Oleh Helmi Adam
Perintah menghapus simbol Islam, dan Arab sebagai identitas agama, terus digencarkan pemerintah Cina. Karena Pemerintah Cina menganggap simbol Islam sebagai tanda-tanda pengaruh Asing yang buruk bagi nasionalisme Cina, Akibatnua penganiayaan terhadap Muslim meningkat. Semua tanda produk halal di seluruh took dan restoran di cIna wajib di cabut, bahkan yang lebih memprihatinkan, Pejabat di Cina, menyuruh menghapus, tidak hanya kata "halal" dalam bahasa Arab tetapi juga gambar yang terkait dengan Islam, seperti bulan sabit.
Kekhawatiran komunis dengan perkembangan Islam yang pesat, tidak lah aneh. Karena kita ketahui komunis Uni Sovyet, korea Utara bahkan Indonesia sekalipun secara Historis selalu memusuhi umat islam. Itulah mengapa Umat Islam melawan G30 S PKI, di tahun1965. Kampanye melawan tanda-tanda yang terlihat dari identitas Islam dimulai pada 2016 sebagai upaya untuk memastikan 20 juta Muslim Cina mengkonfirmasi lebih dekat untuk arus utama budaya Cina.
Tindakan keras pemerintah Cina, paling parah di Provinsi Xinjiang, yaitu melalui pasukan keamanan melakukan serangan yang sangat kejam terhadap kebebasan minoritas Muslim Uighur, termasuk menahan dua juta orang di tempat yang diklaim sebagai kamp vokasi.
Saya menyaksikan lansung toko mie Beijing menutupi tanda “halal”. Mereka mengatakan tanda inii adalah budaya asing.Seorang karyawan tukang daging halal mengatakan aturan baru itu akan "menghapus" budaya Islam. Padahal Pemerintah Cina, selalu berbicara tentang persatuan nasional, mereka selalu berbicara tentang Cina sebagai internasional. Apakah ini persatuan nasional?
Saat ini ada 1.000 toko dan restoran halal di ibukota Cina. Beberapa telah memilih untuk mengganti tanda-tanda halal Arab dengan yang menggunakan karakter Cina. Hal ini terjadi dengan alasan budaya Islam dan Arab sebagai pengaruh asing di luar kendalinya.
Kelompok-kelompok hak asasi manusia dan PBB telah mengutuk kamp-kamp besar yang didirikan di Xinjiang sebagai setara dengan "kamp konsentrasi masa perang". Tapi ditengah kutukan negara negara barat, Justru negara negara Islam mendukung sikap cina, bahkan Indonesiapun abstain. Mungkinkah Cina memiliki target yang kuat,untuk memutuskan rantai gerasi muda islamm agar melupakan ajaran islam seperti komunisme di Azerbaijan masa lalu ? Jika kit hubungkan denga peristiwa di Indonesia, dimana umat islam merasa tertekan, bisa jadi ini adalah awal pemusnaahan islam di Inonesia secaa perlahan tapi pasti.
Maka dari itu, sudah seharusnya pemerintah Indonesia belajar dari Azerbaijan, agar tidak terjadinya pembiaran terhadap mayoriatas muslim di Jakarta,
Penulis Adalah Mantan aktivis yang menjadi pasifis..