Oleh Helmi Adam
Gelombang protes terhadap RUU ekstradisi tahanan hongkong ke daratan Cina,
dan kekhawatiran meningkatnya otoritarianisme semakin kencang di Hongkong .
Diperkirakan 2 juta orang telah menuntut mengikuti demontrasi anti
undang-undang extradisi yang menyuarakan
Hongkong sebagai mercusuar keterbukaan dan pasar bebas. Hal ini
menimbulkan pertanyaan apakah protes ini akan berhasil, dan bukankah Partai Komunis Tiongkok di Beijing dan bawahan
di Hong Kong akan bereaksi lebih keras
lagi ?
Lautan orang-orang di sepanjang pusat kota Hong Kong mengirimkan
pesan yang menampar muka Presiden Cina Xi Jinping. Hal ini karena sudah menjadi
Prinsip pemerintahan Tiongkok sejak 2012,
adalah menegakkan supremasi partai sebagai kekuatan pemandu paternalistik, dan menyingkirkan
pemikiran dan tindakan independen. Prinsip Ini adalah warisan langsung dari
kekuatan yang digunakan untuk memadamkan protes demokrasi 1989 di Lapangan
Tiananmen. Dan ini dadalah prinsip utama dalam pemikiran para pemimpin Tiongkok. Mereka takut dengan kekuatan
orang Kerumunan orang-orang Hong Kong yang berpikiran mandiri di jalanan, dan
berani secara langsung dan terbuka menentang kebijakan penguasa Beijing. Padahal
Xi Jin Ping merupakan orang yang memperjuangkan ototrianisme di hongkong.
Xi adalah orang yang telah mengupayakan untuk menghilangkan kebebasan yang dijanjikan
Hong Kong sejak 1997, dan menghancurkan angan angan orang Hongkong tentang "satu negara, dua sistem" selama 50
tahun. Karena pemerintahan Tiongkok di bawah Xi sebelumnya, telah menyatakan
bahwa model tersebut akan dihilangkan. Hal inilah yang menyebabkan Orang-orang
Hong Kongmarah dan menyatakan ketidaksetujuannya.
Carrie Lam, pemimpin Hong Kong yang sedang bertikai di
parlemen, menangguhkan RUU dan mengeluarkan permintaan maaf. Tapi bagi orang Honkong
hal itu tidak cukup, mereka meminta meninggalkan undang-undang tersebut
dari rancangan undang-undang, yang dapat membuka pintu Tiongkok untuk menghidupkan kembali hukuman Cina
daratan di Hongkong. Bagi orang Hongkong hukum harus dijadikan panglima, partai
berada dibawah hukum. Negara hukum yang diminta
rakyat hongkong bukan Negara kekuasaan.
Presiden Xi harus
menyadari bahwa protes Hong Kong adalah bukti nyata bahwa orang-orang Tiongkok
dapat memahami demokrasi, dan tidak harus hidup dalam selubung otoriter. Sebagi
pebandingnya adalah Taiwan. Xi juaga harus melihat bahwa Cina akan mendapat
keuntungan jika Hong Kong terbuka dan makmur
daripada diubah menjadi tahanan Beijing. Namun Hal ini, akan membuat cemas Xi,
dari bayang bayang hantu Tiananmen, dan ketakutan partai komunis dengan
kebebasan berekspresi, berkumpul, pers, berpendapat dan gerakan sipil society.
Catatan atas sikap XI selalu menunggu
sampai keadaan menjadi tenang dan kemudian mencoba lagi, perlahan-lahan “mencekik
kebebasan” rakyat Hong Kong ke pangkuan Cina. Sudah, Beijing telah mencoba melenyapkan demagm menggunakan protes dengan cara
lama, Bahwa ada campur tangan asing.
Selama ini Hongkong menikmati status ekonomi khusus di bawah
undang-undang 1992 yang mengakui bahwa itu berbeda dari Cina. Sehingga wajar jika
AS menawarkan pengaruhnya dan Kongres AS untuk mendesak Cina agar Hong Kong diberikan
kebebasan sesuai janji Cina, atau Cina
akan kehilangan keuntungan. Situasi ini berkaitan dengan kalahnya AS
atas perang dagang dengan Cina di tahun 2020 sehingga mereka harus mencari
celah untuk membuka front perang baru. Ada dua pilihan Di Hongkong atau di Indonesia,
Namun untuk Hongkong tergantung pada
para pemimpin Tiongkok, Apakah mereka akan mendengarkan demontrasi rakyat
Hongkong, atau justru menghantam lebih keras lagi. Tapi Jika itu terjadi maka
bisa dipastikan rakyat Hongkong akan meminta referendum dan bergabung dengan
AS. Jiak ini terjadi bukan tidak mungkin perang di 2020 terjadi antara AS dan
Cina di Hongkong.
Mengapa Hongkong menjadi strategis ?, karena Hongkong bisa
menjadi pintu masuk AS untuk memecah belah Cina. Sementara AS dan Cina sedang
mencari pengaruh di kawasan Asia, dan yang paling strtegis adalah Indonesia. Saat ini Indonesia sudah hampir dikuasai
secara ekonomi melalui hutang, oleh tiongkok, maka AS akan kehilangan mitra strategisnya. Demontrasi 21-22 Mei di Indonesia menimbulakn luak yang dalam. Hal ini menyebabkan semakin terpecahnya masyarakat Indonesia.. Bukan rahasia umum lagi, pengaruh Cina di Indonesia begitu kental sehingag menumbuhakn kesadaran nasionalisme. Tanda- tnada pengaruh Cina adalah dibungkamnya suara suara kritis atas meninggalnya 9 orang, pada demo tanggal 21-22 Mei lalu. di bidang ekonomi lebih menonjol, dengan melalui "Jebakan Hutang" . ini bisa dilihat dengan tambahan utang kepada cina yang naik signifikan, bahkan BUMN pun ikut berhutang.
Dan pada akhirnya bisa jadi, bukan hanya hongkong yang memicu perang AS dan Cina, bisa saja itu terjadi di Indonesisa. Tinggal menunggu sikap pemimpin Indonesia saja , beranikah tegas kepada keduanya…Wallahualam
Dan pada akhirnya bisa jadi, bukan hanya hongkong yang memicu perang AS dan Cina, bisa saja itu terjadi di Indonesisa. Tinggal menunggu sikap pemimpin Indonesia saja , beranikah tegas kepada keduanya…Wallahualam
Penulis adalah Alumni Nakasone Program (JICA Japan International cooperation
Agency)