Perang AS VS Cina 2020, Di Hongkong Atau Di Indonesia ?



Oleh Helmi Adam

Gelombang protes  terhadap RUU  ekstradisi tahanan hongkong ke daratan Cina, dan kekhawatiran meningkatnya otoritarianisme semakin kencang di Hongkong . Diperkirakan 2 juta orang telah menuntut mengikuti demontrasi anti undang-undang extradisi yang menyuarakan  Hongkong sebagai mercusuar keterbukaan dan pasar bebas. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah protes ini akan berhasil, dan bukankah  Partai Komunis Tiongkok di Beijing dan bawahan  di Hong Kong akan bereaksi lebih keras lagi ?

Lautan orang-orang di sepanjang pusat kota Hong Kong mengirimkan pesan yang menampar muka Presiden Cina Xi Jinping. Hal ini karena sudah menjadi  Prinsip pemerintahan Tiongkok sejak 2012, adalah menegakkan supremasi partai sebagai kekuatan pemandu paternalistik, dan menyingkirkan pemikiran dan tindakan independen. Prinsip Ini adalah warisan langsung dari kekuatan yang digunakan untuk memadamkan protes demokrasi 1989 di Lapangan Tiananmen. Dan ini dadalah prinsip utama dalam pemikiran  para pemimpin Tiongkok. Mereka takut dengan kekuatan orang Kerumunan orang-orang Hong Kong yang berpikiran mandiri di jalanan, dan berani secara langsung dan terbuka menentang kebijakan penguasa Beijing. Padahal Xi Jin Ping merupakan orang yang memperjuangkan ototrianisme di hongkong.  

Xi adalah orang yang telah mengupayakan  untuk menghilangkan kebebasan yang dijanjikan Hong Kong sejak 1997, dan menghancurkan angan angan orang Hongkong tentang  "satu negara, dua sistem" selama 50 tahun. Karena pemerintahan Tiongkok di bawah Xi sebelumnya, telah menyatakan bahwa model tersebut akan dihilangkan. Hal inilah yang menyebabkan Orang-orang Hong Kongmarah dan menyatakan  ketidaksetujuannya.

Carrie Lam, pemimpin Hong Kong yang sedang bertikai di parlemen, menangguhkan RUU dan mengeluarkan permintaan maaf. Tapi bagi orang Honkong hal itu tidak cukup,  mereka  meminta meninggalkan undang-undang tersebut dari rancangan undang-undang, yang dapat membuka pintu  Tiongkok untuk menghidupkan kembali hukuman Cina daratan di Hongkong. Bagi orang Hongkong hukum harus dijadikan panglima, partai berada dibawah  hukum. Negara hukum yang diminta rakyat hongkong bukan Negara kekuasaan.

Presiden  Xi harus menyadari bahwa protes Hong Kong adalah bukti nyata bahwa orang-orang Tiongkok dapat memahami demokrasi, dan tidak harus hidup dalam selubung otoriter. Sebagi pebandingnya adalah  Taiwan. Xi juaga  harus melihat bahwa Cina akan mendapat keuntungan jika Hong Kong  terbuka dan makmur daripada diubah menjadi tahanan Beijing. Namun Hal ini, akan membuat cemas Xi, dari bayang bayang hantu Tiananmen, dan ketakutan partai komunis dengan kebebasan berekspresi, berkumpul, pers, berpendapat dan gerakan sipil society. Catatan atas sikap XI selalu  menunggu sampai keadaan menjadi tenang dan kemudian mencoba lagi, perlahan-lahan “mencekik kebebasan” rakyat Hong Kong ke pangkuan Cina. Sudah, Beijing telah mencoba  melenyapkan demagm menggunakan protes dengan cara lama, Bahwa ada  campur tangan asing.

Selama ini Hongkong menikmati status ekonomi khusus di bawah undang-undang 1992 yang mengakui bahwa itu berbeda dari Cina. Sehingga wajar jika  AS menawarkan pengaruhnya  dan Kongres AS  untuk mendesak Cina agar Hong Kong diberikan kebebasan sesuai janji Cina, atau Cina  akan kehilangan keuntungan. Situasi ini berkaitan dengan kalahnya AS atas perang dagang dengan Cina di tahun 2020 sehingga mereka harus mencari celah untuk membuka front perang baru. Ada dua pilihan Di Hongkong atau di Indonesia, Namun untuk Hongkong  tergantung pada para pemimpin Tiongkok, Apakah mereka akan mendengarkan demontrasi rakyat Hongkong, atau justru menghantam lebih keras lagi. Tapi Jika itu terjadi maka bisa dipastikan rakyat Hongkong akan meminta referendum dan bergabung dengan AS. Jiak ini terjadi bukan tidak mungkin perang di 2020 terjadi antara AS dan Cina di Hongkong.

Mengapa Hongkong menjadi strategis ?, karena Hongkong bisa menjadi pintu masuk AS untuk memecah belah Cina. Sementara AS dan Cina sedang mencari pengaruh di kawasan Asia, dan yang paling strtegis adalah  Indonesia. Saat ini Indonesia sudah hampir dikuasai secara ekonomi melalui hutang, oleh tiongkok, maka AS akan kehilangan mitra  strategisnya. Demontrasi 21-22 Mei di Indonesia menimbulakn luak yang dalam. Hal ini menyebabkan semakin terpecahnya masyarakat Indonesia.. Bukan rahasia umum lagi, pengaruh Cina di Indonesia begitu kental sehingag menumbuhakn kesadaran nasionalisme. Tanda- tnada pengaruh Cina adalah dibungkamnya suara suara kritis  atas meninggalnya 9 orang, pada demo tanggal 21-22 Mei lalu. di bidang ekonomi lebih menonjol, dengan melalui "Jebakan Hutang" . ini bisa dilihat dengan tambahan utang kepada cina yang naik signifikan, bahkan BUMN pun ikut berhutang.

Dan pada akhirnya bisa jadi, bukan hanya hongkong yang memicu perang AS dan Cina, bisa saja itu terjadi di Indonesisa. Tinggal menunggu sikap pemimpin Indonesia saja , beranikah  tegas kepada keduanya…Wallahualam

Penulis adalah Alumni Nakasone  Program (JICA Japan International cooperation Agency)

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama