang cahaya lampu, Nampak pelacur berdiri dipinggir jalan  menunggu tamunya, pakaiannya biasa saja, saya dan Uke menghampiri satu wanita manis, dengan wajah oval dan kulit kuning langsat, bodynya masih kencang. Sebut saja namanya Rosa (bukan nama asli), Nampak ramah dan enak diajak bicara. Suaranya manja dan enak di dengar. Uke menawarkan saya memboking, Rosa, tapi saya menolaknya, Rosa langsung saja cemberut kepada saya.  Dan akhirnya terpaksa saya menerimanya. Awalnya saya piker, Uke yang akan membokingnya, rupanya Uke sudah memesan mahasiswi swasta di bandung, yang memang biasa Uke boking untuk menemaninya.

Rosa membuka harga mulai dari Rp 700 ribu untuk short time. Harga tersebut sudah termasuk dengan biaya hotel kelas melati langganan Rosa. Akhirnya sepakat harganya 500 ribu, dengan hotel yang akan di bayar Uke. Dalam perjalanan menuju hotel yang tidak jauh dari stasiun kereta, Uke menerima telepon dari Novi (bukan nama Aslinya). Mahasiswi yang dibooking Uke rupanya sudah menunggu di lobby hotel. Sampai di hotel Uke sudah disambut Novi mahasiswi beparas cantik, dengan badan yang bagus nan indah, pakaian tidak terlalu seksi biasa saja tapi terlihat tubuhnya yang bersih dan aroma Versace ditubuhnya. “ yuk langsung naik kekamar nampak jangan lama lama di lobby ngak enak” kata novi sambil menggandeng Uke dan masuk  lift. Say berdua rosa mengikuti dari belakang.

Dalam lift, Novi memberikan kunci kamar ke saya, “ loh, gue kan ngak cek in bos, Di lobby aja ngobrol sama Rosa” kata saya. “ bos di Lobby gak enak, ngobrol di kamar aja, kan enak sambil uyel uyelan," kata Uke sambil tertawa sama Novi. Sedangkan saya hanya senyum bersama Rosa.

Sampai di kamar, Rosa langsung masuk kamar mandi, dan mandi. Saya duduk di kursi sambil menyetel TV, menonton berita CNN. Tak beberapa lama saya kaget, Rosa keluar dengan hanya ditutupi handuk saja, Saya sempat melihat setengah tubuhnya yang bersih berkilau, dan kemudian saya memalingkan muka saya. Dalam hati saya beristigfar, dan langsung saya bicara ” kamu pakai baju aja dulu, santai santai dulu,ngobrol dulu”,  sambil melihat  TV. “mendingan main dulu om, baru ngobrol,” Kata Rosa sambil merebahkan badanya diatas kasur. Dada saya semakin dag dig dug takut dosa, “ ngak lah” jawab saya sambil jalan kearah kamar mandi. “ saya ngak bisa langsung “ sambil menutup kamar mandi dan kemudian menyalahkan keran westafel.

Dikamar mandi dada saya bergejolak, saya menatap wajah diri saya kekaca, dan teringat banyak dosa yang telah saya perbuat. Tak lama Rosa menggedor pintu kamar mandi minta di buka, saya lihat wajah Rosa yang cantik dan bersih,dengan senyumnya yang manis. Dengan masih menutup tubuhnya dengan sehelai handuk.  “Pakaian saya masih didalam om,” kata Rosa manja, sambil membelai wajah saya. Saya yang sempat beberapa detik, terpana.. dan cepat cepat sadar dan keluar kamar mandi. Rosa Nampak sengaja membiarkan pintu kamar mandi tidak tertutup dan langsung membuka handuknya. Melihat hal itu, sayapun langsung buru buru ke tempat duduk samping tempat tidur. 

Tak beberapa lama Rosa keluar dengan sudah menutup auratnya, kecuali rambut panjangnya yang terurai. Rosa memamakai kaos dalam putih dan jaket abu abu, serta celana jeans biru belel. Saya akhirnya menceritrakan langsung pada Rosa, siapa diri saya, mengapa saya ke bandung. Rosa awalnya tidak suka, tapi lama lama menerima juga dan banyak bicara. Dia cerita dari harga yang ditawarkan kepada Uke, yang sebenarnya bukan harga mati, tamu masih bisa menawar harga. Dia cerita daerah daerah prostitusi di bandung dari kawasan Jl Kebon Jati, di sekitar Statsiun Hall yang lebih terang dan ramai, yang hanya sedikit orang yang bisa kita jumpai. Sampai  yang mangkal di sepanjang Jl Otista Pasar Baru, harga yang ditawarkan tidak berbeda jauh. 

Rosa dalam menjalani profesinya, mereka ditemani beberapa pria, yang bertugas untuk, mengantar  jemput. Selain itu pria tersebut, harus menyelamatkan mereka ketika Satpol PP melakukan razia. Biasanya mereka di sebut Anjelo atau Antar Jemput Lonte. Menurut Rossa, sebagian besar PSK yang mangkal di kawasan tersebut bukan orang Bandung. "Mereka pendatang dari Indramayu atau Subang," katanya.  Praktik prostitusi tetap berdenyut karena ada konsumen dan permintaan pasarnya besar. Ia menilai prostitusi sebagai bisnis menjanjikan dan para makelar bekerja sistemik dengan jaringan luas. Bahkan bisnis ini bermacam macam jenisnya. Ada Rojali Dung, Rombongan Janda Liar Bandung, yang rata rata ingin menjadi istri simpenan saja, atau mereka sekali kali melacur karena kebutuhan life style. Atau juga mahasiswi yang sekali kali melacur atau berlangganan dengan om om, atau pelacur kelas jalanan seperti Rosa.

Yang jelas ketika saya tanya kepada Rosa kapan dia mau berhenti, Dia hanya bisa menjawab “ada saatnya” katanya sambil senyum dan melihat jam ditanganya yang sudah menunjukkan jam 12 malam. Akhirnya perbincangan saya yang seru dan mengundang keingintahuan berhenti sampai disitu, Rosapun pulang, dengan sebelumnya, menelepon nelson (buka nama aslinya) sebagai Anjelonya. Semua masalah ternyata bukan hanya berlatar belakang kekurangan ekonomi semata, tapi life style lah yang lebih menyebabkan mereka terjebak ke lembah hitam nan kelam…







0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama