Oleh Helmi Adam
Pertanyaan diatas sering
dilontarkan oleh Ibu ibu, karena melihat kehidupan artis yang mewah, sementara
tidak ada tampil di televisi atau film, adanya hanya di berita saja. Sehingag ketika
heboh penangkpan artis atas prostitusi, seolah olah asumsi ibu ibu menjadi
benar adanya, karena nalar mereka tak sampai, bagimana mungkin artis bisa hidup mewah tanpa kerja ?
Kasus sengri dari korea dan Vanessa
angel di indonesia, adalah kasus kesekian kalinya artis tertangkap prostitusi.
Sebenarnya Kejadian ini, tidak hanya terjadi di Indonesia, dan Korea Selatan
saja, tetapi juga di seluruh dunia. Prostitusi juga pernah terjadi di Hollywood, bahkan menghebohkan sebagai
penangkap kelas kakap, pada tahun 1993. Adalah Heidi Fleiss, yang suka mamasok
wanita penghibur untuk bintang tenar seperti Charlie Sheen dan para direktor
studio film.
Heidi sendirin sebelumnya bekerja
sebagi mucikari di rumah bordil miliknya. Heidi menjadi terkenal lkarena
menyediakan gadis-gadis cantik yang juga merupakan model dan artis pemula.Tahun
1990 hingga tahun 1993, Heidi bertahan, karena setelah itu dia tangkap polisi Los Angeles, dan dikenai dakwaan
prostitusi serta penggelapan pajak. Kemudian
Heidi divonis tujuh tahun penjara, tetapi karena Heidi maish memilki uang , vonisnya
dipotong dengan pembayaran denda sebesar
US $ 1 juta dan melakukan 370 jam pelayanan masyarakat setelah menginap 20 bulan
di hotel prodeo, dan dia bebas pada
1999.
Ada paguyuban bernama Screen Actors Guild
(SAG), untuk para aktris dan aktor film, televisi dan teater yang berbasis di
Los Angeles, yang tidak bekerja sebagai seniman saja tapi juga sebagai PSK. Hal
ini karena sulit mendapat proyek film ataupun televsii. Dan sudah menjadi rahasia
umum untuk mendapat peran "numpang lewat" di sebuah proyek yang harus
berani jual diri, misalnya mereka harus tidur dengan produser atau sutradara.
Hal ini berlaku untuk artis pria dan wanita.
Banyak calon artis yang bergabung dengan agensi,
padahal banyak dari para agensi ini merupakan
sindikat prostitusi tersebulung.
Banyak laporan tentang calon artis datang ke lokasi untuk casting, dan calon
artis akan mendapat tekanan agar “bermain Ranjang” dengan orang penting proyek
itu, Kalu ingin mendapatkan peran peran. Jika seorang calon artis bahkan artis
yang belum terkenal, berani menolak
permintaan tidur dengan sutradara atau pemilik perusahaan film tersebut, bisa
dipastikan ditolak dan mati kariernya.
Hal inilah yang menyebabkan
pemakai narkoba banyak dikalangan artis. Karean adanay tekanan “cinat “
seketiak selain untuk kebutuhan tetap langsing atau tahan bekerja tanpa
istirahat dalam proyek. Banyak juga artis yang menggunakan narkoba untuk
mengatasi demam panggung. Dunia keartisan, prostitusi dan narkoba adalah
lingkaran setan yang sepertinya tidak bisa diputus.
Di Korea Selatan, seorang
penyanyi harus dilatih selama pelatihan satu atau dua tahun. Ada dua cara
seorang pemuda atau pemudi menjadi trinee pada agensi K-pop ; Pertama dengan
mengikuti kursus berbayar yang diselenggarakan agensi. atau dengan mengikuti
audisi, dan jika lolos harus calon artis harus mengikuti pelatihan secara intensif. Yang kedua,
calon artis harus meneken kontrak yang salah satu klausulnya berisi pembayaran
denda jika mengundurkan diri, sebelum memulai debutnya sebagai artis. Setelah calon
artis lama berlatih dan akhirnya menjadi artis, walaupun belum tentu sukses dan
terkenal, tapi cukup besar pengorbanan yang dikerjakan. Seperti kasus Nine
Muses yang mengungkapkan pendapatan mereka hanya cukup untuk membeli makanan,
dan pendapatan nya juga tidak tetap.
Pdahal mereka harus melakukan cup diet
untuk membiarkan tubuh mereka tetap langsing. Cup diet, yaitu diet dengan cara
memasukkan nasi dan lauk pauk ke dalam tiga cangkir kecil sebelum makan, padahal
diet ini berbahaya berbahaya menurut
banyak ahli gizi karena kurang proporsional antara asupan dan kegiatan mereka.
Belum lagi tuntutan untuk selalu tampil mewah, dan karena itu jadi masuk akal
jika banyak artis yang akhirnya terjun ke dunia prostitusi.
Lalu apakah dunia hiburan dan
artis di Indonesia seperti itu ? No Komeng
deh,Jawabannya..
Penulis adalah Sekjen Pimpinan Pusat
Himpunan Seni Budaya Islam.