Dirgantara : Evaluasi Menyeluruh Pendidikan Indonesia, Model PISA atau AKM 2021 ?
Dirgantara Wicaksono yang merupakan pendiri sekaligus Ketua Dewan Pembina "Backpacker Teaching", mendorong pemerintah untuk membuat evaluasi menyeluruh tentang pendidikan di Indonesia. Evaluasi tersebut bisa dilakukan dengan metode survei seperti Program Penilaian Siswa Internasional (PISA).
Karena hasil PISA yang diselenggarakan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) kurang dapat dijadikan tolak ukur secara tepat bagi pendidikan Indonesia. Dari data pendidikan di Indonesia yang diambil bisa terjadi bias karena jumlahnya cukup banyak dan beragam sehingga kurang tepat jika dipotret dengan menggunakan ukuran internasional.
"Jadi selain melakukan asesmen sendiri, survei riil, pemerintah bekerjasamalah dengan pihak swasta untuk melakukan pemetaan. karena banyak data-data di lapangan soal infrastruktur dan sebagainya," helas Dirgantara, Rabu (25/12/2019).
Berbeda dengan Dr. Dirgantara, Dr. Satriawan Salim justru menyoroti pada tujaun pendidiakn ayng akan dicapai, kalau hanya membuat PISA saja, berarti tujuan Pendidikan Indonesia sudah tercapai,
"karena Kita Sudah membuat AKM 2021 yang mengadopsi dari PISA."kata komisioner KPAI ini.
Dirgantara juga menyarankan pendidikan di Indonesia lebih mampu menjawab kebutuhan peserta didik dan membuat kurikulum yang mengedepankan kearifan lokal untuk memperkuat potensi daerah-daerah di Indonesia. Hal ini amini oleh Satriawan Salim.
" jadi Pendidikan bukan hanya mengejar kogbinif semata, tapi membangun karakter jauh penting" Ujar Dirgantara saat dihubungi tim Helmi Adam Chanel.
Hasil studi PISA 2018 yang dirilis oleh OECD menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam membaca, meraih skor rata-rata yakni 371, dengan rata-rata skor OECD yakni 487.
Kemudian untuk skor rata-rata matematika mencapai 379 dengan skor rata-rata OECD 487. Selanjutnya untuk sains, skor rata-rata siswa Indonesia mencapai 389 dengan skor rata-rata OECD yakni 489.