Oleh Helmi Adam
Perang dagang AS-Cina semakin memanas, hal ini mempengaruhi bursa saham pekan ini diseluruh dunia, termasuk di Indonesia. Boleh dikatakan pekan ini, adalah pekan “ngeri ngeri sedap” bagi bursa saham di Indonesia. Potensi terjadi “kebakaran” di bursa pekan ini, cukup besar. Hal ini disebabkan pengumuman Cina bahwa pihaknya akan mengenakan bea masuk bagi produk impor asal AS senilai US$ 75 miliar.
Pengenaan bea masuk tersebut akan berlaku efektif dalam dua waktu, yakni 1 September dan 15 Desember. Bea masuk yang dikenakan Cina berkisar antara 5%-10%.
Selain itu Cina juga mengumumkan pembebanan bea masuk senilai 25% terhadap mobil asal pabrikan AS, serta bea masuk sebesar 5% atas komponen mobil, berlaku efektif pada 15 Desember. Padahal, Cina sebelumnya telah berhenti, mengenakan bea masuk tersebut, pada bulan April, sebelum kembali diaktifkan lagi.
Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap tindakan AS, Cina sengaja mengambil langkah balasan tersebut.
Melalui cuitan di Twitter, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa per tanggal 1 Oktober, pihaknya akan menaikkan bea masuk bagi US$ 250 miliar produk impor asal Cina, dari yang saat ini sebesar 25% menjadi 30%. Hal ini dilakukan setelah Cina melakukan tindakan balasan terhadap AS.
Sehingga bea masuk bagi produk impor asal Cina lainnya senilai US$ 300 miliar, akan mulai berlaku pada 1 September (ada beberapa produk yang pengenaan bea masuknya diundur hingga 15 Desember), akan dinaikkan menjadi 15% dari rencana sebelumnya yang hanya sebesar 10%.
"...Yang menyedihkan, pemerintahan-pemerintahan terdahulu telah membiarkan Cina lolos dari praktek perdagangan yang curang dan tidak berimbang, yang mana itu telah menjadi beban yang sangat berat yang harus ditanggung oleh masyarakat AS. Sebagai seorang Presiden, saya tak lagi bisa mengizinkan hal ini terjadi!...." cuit Trump melalui akun @realDonaldTrump.
Tak hanya saling balas bea masuk, Trump nampak sudah semakin bersemangat dalam menghadapi perang dagang dengan Cina.
Cuitan di Twitter, Trump memerintahkan perusahaan-perusahaan asal AS untuk meninggalkan Cina. Yang membuat Cina kesal dan mengeluarkan jurus yang sama dengan AS.
"Perusahaan-perusahaan hebat asal AS dengan ini diperintahkan untuk segera mulai mencari alternatif atas Cina, termasuk membawa perusahaan-perusahaan Anda pulang dan membuat produk-produk Anda di AS," cetus Trump.
Walaupun sampai saat ini, belum jelas apakah Trump memang punya kuasa untuk menyuruh perusahaan-perusahaan asal AS agar hengkang dari Cina. Akan tetapi dapat dipastikan Trump sedang mencari celah pada sistem hukum AS agar bisa dimanfaatkan. Jika Trump mengeksekusi perintahnya tersebut, dampaknya dipastikan akan parah.
Karena Cina merupakan penyuplai barang terbesar bagi AS. Banyak perusahaan-perusahaan AS yang membangun pabrik di sana lantaran biaya produksi yang lebih murah.Jika sampai perusahaan-perusahaan asal AS dipaksa hengkang dari Cina, kegiatan produksi di seluruh dunia bisa terganggu dan ancaman resesi menjadi kian nyata.
Apakah kiata siap memasok untuk Cina maupun AS ?. Ataukah kita akan jadi tempat pembuangan ekpor kedua Negara, sehingga deficit perdagangan semakin besar ? atau kita seperti “kambing conge” yang membiarkan saja apa yang terjadi ?