By Helmi Adam
Meski dolar AS sedang logo. tapi rupiah tetap melemah hari senin kemarin. Hal tersebut terlihat dari mayoritas mata uang utama Asia yang mampu menguat.
Padahal mata uang Paman Sam ini sepanjang pekan lalu ambles 4,4%, menjadi penurunan mingguan terbesar sejak krisis finansial global lebih dari 10 tahun yang lalu, meski pada hari ini hingga perdagangan sesi Eropa berhasil merangkak naik.
Duet Trump dan Powell membuat dolar AS loyo, sepertinya disengaja oleh keduanya untuk memberikan efek positif pada ekonomi AS.
Hal ini rasa lihat dari kebijakan Bank Sentral AS yang membabat habis suku bunganya hingga menjadi 0-0,25%. Selain itu The Fed juga melakukan program pembelian aset atau quantitative easing (QE) dengan nilai tak terbatas. Hal ini dilakukan untuk membantu perekonomian AS.
The Fed mengatakan akan melakukan QE dalam besaran berapapun yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran fungsi pasar serta transmisi kebijakan moneter yang efektif di segala kondisi finansial dan ekonomi. Penggelontoran yang ini dilakukan untuk menjaga stabilitas liquiditas ekonomi AS.
Sejalan dengan itu pemerintah AS menggelontorkan stimulus jumbo. Pada Jumat (27/3/2020) waktu AS, Presiden AS Donald Trump menandatangani undang-undang sehingga pemerintah AS bisa menggelontorkan stimulus senilai US$ 2 triliun guna memerangi COVID-19. Nilai stimulus tersebut sangat jumbo, dua kali nilai ekonomi Indonesia.
Kombinasi kebijakan moneter dan fiskal yang jumbo tersebut yang mengakibatkan dolar AS menjadi lemah.
Di Indonesia kondisi sebaliknya pemerintah menerapkan darurat sipil ketimbang Lockdown. Sedangkan di bidang fiskal Indonesia memberikan Stimulus Fiskal hingga 125 Trilyun. padahal pelaku pasar ingin adanya kepastian pandemi korona usai.
Hal inilah yang menyebabkan Rupiah melemah di perdagangan akhir senin hingga mencapai Rp16.360,- perdagangan, padahal pagi hari rupiah smetat diangka
Rp. 16,150,- . Hal inilah menyebabkan rupiah menjadi mata uang dengan Kinerja Terburuk di Asia.
Mengapa demikian ?
Karena pemerintah tidak mau mengeluarkan uang untuk mensubsidi rakyat yang berdampak korona. Sehingga pemerintah malas mengambil kebijakan Lock Down atau karantina wilayah,
Hal ini di karenakan pemerintah harus mengeluarkan uang untuk logistik jika dilakukan lock down. pedahal pika dilakukan lockdown maka ada kepastian dalam melawan pandemi korona. Disisi lain pemerintah bisa memberikan uang langsung kepada warga yang berdampak, yang memiliki dua berfungsi yaitu :
1. Fungsi Kemanusiaan, yaitu memberikan makan dan logistik yang diperlukan untuk sarga miskin, dan kurang mampu dengan mmberikan uang 300 ribu sampai 1 juta untuk 14 hari lockdown.
2. Fungsi Ekonomi : menggerakan perekonomian yang sedang lesu. 1 juta perkeluarga akan menciptakan multiplayer effect pada belanja masyarakat yang berujung pada kesatbialn ekonomi, dan Pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.
Maka dari itu banyak pelaku pasar mempertanyakan darurat sipil, yang hanya akan menguatkan kekuasaan, dan minim dampak ekonominya, bakhan bisa melanggar nilai kemanusiaan.....