Saya pernah mengalami ketika hujan deras mengguyur, sya lupa membawa payung. Lalu kita pun berbasah kuyup kedinginan. Namun, ketika kita siapkan jas hujan, justru panas dan terik datang membakar hari.Sayapun mengutuk takdir saya,
“Sial betul saya dua hari ini, kemarin nggak bawa payung hujan, sekarang pake Jas huajn Panas” cetus saya.
Pak Kyai mendengar itu langsung istigfar. “astagfirullah”
Saya kaget bukan kepalang karena ada pak Kyai, dibelakang saya mengikuti.
“ Kamu harusnya kemarin bersyukur hujan turun, sehinggakamu bisa berdoa kepada Allah, bukankah saat hujan ada doa yang mustajab” kata Pak Siang itu.
Saya pun istigfar, “ Tapi kenapa panas Sekal, hari ini “ tanya ku pada pak Kyai.
“dalam panasa jaug ada rezeki buat hamba hambanya yang Ikhlas” jawab pak Kyai sambil tersenyum. Dan melanjutkan perjalanannya.
Saya cepat mengayunkan langkah, karena siang itu saya harus mengikuti Lomba Pencak Silat Tingkat Mahasiswa di GOR pasar senin.
Akhirnya saya sampai, di GOR dan panitia menyuruh saya menimbang badan, ternyata beart badan saya 66.5 gram, sehingga saya harus masuk di Kelas F, sayapun protes karena sya ingin di Kelas E.
Akhirnya seoarang panitia menyarankan saya lari satu jam dengan jaket hujan yang saya bawa, untuk menurunkan bearta badan dengan cepat. Saya pun lari kellling pasar senin dengan jaket hujan seperti orang gila menurut saya waktu itu.
Selesai Satu jam saya lari, saya menimbang kembali berat badan saya…
Subhanallah, berat badan saya jadi 64 Kg, sayapun jadi tersenyum ingat kata kata pak Kyai.
Setelah seminggu kemudian saya menang dan meraih juara 2 Lomba pencak silat antar perguaruan tinggi, juara satu dari IKIP Jakarta, lawan saya di Final, saya mewakili Univ, Ibnu Chaldun Jakarta. Sejak saat itu banyak anak IKIP Jakarta, yang mengetahui, kuliah di dua kampus, di IKIP Jakarta dan Universitas Ibnu Chaldun Jakarta.
Usai menjuarai lomba saya menemui pak Kyai untuk bertanya, bagaimana nasehat pak Kyai bisa pas dengan yang sya dapatkan hari itu.
“ semua rahasia allah nak, seprti mungkin kita pernah terburu-buru mengejar waktu, tetapi perjalanan malah tersendat, seolah membiarkan kita terlambat. Namun, ketika kita ingin melaju dengan tenang, pengendara lain malah membunyikan klakson agar kita mempercepat langkah.Kesal kah kita?”
“Mengapa keadaan seringkali seolah olah tidak bersahabat? Mereka seakan meledek, mengecoh, bahkan tertawa terbahak-bahak. Inikah yang disebut dengan “kesialan”?”
Sebenarnya itu adalah Sunatullah untuk menghibur kita. Itulah cara mahluk allah mengajak kita tersenyum, menertawakan diri kita sendiri, dan bergurau secara nyata.
“Kejengkelan itu muncul dari karena kita tak mencoba bersahabat dengan keadaan. Kita hanya mementingkan ego kita, padahal setiap kejadian pasti ada hikmahnya, bagi orang yang berakal… “ tutup pak Kyai menyudahi pengajian malam ini.