Mengkorupsikan Budaya Dengan Membudayakan Korupsi ?



Tulisan Kedua Dari 3 Tulisan.




Oleh Asp  Andy Syam

Masih adakah budaya malu?

Seyogianya ummat Islam sebagai stock holder (pemegang saham): negeri ini memiliki rasa budaya malu yang tinggi, kalau bersungguh-sungguh meneladani Rasulullah Muhammad SAW. Baginda adalah sosok pribadi yang sangat pemalu.

Sebagai bangsa mestinya me nanggung malu. Di China agama dimusuhi tapi penjahat koruptor dihukum mati dengan dipotong kepalanya. Sebuah prestasi penegakan hukum melawan kejahatan. Akhirnya para pejabat memilih lebih mencintai diri sendiri dan keluarga dari pada musnah karena kejamnya hukuman.

Di dunia Barat agama disimpan di ranah privat jauh dari ranah publik. Agama diganti dengan etika, tapi para pejabat malu korupsi. Budaya malu sangat tinggi.  Di Jepang para petinggi negara kalau terbelit kasus suap langsung merasa sangat malu, sehingga secara gentleman mengundurkan diri. Jadi budaya malu menjadi katalisator mencegah perilaku korupsi. Budaya malu itu sudah menjadi etika integritas para pejabat.

Filsuf Yunani Ulphianus mengajarkan : berikan setiap orang haknya. Jangan ambil yang bukan hakmu.

Sesungguhnya tak ada yang salah bila orang berlomba- lomba jadi kaya sepanjang menahan diri tidak mengambil yang bukan haknya. Budaya  para profesional dan pengusaha bekerja keras hingga 14 jam sehari.Mereka  hanya mengambil yang standard yang menjadi haknya. Mereka patuh pada kode etika.Toh mereka juga kaya bisa punya ini dan itu,karena kerja kirasnya.

Merubah pola pikir

Sesungguhnya apa yang salah dinegeri ini?. Tiap jum'at mesjid penuh sesak mendengar khotbah dan sholat jum'at. Menunjukkan makin seraraknya kehidupan beragama.Tapi juga perilaku korupsi terus berkembang Dan semarak. Mungkinkan para muballiq (Dai) gagal menyampaikan pesan moral untuk membangun kesolehan pribadi dan sosial. Mungkinkan perlu rekonstruksi materi khotbah?

Merubah budaya tidak cukup dengan khotbah sekali seminggu. Tapi lebih utama sistem pendidikan untuk membentuk karakter.

 Ada betulnya gagasan Menteri Pendidikan yang baru, Nabiel Makarim. Ia ingin merubah pola pikir  bangsa Indonesia untuk menjadi sukses. Mengacu pada buku Robert Stainly yang meneliti pemikiran puluhan ribu  miliyader. Ternyata faktor utama yang membuat mereka jadi miliyader adalah integritas (kejujuran), kerja keras, relasi dan pasangan yang mendukung.

Budaya kita justeru integritas (kejujuran) diinjak-injak. Jadi miliyader bukan karena kejujuran dan kerja keras, tapi karena pandai menyalah gunakan posisi dan kesempatan. Pandai memanfaatkan uang negara yang mengalir dimana-mana, disetiap proyek.

Budaya itu menciptakan persaingan yang kurang sehat dalam masyarakat. Mereka yang sungguh-sungguh bekerja keras dan jujur menjadi kurang semangat melihat orang lain dengan budaya intant cepat kaya, punya rumah mewah di perumahan elit dan mobil mewah tapi bukan karena integritas dan kerja keras.

Akhirnya timbul budaya "Jalan Tol" dimana semaua ingin cepat kaya, yang melahirakn korupsi..

bersambung
Penulis adalah Budayawan Peduli Nasib Bangsa

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama