Perang Dunia Ke-III Dimulai Antara AS Dan Iran, Jendral Iran Tewas.



Tensi geopolitik antara AS dan Iran memanas, hal ini menjadi pembicaraan hangat di kalangan pengguna media sosial Twitter pada hari Jumat (3/1/2020).

AS dikabarkan telah menembak mati petinggi pasukan militer Iran. Eskalasi tersebut menandai semakin terpecahnya AS dengan Iran, hal ini seperti dilansir CNBC internasional

Jenderal Qassim Soleimani yang merupakan pemimpin dari Quds Force selaku satuan pasukan khusus yang dimiliki Revolutionary Guards (salah satu bagian dari pasukan bersenjata Iran), dikabarkan tewas dalam serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad.

Selain itu, Abu Mahdi al-Muhandis yang merupakan wakil komandan dari Popular Mobilization Forces selaku kelompok milisi Irak yang dibekingi oleh Iran, juga dilaporkan meninggal dunia. Laporan  tersebut mengutip pemberitaan dari stasiun televisi di Irak, beserta pejabat pemerintahan.

Serangan udara yang diluncurkan oleh AS terjadi di dekat bandara internasional Baghdad.

Akibatnya kata "Iran" memuncaki daftar trending topic dunia. Sementara itu, Soleimani yang tewas dalam serangan AS menempati posisi empat.

Sedangkan Trending topic dunia nomor lima dan tujuh diisi oleh "WWIII" dan "World War 3". Warga dunia mengkhawatirkan  perang dunia ketiga akan segera meletus.

Pentagon telah mengonfirmasi tewasnya Soleimani, dalam sebuah serangan yang diluncurkan AS menggunakan drone.

Soleimani sendiri telah dijadikan target  oleh AS sejak tahun 2007 dan pada Mei 2019, Washington memutuskan untuk melabeli Revolutionary Guards, beserta dengan seluruh bagiannya, sebagai organisasi teroris, menandai kali pertama label tersebut diberikan terhadap lembaga militer resmi dari sebuah negara.

Serangan udara yang diluncurkan oleh AS di Baghdad merupakan eskalasi yang semakin panas dalam beberapa waktu terakhir. Sebelumya seorang kontraktor asal AS diketahui tewas dalam serangan roket di markas militer Irak di Kirkuk. Pembunuhan terhadap  tersebut kemudian direspons AS dengan menyerang pasukan militer yang dibekingi Iran di Irak. Selepas itu, kedutaan besar AS di Irak diserang oleh Kataeb Hezbollah, kelompok milisi yang dibekingi oleh Iran.

Sebelumnya, Menteri Pertahanan AS Mark Esper pada Kamis (2/1/2019) waktu setempat telah mengatakan bahwa pasukan militer AS kini telah berpaling dari merespons serangan Iran ke mengantisipasinya.

"Ada beberapa indikasi di luar sana bahwa mereka mungkin sedang merencanakan serangan tambahan. Itu bukanlah hal yang baru," kata Esper, seperti dilansir dari Bloomberg.

"Jika itu terjadi, maka kita akan bertindak dan ngomong-ngomong, jika kami mendapatkan kabar terkait dengan serangan atau beberapa indikasi, kami akan mengambil langkah preemtif untuk melindungi anggota pasukan militer AS, nyawa masyarakat AS. Permainan telah berubah."

Jika ditarik lebih jauh, tensi antara AS dan Iran sudah panas sejak tahun 2018 silam kala AS menarik diri dari kesepakatan internasional yang bertujuan untuk membatasi ruang gerak Iran dalam mengembangkan senjata nuklir. Menurut Presiden AS Donald Trump, kesepakatan tersebut tak cukup dalam membatasi ruang gerak Iran. AS pun pada akhirnya kembali mengenakan sanksi ekonomi bagi Tehran.

Sejak awal menjadi presiden, Trump sebenarnya selalu menunjukkan keenganannya dalam berperang melawan negara Timur Tengah. Pasalnya, biasa yang harus dikeluarkan untuk berperang memang tidak murah.

Namun, serangkaian eskalasi tensi geopolitik antara Negeri Paman Sam dengan Iran dikhawatirkan akan membuat kesabaran Trump habis. Pada akhirnya, memang potensi perang antara AS dengan Iran tak bisa dikesampingkan.

Sumber berita CNBC Indonesia

0/Post a Comment/Comments

Terima Kasih

Lebih baru Lebih lama